40 research outputs found

    Stress Pengasuhan pada Ibu Bekerja Ditinjau Dari Regulasi Emosi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk melihat sumbangan regulasi emosi terhadap parenting stress pada ibu bekerja. Hipotesis yang diajukan yaitu regulasi emosi mampu memprediksi parenting stress pada ibu bekerja. Subjek penelitian adalah ibu bekerja yang memiliki anak dengan total jumlah 318 orang. Penelitian menggunakan dua alat ukur, yaitu Skala Regulasi Emosi (Gross dan John, 2003) dengan nilai koefisien reliabilitas 0,831 dan Skala Parenting Stress (Berry dan Jones, 1995) dengan nilai koefisien reliabilitas 0,71. Analisis data menggunakan teknik regresi sederhana dan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 23  for windows. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa regulasi emosi mampu memprediksi parenting stress secara signifikan dengan nilai F = 15.838 dan p=0.000 (p<0,001). Nilai R square 0,048 artinya regulasi emosi mampu memberikan sumbangan efektif terhadap parenting stress sebesar 4,8%, sedangkan 95,2% dipengaruhi oleh faktor lain

    MODIFIKASI KOGNITIF-PERILAKU (DENGAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF) UNTUK MENURUNKAN GOAL INCONGRUENCE TERHADAP SITUASI PEMICU MARAH PADA REMAJA YANG MENGALAMI KESULITAN MENGONTROL MARAH

    Get PDF
    Masa remaja ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi, salah satunya adalah meningkatnya reaksi emosional dan tidak stabil pada remaja. Salah satu pola emosi umum yang dialami pada masa remaja adalah marah. Namun remaja yang terus-menerus mengalami marah rentan terhadap berbagai dampak negatif. Menurut pendekatan kognitif, emosi (termasuk marah) merupakan hasil dari pikiran individu yang muncul ketika ia menemui situasi dan memaknainya sebagai sesuatu yang relevan dengan tujuannya. Marah merupakan salah satu emosi negatif yang timbul karena adanya goal incongruence, yaitu individu menilai bahwa situasi yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, untuk mengurangi timbulnya emosi marah, penilaian individu terhadap situasi pemicu marah perlu diubah. Intervensi psikologis yang menekankan pada pengubahan kognisi sebagai dasarnya adalah modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restukturisasi kognitif. Dengan penggunaan single subject A-B design, penelitian ini melibatkan seorang subjek penelitian, seorang remaja puteri berusia 13 tahun. Subjek mengikuti intervensi yang terdiri dari 5 sesi dengan durasi 60-90 menit/sesi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebelum dan setelah intervensi, terlihat adanya perubahan penilaian subjek terhadap situasi pemicu marah yang sebelumnya negatif menjadi lebih positif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi modifikasi kognitif-perilaku dengan teknik restrukturisasi kognitif yang disusun dalam penelitian ini tepat diberikan pada remaja yang mengalami kesulitan mengendalikan emosi marah. Kata kunci: Remaja, Marah, Goal Incongruence, Modifikasi Kognitif-Perilaku dengan Teknik Restrukturisasi Kogniti

    Regulasi emosi dan parenting stress pada ibu bekerja

    Get PDF
    Ibu dengan peran ganda atau dengan istilah ibu bekerja pada umumnya memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Oleh karena itu, peluang ibu bekerja untuk merasakan lelah baik secara fisik maupun emosional akan jauh lebih besar sehingga penting untuk mengetahui faktor yang memprediksi stress pada ibu bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi regulasi emosi terhadap parenting stress pada ibu bekerja. Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Subjek penelitian adalah ibu bekerja yang memiliki anak dengan total jumlah 318 orang. Penelitian menggunakan dua alat ukur, yaitu skala regulasi emosi dengan nilai koefisien reliabilitas 0,831 dan skala parenting stress dengan nilai koefisien reliabilitas 0,71. Analisis data menggunakan teknik regresi sederhana dan diolah dengan menggunakan program SPSS 23 for windows. Hasil analisis data menunjukkan bahwa regulasi emosi mampu memprediksi parenting stress secara signifikan dengan nilai F=15.838 dan p=0,000 (p<0,001). Nilai R square 0,048 artinya regulasi emosi mampu memberikan sumbangan efektif terhadap parenting stress sebesar 4,8%, sedangkan 95,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Penelitian ini menyimpulkan bahwa regulasi emosi secara signifikan mampu memprediksi parenting stress

    Self Efficacy dan Resiliensi pada Mahasiswa yang mengalami Pembelajaran Daring: Putri Ayu Andira, Fathana Gina

    Get PDF
    The existence of this pandemic Covid-19 has an impact on some aspects like health, economy and education. This virus is spreading around the world specifically in education sector. During the Covid-19 pandemic, students around the world appliying distance learning from their home. This distance learning needs an adaptation process that making students stress in learning. Stress in learning makes many students feel pressure because a lot of assignments which causes the level of student resilience to decrease. Low resilience will make students to be anxious when facing their problems or make them depressed and make them study longer than usual. One of the factors that related to resilience is self-efficacy where resilience can increase or decrease due to self-efficacy. The purpose of this research is to find out the relationship between self- efficacy and resilience in students who experience distance learning. The technique we will use is probability sampling with a cluster random sampling approach with a research sample of 100 samples. The results showed that the correlation coefficient between self-efficacy and resilience was r= 0.499** and p= 0.000 (p<0.05). The results shows that there is a significant positive relationship between self-efficacy and resilience. The higher the self-efficacy, the higher the resilience and it goes for the other way, the lower the self-efficacy, the lower the resilience. This research leads to the ideas for further research are expected to research other factors that have a relationship with student resilience such as religion or social support

    KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR UNTUK MELATIH MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA DINI DI SEKOLAH AMEERTA BINTARA BEKASI KOTA

    Get PDF
    Golden age adalah usia anak-anak yang harus dilewati oleh setiap individu. Usia ini sangat menentukan tahapan kehidupan selanjutnya. Salah satu aspek perkembangan yang perlu distimulasi adalah kemampuan motorik halus. Perkembangan motorik halus anak merupakan hal yang penting untuk difokuskan lebih karena memiliki keterkaitan dengan tugas perkembangan lain seperti kemandirian, perkembangan kemampuan kognitif, dan lain sebagainya (Widiyawati, 2020).Pada kenyataannya, tidak semua orang tua mempunyai pengetahuan yang cukup tentang aspek perkembangan anak dan cara mengembangkannya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan pendidikan orangtua dengan stimulasi terhadap tumbuh kembang anak (Warseno & Solihah, 2019; Zukhra & Amin, 2017). Pendidikan orang tua terutama pendidikan ibu sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pendidikan ibu yang rendah membuat ibu kurang mampu dalam menyerap informasi tentang cara mengasuh anak yang baik dan tahapan-tahapan perkembangan apa saja yang dilewati anak sesuai usianya (Soetjiningsih, 2013).Perkembangan motorik anak, khususnya di sekolah Ameerta Bintara Bekasi kota, motorik halus masih belum berkembang secara optimal. Terlihat anak-anak usia 4 bahkan hingga 8 tahun masih belum mampu melakukan kemampuan tersebut, hal ini diidentifikasikan dengan hasil mewarnai anak yang tidak memenuhi bidang gambar dan cenderung keluar dari batas
    corecore