88 research outputs found

    The Routledge Handbook of Hazards and Disaster Risk Reduction

    Get PDF
    Buku ini menjelaskan secara detail tentang ancaman bencana yang ada, berupa ancaman bencana geofisik, ancaman bencana hidro-meterologis, ancaman bencana biologis/ekologis, dan ancaman bencana astronomi

    KARAKTERISTIK LONGSOR TEBING (DEBRIS AVALANCHE) DAN PERUBAHAN MORFOLOGI HULU SUNGAI SENOWO PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik longsor tebing (debris avalanche) dan perubahan morfologi hulu Sungai Senowo pasca erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010. Metode yang digunakan adalah analisis data penginderaan jauh dan survei lapangan. Data penginderaan jauh yang dianalisis adalah data LiDAR tahun 2012 dan data hasil perekaman UAV tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Longsor tebing pada hulu Sungai Senowo berjumlah 116 kejadian. Longsoran yang ada didominasi tipe flow dengan material berupa pasir, kerikil, dan batuan. Longsoran debris avalanche banyak terdapat pada segmen 1 hingga 11. Longsoran terbesar memiliki volume material longsoran sebesar 1584 meter3 dan volume longsoran terkecil sebesar 0,08 meter3. 2) Perubahan morfologi hulu Sungai Senowo pada kurun waktu dua tahun (2012-2014) dipengaruhi oleh proses erosi, sedimentasi dan longsor tebing akibat lahar. Lahar menyebabkan adanya agradasi dan degradasi, serta perubahan penampang melintang, penampang memanjang, alur sungai, lembah sungai, dasar sungai, dan tebing sungai

    PENDEKATAN MORFOLOGI SUNGAI UNTUK ANALISIS LUAPAN LAHAR AKIBAT ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DI SUNGAI PUTIH, KABUPATEN MAGELANG

    Get PDF
    Lokasi penelitian adalah di Sungai Putih Kabupaten Magelang, JawaTengah, untuk mengetahui pengaruh morfologi sungai terhadap luapan lahar danperubahan morfologi sungai sebelum dan sesudah erupsi Merapi 2010. Metodepenelitian adalah survey dan pengumpulan data instansional.Hasil penelitian: (1) Luas penampang melintang, derajat meandering, lebarlembah, tinggi tebing, dan kemiringan lereng memiliki kecenderungan semakinkecil nilainya dengan topografi bervariasi dari sangat curam hingga datar. (2)Debit aman maksimum yang dapat ditampung oleh sungai sebelum erupsi Merapi2010 rata-rata sebesar 5625 m3/detik, sedangkan sesudah erupsi menjadi 3337m3/detik. (3) Lembah sungai sebagian besar mengalami pelebaran namun terjadipendangkalan dasar sungai pasca erupsi Merapi 2010. (4) Luapan lahar di SungaiPutih mulai terjadi pada segmen 9 dan 10 di mana pada segmen tersebut terdapat311tekuk lereng, kemiringan landai yaitu sekitar 8-25%, lembah sungai yangmenyempit, dan derajat meander sungai yang semakin besar.Kata kunci : morfologi, lahar, Merapi, Sungai Puti

    POLA ADAPTASI PENDUDUK DAN ARAHAN MITIGASI PADA DAERAH BANJIR LAHAR HUJAN DI BANTARAN SUNGAI CODE (KASUS SUNGAI CODE, ANTARA ARTERI UTARA HINGGA JEMBATAN KEWEK)

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk : 1), Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga yang terkenadampak banjir lahar hujan di bantaran Sungai Code. 2) Mengetahui pola strategi adaptasipenduduk daerah bencana banjir lahar di bantaran Sungai Code, dan 3) Mengetahui arahanmitigasi daerah bencana banjir lahar di bantaran Sungai Code. Metode yang digunakandalam penelitian adalah survey lapangan dan wawancara dengan teknik stratified randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan banjir lahar hujan yang terjadi merupakan kejadianbanjir lahar hujan yang memiliki volume besar dan menimbulkan kerusakan kerugian. Banjirlahar terjadi karakteritik rumah tangga yang penghasilan 500.000 � 1.000.000 dan<500.000, berpendidikan SMA dan SMP, pekerjaan pedagang. Pola adaptasi dipengaruhitingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan jarak rumah. Pola adaptasi yang dilakukandengan membuat karung pasir, membuat bronjong, memperbaiki tanggul, meninggikantempat tinggal, dan lainnya. Arahan mitigasi mengurangi risiko bencana banjir lahar dibantaran Sungai Code mengikuti latihan simulasi bencana dan mengikuti jalur evakuasimenuju ke tempat aman.Kata Kunci : adaptasi, mitigasi, lahar, Sungai Cod

    ANALISIS STABILITAS LERENG MENGGUNAKAN MODEL DETERMINISTIK UNTUK ZONASI RAWAN LONGSORLAHANDI SUB-DAS GINTUNG, KAB. PURWOREJO

    Get PDF
    Penelitian dilakukan di Sub DAS Gintung. Lokasi ini berada di tiga kecamatan : Loano, Kaligesing dan Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat akurasi model determistik dalam memetakan daerah rawan longsorlahan di Sub DAS Gintung.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Pendekatan deskriptif dengan teknik pengumpulan data secara observasi di lapangan untuk pengukuran, pengamatan dan pengambilan sampel tanah. Metode analisis kuantitatif dilakukan untuk pemerian secara numerik terhadap variabel-variabel masukan model. Observasi lapangan dilakukan untuk menggambarkan kondisi geomorfologis di daerah penelitian. Validasi dilakukan pada kelima peta kerawanan longsorlahan dengan membandingkan metode deterministik dan heuristik.Hasil validasi antara metode deterministik dan heuristik menunjukkan persen komparasi paling tinggi dengan nilai sama pada kondisi saturasi 75% dan 100%. Nilai masing-masing kelas menurut persen kesamaan yaitu tinggi (26.28%), sedang (46.06%) dan rendah (24.59%). Kemiringan lereng terjal dan jenis material tanah penyusun merupakan faktor utama penyebab longsorlahan di Sub DAS Gintung.Kata kunci : kerawanan longsorlahan, model deterministik, ILWIS, validas

    MORFODINAMIK KALI PUTIH AKIBAT ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 DI KABUPATEN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH

    Get PDF
    Kali Putih merupakan salah satu sungai yang mengalami kejadian lahar paling banyak diantara 17 sungai lainnya, pada saat terjadi Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010. Selama periode 2010-2011, Kali Putih telah mengalami 29 kali kejadian lahar. Metode dalam penelitian yaitu pengolahan data digital dan survey lapangan.Hasil penelitian ini menunjukan dampak yang ditimbulkan oleh lahar pada lingkungan sekitar Kali Putih yaitu seluas ± 2 km2. Perubahan riverbank dari tahun 2007 dan tahun 2012 menunjukan bahwa proses erosi lateral yang paling tinggi berada di bagian hilir, sedangkan proses sedimentasi pada riverbank dominan terjadi di bagian hulu. Perubahan riverbed menunjukan nilai erosi maksimal adalah 8 meter dan nilai sedimentasi maksimal adalah 10 meter dengan intensitas erosi paling tinggi berada di wilayah hulu, sedangkan intensitas sedimentasi paling tinggi berada di wilayah tengah dan hilir. Perubahan morfologi Kali Putih dikontrol oleh tiga faktor yaitu faktor karakteristik lahar, faktor lembah sungai dan faktor aktifitas manusia

    IDENTIFIKASI KERUSAKAN BANGUNAN PASCA GEMPA BUMI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT WORLDVIEW-2

    Get PDF
    Gempa bumi yang tidak dapat diprediksi berdampak pada kerusakan fisik dan sosial yang mengakibatkan perubahan penutup/penggunaan lahan, besar kecilnya dampak dapat berbeda tergantung dari karakteristik wilayah. Pada tanggal 28 September 2018 gempa bumi dengan kekuatan 7,4 SR terletak sekitar 80 km di utara Kota Palu mengakibatkan ratusan bangunan mengalami kerusakan. Kehadiran teknologi penginderaan jauh yang terus berkembang dapat dimanfaatkan dalam mengetahui dampak dari gempa bumi dengan bantuan integrasi sistem informasi geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan bangunan pasca gempa bumi di Kota Palu dengan menggunakan citra satelit WorldView-2 melalui pengenalan ciri fisik dan pola dari interpretasi Object Based Image Analysis (OBIA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Object Based Image Analysis (OBIA) terdiri dari dua tahap segmentasi dan klasifikasi citra. Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini mengetahui kemampuan citra satelit WorldView-2 hasil Pan Sharpening dalam mengidentifikasi kerusakan bangunan dimana menghasilkan ketelitian sebesar 84,21%

    KAJIAN SEDIMEN TRANSPOR DAN PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI OPAK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010

    Get PDF
    Komponen morfologi sungai dapat berubah oleh ketersediaan pasokan sedimen yang mempengaruhi terjadinya proses agradasi andan degradasi dasar sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persebaran material dasar pada aliran Sungai Opak di beberapa titik ketinggian, menganalisa konsentrasi sedimen suspensi yang terangkut pada kondisi debit aliran tinggi (keadaan banjir) dan pada kondisi aliran normal, dan mengkaji perubahan morfologi Sungai Opak kondisi sebelum terjadi erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 dan sesudahnya. Hasil penelitian ini menunjukkan ketidakcocokan dengan hipotesis bahwa semakin tinggi tempat maka ukuran batuannya lebih besar, hal tersebut disebabkan oleh keberadaan sabo DAM di sepanjang aliran Sungai Opak yang turut mempengaruhi persebaran material dasar sungai. Persamaan lengkung sedimen saat aliran normal pada 3 lokasi pengamatan yaitu : Cs=1,012 (Q)0,034 , Cs=1,033 (Q)0,023, Cs=1,043(Q)0,00357. Pada kejadian banjir, debit sedimen rerata harian 111,44 ton/hari pada kejadian banjir bulan Januari, dan 1800,46 ton/hari pada kejadian banjir Bulan Februari. Perbandingan hasil pengukuran morfologi penampang sungai tahun 2000 dengan 2013 di Dusun Ngablak menunjukkan adanya perubahan meskipun tidak signifikan, yaitu degradasi dasar sungai di alur sebelah kanan, dan agradasi dasar sungai pada alur tengah dan kiri sungai. Usaha pengelolaan Sungai Opak adalah dengan pemantauan berkala pada kondisi aliran sungai dan normalisasi sungai dengan pengambilan material sepanjang alur sungai agar tidak menghalangi jalannya aliran air

    TINGKAT KERAWANAN LONGSORLAHAN DENGAN METODE WEIGHT OF EVIDENCE DI SUB DAS SECANG KABUPATEN KULONPROGO

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Secang, Kabupaten Kulonprogo. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui persebaran kejadian longsorlahan dan mengetahui tingkat kerawanan longsorlahan di Sub DAS Secang. Metode yang digunakan yaitu metode survei lapangan. Penentuan tingkat kerawanan longsorlahan ditentukan dengan metode weight of evidence.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Longsorlahan banyak terjadi pada penggunaan lahan kebun dan permukiman. Berdasarkan analisis buffering, kejadian longsorlahan banyak ditemukan berdekatan dengan jalan lokal akibat pemotongan lereng sehingga stabilitas lereng menurun. Terdapat beberapa tipe longsorlahan yang terjadi di Sub DAS Secang antara lain jatuhan, longsoran, dan nendatan. Terdapat tiga tingkat kerawanan longsorlahan di Sub DAS Secang, yaitu tingkat kerawanan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat kerawanan rendah seluas45928,28 ha (1,37%), tingkat kerawanan sedang seluas 1317,03 ha (63,60%), dan tingkat kerawanan tinggi seluas 725,56 ha (35,04%).Kata kunci : Kerawanan longsorlahan, weight of evidence, buffering

    Estimasi Ukuran Butir Pasir Menggunakan Citra Sentinel-2 pada Sungai Rejali, Kabupaten Lumajang

    Get PDF
    Lahar hujan merupakan suatu fenomena kebencanaan yang mengancam daerah sekitar gunungapi, namun juga memiliki dampak positif berupa potensi pertambangan yang besar. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya pengelolaan dan perencanaan, didukung oleh informasi spasial yang memadai salah satunya adalah ukuran butir. Berkembangnya produk penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat digunakan sebagai penyedia data spasial ukuran butir. Fokus penelitian ini adalah pemanfaatan Citra Sentinel-2 melalui indeks ukuran butir untuk mengestimasi ukuran butir menggunakan pendekatan empiris. Tahap penelitian terdiri dari pra-pemrosesan citra, pengambilan ukuran butir lapangan, analisis laboratorium, pemodelan empiris, dan identifikasi sebaran ukuran butir. Hasil penelitian menunjukkan indeks ukuran butir berkorelasi terhadap ukuran butir dan dapat digunakan sebagai variabel pemodelan. Ukuran butir pada lokasi penelitian berkisar antara -0.050 Φ sampai 11.828 Φ. Nilai validitas tergolong baik dikarenakan model memiliki nilai kesalahan estimasi yang setara dengan satu kelas ukuran butir. Distribusi ukuran butir menunjukkan semakin jauh transportasi material diiringi dengan semakin kecilnya ukuran butir
    • …
    corecore