82 research outputs found

    PEMBUATAN AQUADM (AQUADEMINERALIZED) DARI AIR AC (AIR CONDITIONER) MENGGUNAKAN RESIN KATION DAN ANION

    Get PDF
    Aqua DM (demineralisasi) merupakan air yang bebas ion atau tanpa mineral, aqua DM diperoleh dari air mineral yang mengandung ion yang dilewatkan dalam beberapa kolom resin sehingga mineral yang terbawa tertahan pada kolom resin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan air buangan AC sebagai bahan dasar pembuatan aqua DM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengalirkan air AC pada resin penukar kation dan anion. Resin kation diaktifkan dengan HCl dan resin anion diaktifkan dengan NaOH. Untuk mengetahui karakteristik kerja resin penukar ion dilakukan pengukuran konduktivitas, TDS (Total Dissolve Solid), serta pH pada keluaran kolom resin penukar kation dan anion. Dan kadar Pb dalam keluaran kolom resin penukar kation dan anion dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan adanya kenaikan pH serta penurunan konduktivitas dan TDS dari air keluaran kolom resin penukar kation dan anion. Data yang diperoleh pada sampel studio foto Walet di Setiabudi (±15 meter dari jalan raya) memiliki konduktivitas 4,1 μS, TDS 2,3 ppm dan pH 7,42. Sampel di pabrik CocaCola Ungaran (±50 meter dari jalan raya) nilai konduktivitasnya 3,1 μS, TDS 1,7 ppm dan pH 7,09. Dan tempat isi ulang air minum Fine di Jati Raya Banyumanik (±8 km dari jalan raya) nilai konduktivitasnya 5,87 μS, 2,88 ppm dan pH 7,71. Kadar Pb sebesar 0,03 ppm hanya terdapat pada sampel pabrik CocaCola Ungaran dan dapat dihilangkan dengan resin

    The Influence of Participatory Technology and Institutional Participation of Farmer Groups on Farmer Business Development: Pengaruh Teknologi Partisipatif dan Partisipasi Kelembagaan Kelompok Tani Terhadap Pengembangan Usaha Tani

    Get PDF
    Janti Village, Jogoroto, Jombang has a corn productivity of 2020 reaching 84.5 Kw/Ha, this achievement exceeds national average corn productivity. However, this is inversely proportional to the unstable price of corn, which can even be far from the normal price. Besides, the lack of farmer participation makes the problem drag on longer. The existence of farmer group institutions is very important to solve this problem. In addition, the application of participatory technology to farmers also provides clear goals for future agricultural production activities. Therefore, it is necessary to be active and participate in the Janti Village farmer group members. The purpose of this study is to describe the influence of participatory technology (discussions, workshops, and action planning) and institutional participation of farmer groups (participation in planning, implementation, utilization of results, and evaluation) on farming development (social, economic, and environmental) in Janti Village. Jogoroto District, Jombang Regency. The research method uses descriptive quantitative data collection techniques namely interviews, observation, and questionnaires. Previously, the questionnaire had to be tested for validity and reliability tests to support the validity of the research data obtained. The sampling method used is a simple random sample. Then the data analysis used is multiple linear regression analysis using the ordinary least square method including data tabulation, estimation of multiple linear regression models, classical assumption tests, regression feasibility tests, and interpretation of multiple linear regression models. Results showed that there was no significant effect if independent variables moved independently on dependent variables. Meanwhile, if independent variables move simultaneously, there will be a significant influence between participatory technology and the institutional participation of farmer groups in the development of farming businesses

    Pengolahan Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap

    Get PDF
    Selain menghasilkan produk utama CPO sebanyak 22% dari proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit, juga menghasilkan produk samping berupa cangkang 6%, fiber 13% dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) 22%. Cangkang dan fiber digunakan sebagai bahan bakar boiler di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sedangkan TKKS dibiarkan begitu saja di PKS atau diolah menjadi pupuk. TKKS memiliki potensi sebagai sumber energi terbarukan. Dalam penelitian ini akan menyetarakan TKKS sebagai sumber energi terbarukan dengan cara pengolahan TKKS terlebih dahulu melalui proses kempa untuk menghilangkan kandungan air maupun minyak dan menghasilkan minyak CPO sebesar 2% dan serabut TKKS sebesar 85% dengan nilai energi panas sebesar 1.943 kkal/kg. Penelitian juga membandingkan nilai ekonomis dari TKKS, cangkang, fiber dan batubara sebagai bahan bakar PLTU kapasitas 70 ton/jam. Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1 kWh membutuhkan serabut TKKS sebanyak 1,96 kg/jam atau 2,31 kg/jam TKKS dengan biaya bahan bakar sebesar Rp 277, -/kWh, cangkang sebanyak 1,07 kg/jam sebesar Rp 749,-/kWh, fiber 1,63 kg/jam sebesar Rp 285,-/kWh dan batubara sebanyak 0,58 kg/jam sebesar Rp 870,-/kWh sedangkan harga jual listrik ke PLN sebesar Rp 870,-/kWh. Keuntungan penjualan listrik terbesar ke PLN diperoleh dari bahan bakar TKKS sebesar Rp 8.895.000,-/jam dan penjualan CPO dari pengolahan TKKS sebesar Rp 4.146.000,-/jam

    PENGARUH ASAM ASKORBAT PADA PEMBUATAN CU2O DAN APLIKASINYA SEBAGAI LAPIS TIPIS UNTUK PEMECAHAN AIR SECARA FOTOELEKTROKIMIA

    Get PDF
    Energi hidrogen mempunyai potensi yang besar untuk sumber energi terbarukan. Salah satu cara untuk memperoleh hidrogen adalah melalui proses pemecahan air secara elektrokimia untuk mengkonversi energi matahari menjadi hidrogen. Pada proses pemecahan air secara fotoelektrokimia, elektroda semikonduktor harus memiliki bandgap 1,5- 2,5 eV. Salah satu semikonduktor oksida logam berbasis tembaga adalah tembaga (I) oksida, yang memiliki bandgap sekitar 2;2,1;2,2;2,35 dan 2,45 eV. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh asam askorbat dalam pembuatan semikonduktor Cu2O, membuat semikonduktor lapis tipis Cu2O dengan menggunakan metode spin-coating dan mengaplikasikannya sebagai fotokatoda dalam pemecahan air secara elektrokimia. Beberapa tahap penelitian yang dilakukan adalah pembuatan spin coater home made, sintesis serbuk Cu2O dengan pencampuran Fehling A dan Fehling B serta ditambahkan asam askorbat sebagai agen pereduksi, pembuatan lapis tipis Cu2O diatas spin coating dan terakhir proses annealing. Hasil dari penelitian ini adalah semikonduktor Cu2O telah berhasil disintesis. Penambahan askorbat berpengaruh pada arus foton dan potensial onset semikonduktor Cu2O yang diaplikasikan sebagai fotokaatoda Cu2O. Dari hasil sintesis, didapatkan Cu2O pada C1 (konsentrasi lebih kecil dari Cu2+) memililiki rendemen 95,69%, rendemen Cu2O  pada C2 (konsentrasi sama dengan  Cu2+)  96,2% dan rendemen untuk Cu2O pada C3 (konsentrasi lebih besar dari Cu2+)  adalah 99,82%. Arus foton yang dihasilkan pada penambahan 3,6 dan 9 % larutan askorbat secara berturut – turut sebesar 1,18; 1,69 dan 1,78 mA/ cm2 pada 0,3 V vs RHE (Reversible Hydrogen Electroda). Hasil analisis difraksi sinar X menunjukkan bahwa sampel mengandung Cu2O C3 menunjukkan ukuran bulir rata-rata adalah 17,55 nm. Sedangkan, Cu2O C1 memiliki ukuran bulir rata-rata 38,99 nm dan pada Cu2O C2 menunjukkan ukuran bulir rata-rata 36,42 nm. Hasil analisis SEM menunjukkan adanya Cu2O dengan morfologi berbentuk kubus dan flower-like

    Rasio Seks Dan Sebaran Spasial Populasi Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau

    Full text link
    The Sumatran Elephant (Elephas maximus sumatranus) is one of the largest mammal and endemic species on the island of Sumatra. It's conservation status is critically endangered. The information about sex ratio and spatial distribution is an important component to make a priority in conservation strategy. The aims of this study were to determine sex ratio and spatial distribution of Sumatran Elephant in Tesso Nilo National Park. The multiplex PCR method was used in this study to amplify fragments SRY1 and AMELY2 on the Y chromosome and fragment PLP1 on the X chromosome for sex identification in Sumatran Elephant. The analysis of spatial distribution were conducted using Arc GIS 10.1. The result indicated that sex ratio of Sumatran Elephant population in TNNP is 1:3 and the distribution of Sumatran Elephant is generally spread outside of the region TNNP

    Potensi Perhutanan Sosial dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Restorasi Gambut

    Get PDF
    Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan diupayakan dengan restorasi lahan gambut untuk mempercepat pemulihan fungsi ekosistem rawa gambut pada satu kesatuan hidrologis gambut dan untuk perlindungan dan pengaturan tata air alaminya. Kajian ini mengobservasi potensi skema perhutanan sosial sebagai salah satu strategi merestorasi lahan gambut dengan mencermati kebijakan praktik (lokal) di masyarakat, potensi keekonomian dan kawasan yang berpotensi. Kajian ini berdasarkan desk study, pencermatan terhadap hasil penelitian mitra penelitian Deputi Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut, khususnya terkait paludikultur yang dikategorikan sebagai studi kasus yang memungkinkan bagi perhutanan sosial, juga dilaksanakan observasi lapangan untuk pendalaman studi kasus. Kajian ini memdapatkan gambaran bahwa PP No. 57/2016 dapat mendukung sinergi dengan konsep perhutanan sosial. Beberapa praktik (lokal) memungkinkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lahan gambut dengan mendapatkan keuntunan dari berbagai jasa ekosistem (pada studi kasus di Sungai Beras, Tanjung Jabung Timur, Jambi), paludikultur yang dapat merevegetasi dan berintegrasi dengan pengelolaan hutan terdekat (studi kasus revegetasi Hutan Lindung Londerang, Tanjung Jabung Timur, Jambi), menurunkan konflik sosial (studi kasus di Kesatuan Pengeloaan Hutan Lindung Gambut Beram Itam, Tanjung Jabung Barat), Jambi); sementara di Kepulauan Meranti, riset aksi agroforestry mendapatkan bahwa kesadaran masyarakat tentang praktik bijak pengelolaan produk kayu dan non kayu berpotensi untuk diterapkan dalam praktik perhutanan sosial. Sementara, restorasi gambut terintegrasi dimungkinkan dengan mengadaptasikan konsep perhutanan sosial pada kawasan gambut berfungsi budidaya. Hal ini dapat meningkatkan manfaat bagi masyarakat baik keekonomian dari pertanian dan jasa ekosistem lainnya yang disedikakan oleh model pengelolaan kehutanan; dan memfasilitasi perubahan bertahap bagi reforestai di lahan gambut. Perhutanan sosial di lahan gambut memiliki potensi menjadi tradeoff antara kepentingan sosial, nilai ekonomi, dan lingkungan.Potential Implementation of Social Forestry in Engaging Community Participation in Restoring PeatlandsAbstractSustainable peatland management of tropical peatland is efforted by restoration to accelerate restoring peatland ecosystem function within an area of Peatland Hydrological Unit (PHU), and to preserve water and regulate water system in a natural way. This study observes the possibility of social forestry scheme as a strategy to restore peatlands by discussing regulations, local practices of communities, potential economic benefits, and potential areas. Our observation is based on desk study and reviewing research outputsof Deputy Research and Development of Peat Restoration Agency particularly related paludiculture, we classified the case study which social-forestry enabler, as well as field observation. This shows that PP No. 57/2016 enables peat restoration operationalizing withsocial forestry concepts. Some (local) practices enable community participation in managing peatlands by gaining benefits from several ecosystem services (case study in Sungai Beras, East Tanjung Jabung, Jambi), integrating with other forestry management nearby (case study in Protected Peat Forest Londerang, East Tanjung Jabung, Jambi), decreasing social conflict (case study in Beram Itam, West Tanjung Jabung, Jambi); while in Kepulauan Meranti, action research in agroforestry elicited that the awareness about the wise practices in managing timber product and non timber forest product is potential for social forestry practices. Meanwhile, integrated peat restoration is possible by adapting the concept of forestry to cultivation function of peatlands. This practice will increase the benefit to the communities from economic benefits from agriculture and ecosystem services provided by forestry management model in a longer period; and facilitate a stepwise change towards reforestation. Social forestry in peatland has the potential to be a trade-off between social interests, economic values, and environment

    Survival Rate dan Total Akumulasi Biomassa Permukaan dari Lima Jenis Pohon yang Digunakan dalam Eksperimen Restorasi pada Lahan Gambut Bekas Terbakar di Area Transisi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-bukit Batu Desa Tanjung Leban, Bengkalis, Riau

    Full text link
    Biosphere Giam Siak Kecil-Bukit Batu reserve was based on managed zonations as a multi-benefit management approach. This region has a fairly large carbon stocks stored in its natural peat swamp forest ecosystems. How ever the general condition of the peat swamp forest in the landscape Biosphere Giam Siak Kecil-Bukit Batu currently has suffered damage, especially in the buffer and transition zones. The threat to the existenceof protected areas are not only coming from forest fires factors alone, but also from encroachment and illegal logging. Therefore, is requires a recovery effort. This research aims to determine the survival rate and to estimate above ground biomass accumulation of the main tree species of peat swamp forest which was used to restore the burnt-peat. Estimate total biomass accumulation on the surface using allometric equations. Result of this research prove that the type of Jelutung (Dyera polyphylla) has the best survival rate among the values of other types (98%), while the species Pisang-pisang (Mezzettia parviflora) have a survival rate of 35%. Total above ground biomass accumulation on thehighest level found in Jelutung (Dyera polyphylla) it was 499.015 kg/ha/year, while the lowest total above ground biomass accumulation found in Meranti batu (Shorea uliginosa) 88.867 kg/ha/year
    corecore