13 research outputs found
Stereotip gender lintas generasi: Eksplorasi konstruksi gender kontemporer generasi milenial (Y) dan generasi pascamilenial (Z) di Bandung
Millennials (Y), born between 1981-2000, and post-millennial (Z), born in 2000 and after, grew up in two very different socio-economic-political contexts. The Gen Ys were born and grew up in Soeharto's authoritarian era, and Gen Zs were born after the fall of Soeharto, but both grew up in the democratic era with the massive development of information technology. Both Millennials and post-millennials face different gender issues from previous generations. Even for similar gender issues, different context demands a different approach in understanding the issues. This research explores the construction of masculinity and femininity that is understood and believed by the Bandung’s millennials (Y) and post-millennials (Z) generation. Data collection was carried out in two stages. The first stage used the photo-interviewing method with 20 participants. The second stage was conducted with an online survey method of 184 respondents. The results show that millennial and post-millennial generations have an understanding of gender that tends to be non-stereotyping, not many signifiers are categorized as feminine or masculine
BERTUMBUH BERKEMBANG: Aktivitas & Lembar Evaluasi—Modul Pelatihan Pendidik PAUD
Aktivitas & Lembar Evaluasi ini adalah lampiran yang melengkapi Modul Pelatihan Pendidik PAUD dan berisikan penjelasan mengenai teknik asesmen serta beragam aktivitas untuk dipraktikkan di ruang kelas yang akan merangsang minat dan perkembangan anak.https://research.acer.edu.au/indonesia_pp/1003/thumbnail.jp
Peran Organisasi Perempuan dalam Ruang Perkotaan
Saat ini keberadaan ruang publik perkotaan di Indonesia mengalami tekanan pembangunan yang sedemikian pesat, hal ini berdampak terhadap kuantitas ruang publik yang terus mengalami penyusutan baik dari segi jumlah maupun luasan. Penciptaan ruang publik di permukiman padat penduduk seperti kampung kota dapat dilakukan melalui dukungan dan peran dari organisasi komunitas yang berpihak pada keadilan dan inklusivitas ruang kota. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mencoba mengeksplorasi peran kepemimpinan perempuan dalam penciptaan ruang komunal di kampung kota di Jakarta Selatan. Temuan dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pemimpin perempuan menaruh perhatian besar pada isu-isu terkait kesehatan, lingkungan, dan juga akses ruang publik bagi warga kampung kota yang termarjinalkan. Selain itu dengan didukung keberadaan komunitas dan kolegialitas warga yang solid, maka kehadiran ruang publik demi peningkatan kualitas lingkungan binaan yang mereka tinggali dapat tercapai
BERTUMBUH BERKEMBANG: Modul Pelatihan Pendidik PAUD
Modul Pendidik PAUD-HI ini memaparkan berbagai aspek perkembangan anak yang dibagi ke dalam indikator pencapaian per kategori umur di 6 area perkembangan yang mengacu kepada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STTPA). Pembelajaran inklusi, pembelajaran berbasis bermain, serta cara komunikasi postif juga dijelaskan dalam modul yang disusun khusus untuk pendidik PAUD.
This module written in Indonesian Bahasa has been developed for Early Childhood Educators and describes key aspects of children\u27s development. It is divided into achievement indicators by age in 6 areas of development referred to in the Standard Levels of Achievement of the Development of Children (in Indonesian: STTPA). Creating inclusive and play-based learning environments and using positive communication strategies are also covered. Assessment techniques and a range of learning activities are included to assist educators devise inspiring activities in their own classrooms.https://research.acer.edu.au/indonesia_pp/1001/thumbnail.jp
APA YANG MENYEBABKAN RENDAHNYA KEBERADAAN GURU LAKI-LAKI DI PAUD?
Artikel ini mendeskripsikan keberadaan guru laki-laki dan perannya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Faktor rendahnya keberadaan guru laki-laki di PAUD disebabkan oleh banyak hal, salah satunya dikarenakan adanya berbagai persepsi masyarakat yang berbeda terhadap pekerjaan laki-laki sebagai guru PAUD. Pada banyak negara termasuk di Indonesia, guru PAUD didominasi perempuan, yang mendorong beberapa negara untuk meningkatkan partisipasi laki-laki, karena munculnya kekhawatiran terhadap ketidakseimbangan gender di PAUD. Walau demikian, sampai saat ini khususnya di Indonesia, masih ada laki-laki yang bertahan dan memilih profesi tersebut. Metode penelitian menggunakan studi pustaka, dimana peneliti mencatat dan mengolah berbagai sumber, baik itu jurnal, buku, dan berbagai bentuk dokumen terkait guru laki-laki di PAUD. Adapun hasilnya, keberadaan dan peran guru laki-laki di PAUD sangat penting, utamanya dengan alasan agar adanya keseimbangan gender yang terjadi, serta memberikan interaksi pengalaman pembelajaran pada PAUD
PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN: STUDI PADA KELUARGA PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN (PMP) DI KABUPATEN SUKABUMI
Indonesia merupakan salah satu negara pengirim Pekerja Migran Perempuan (PMP) terbesar di Asia Tenggara. Ibu yang memutuskan untuk menjadi PMP akan menyebabkan terjadinya perubahan peran dan fungsi ayah khususnya dalam aspek pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peran pengasuhan ayah di keluarga PMP. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus melalui teknik wawancara terbuka yang dilakukan kepada 3 orang ayah yang dipilih secara purposif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ayah mampu bertukar peran dengan ibu untuk menjadi pengasuh anak usia dini. Hal ini menepis banyak pendapat bahwa ayah tidak mampu mengasuh anak yang masih berusia dini. Keterampilan pengasuhan merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari seiring dengan berjalannya waktu, bukan keterampilan yang selama ini sering dianggap sebagai tugas bawaan atau kodrati. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa peran gender merupakan sesuatu yang dapat dipertukarkan dan lebih cair terutama dalam keluarga pekerja migran perempuan. Meskipun demikian, idealisasi konstruksi gender tradisional pun masih cukup kuat. PMP masih dimaknai sebagai pencari nafkah sekunder meskipun sebetulnya mereka yang menjadi pencari nafkah utama. Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi kepada pengembangan materi pengasuhan bagi anak usia dini, terutama yang berhubungan dengan konsep pembinaan dan pembentukan karakter dalam diri seorang anak
Negotiating masculinities: the experience of male teachers in Indonesian early childhood education
© 2017 Dr. Hani YulindrasariSince the fall of President Suharto, the New Order’s hegemonic masculinity has been increasingly contested and reconfigured. This thesis expands understandings of historical and contemporary formations of Indonesian masculinities. It focuses particularly on ‘nurturing masculinities’ by examining the gender narratives and practices of men who teach kindergarten age children. Specifically, this research demonstrates how male teachers navigate social expectations about their work and gender identity in a female-dominated and feminised profession. It adopts a focused ethnography research design that combines in-depth interviews with classroom observations. Interviews were undertaken with eight male teachers from five schools and their female colleagues, student’s parents, and the school’s principals and managers. Observations took place in classrooms and the broader school environment in order to record male teacher’s interactions with students and teachers and the alignment with their personal narratives. This thesis shows the dynamics through which hegemonic masculinity is constantly being both defended and challenged by male teachers. The discourse of nurture, which is pervasive in the early childhood profession, is the modality through which the negotiations of masculinity take place. The thesis shows how male teachers reorient both gendered discourses of nurture and understandings of hegemonic masculinity in their self-narratives about their work and in their workplace interactions
Rebo nyunda: Is it decolonising early childhood education in Bandung, Indonesia?
Since 2012, Indonesia has been obsessed with the notion of melestarikan budaya lokal (preserving local culture) as part of Indonesian Cultures. In West Java, Indonesia, the cultural revitalisation program is called “Rebo Nyunda”. Rebo means Wednesday; nyunda means being Sundanese. Sunda is the dominant ethnic group in West Java and the second largest ethnic group in Indonesia. Childhood often becomes a site for implanting ideologies, including nationalist ideology through the rhetoric of anti-West. Rebo Nyunda is expected to be able to shape future generations with strong cultural roots and unshaken by negative foreign ideas. Using focus group discussions this paper investigates the extent to which teachers understand Rebo Nyunda as a mean of cultural resistance to foreign forces amid the wholesale adoption of early childhood education doctrines from the West, such as the internationalisation of early childhood education, developmentally appropriate practices, neuroscience for young children, child-centred discourse, economic investment and the commercialisation of childhood education. This paper examines the complexity of and contradictions in teachers’ perceptions of Rebo Nyunda in Bandung, a city considered a melting pot of various ethnic groups in Indonesia
Counseling Stigma: A Gender Analysis of Mental Health Access in Higher Education
Traditional gender roles have put psychological pressure on college students. The lack of gender-sensitive counseling services and studies in universities reinforces traditional gender roles. With this basis, this study aims to determine students' views on gender-sensitive counseling services. Qualitative research using semi-structured interviews was used to understand their perspectives deeply. Focus is given to formulating questions, aiming to address potential social biases that may hinder participants from providing honest information. Participants consisted of 4 guidance and counseling students (2 men and two women) who had not received lecture material on gender-sensitive counseling in a multicultural counseling course at one of the State Universities in Samarinda City. The results showed that there is an understanding of traditional gender roles, masculinity discourse in counseling services, and gender bias occurring in counselors can be obstacles in providing access to gender-sensitive mental health services. This research confirms the need to study and design gender-sensitive counseling services to access more inclusive mental health services in higher education
Mendidik dan Mengader: Mama Kristina Kaka dari Kadoki Horo
Mama Kristina Kaka adalah salah satu dari pendidik PAUD yang juga merangkap sebagai kader Posyandu di desa Kadoki Horo, Sumba Barat Daya. Beberapa hal telah berubah sejak Mama Kristina mengikuti pelatihan rutin yang dilakukan oleh Australian Council for Educational Research (ACER) Indonesia lewat dukungan penuh dari William & Lily Foundation (WLF) dan Yayasan Adaro Bangun Negeri.https://research.acer.edu.au/indonesia_pp/1004/thumbnail.jp