68 research outputs found

    Potensi Penyimpanan Karbon Lamun Enhalus acoroides di Pulau Barranglompo Makassar

    Get PDF
    Pulau Barranglompo Makassar memiliki komunitas lamun yang disusun oleh delapan jenis. Diantara delapan jenis lamun tersebut, Enhalus acoroides mempunyai peranan yang cukup penting sebagai penyimpan karbon. Hal ini berkaitan dengan ukuran morfologi yang besar. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan jenis lamun E. acoroides untuk menyimpan karbon pada jaringan hidupnya. Penelitian dilakukan selama setahun, yang terbagi ke dalam empat periode berdasarkan curah hujan. Beberapa tahapan dilakukan pada penelitian yaitu sampling kerapatan lamun yang dilakukan terhadap 238 titik yang tersebar di areal padang lamun, penentuan konsentrasi karbon pada jaringan lamun (daun, akar dan rhizoma), konversi penyimpanan karbon dari kerapatan lamun, pembuatan peta dan perhitungan luas penyimpanan karbon dengan menggunakan surfer 9.0 dan arc view 3.3. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi karbon pada akar adalah 35,02??1,71%, rhizoma 38,59??0,88% dan daun 37,49??0,85%. Rata-rata penyimpanan karbon lamun per tunas mencapai 1,406 gC/tunas. Total penyimpanan karbon komunitas lamun E. acoroides di Pulau Barranglompo berfluktuasi berdasarkan periode terutama simpanan karbon di atas substrat. Rata-rata simpanan karbon mencapai 52,06 ton, sebagian besar disimpan di bawah substrat. Kemampuan menyimpan karbon yang besar di bawah substrat merupakan kunci peran lamun dalam mendeposisi karbon dalam konteks penyerapan karbon dan pemanasan global

    Karakteristik Perairan Mangrove Tanjung Api-api Sumatera Selatan Berdasarkan Sebaran Parameter Lingkungan Perairan Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama (PCA)

    Full text link
    Mangrove ecosystem is a unique ecosystem in coastal area and has useful economic and ecological function. The aim of this research was to know the characteristic of mangrove water of Tanjung Api-api, South Sumatera based on its environmental paramaters. This research has been done in April-June 2007. Sample of water was collected by using water sampler. Water parameters were measured consist of temperature, salinity, pH, Dissolved Oxygen, Nitrate, Phosphate, Ammonium, Total Suspended Solid and Total Organic Matter. Principal Component Analysis was used to determine characteristic of physico-chemical parameters between observation stations. The results showed that station I (sea area) was characterized by high value for temperature, dissolved oxygen, and pH; station II (mouth river) was characterized by high value of TOM and TSS; while station III (river) was characterized by low value of environmental parameters compared with the other stations. Keywords : Environmental parameters, Principal Component Analysis, Mangrove, Tanjung Api-api Ekosistem mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem pesisir yang unik dan memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat bermanfaat di lingkungan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat mangrove Tanjung Api-api berdasarkan parameter kualitas perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2007. Pengambilan sampel air dengan menggunakan water sampler lalu dimasukkan kedalam botol gelap. Parameter air yang diamati meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, Ammonia, Total Padatan Tersuspensi dan bahan organik total. Untuk menentukan variasi karakteristik fisika kimia perairan antar stasiun pengamatan digunakan Principal Component Analysis atau PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perairan mangrove Tanjung Api-api untuk Stasiun I (daerah laut) dicirikan oleh suhu, salinitas, DO dan pH yang tinggi, Stasiun II (mulut muara) lebih dicirikan oleh nilai TOM dan TSS yang tinggi, sedangkan Stasiun III (sungai) dicirikan oleh parameter fisika-kimia air dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang berada di daerah laut dan muara

    Socio-Ecological System within Governance of Marine Protected Area: Case from Cenderawasih Bay National Park, Indonesia

    Get PDF
    Overcoming the problem of resource management which relies only on social dimension without understanding the ecosystem dynamics will not be sufficient to create sustainable management. Therefore, socio-ecological system (SES) is needed to respond changes so that robust management could be created. Research on SES was focused more on capacity of governance in creating management of conservation area, particularly in the period where there were occurrence of resistance between social problem and ecosystem. Principal component analysis explained 76% of the total variability. Very high variable respond category occurred on first principal component (PC) with positive effect which was related directly to ecological condition, and negative effect toward catch yield and utilization of traditional zone. Condition of economy and fish resources contributed positively toward second PC, and can be expressed as factor which affected economic condition of fishermen household. Condition of fishermen, related with catching activity and income of fishermen household gave positive effect toward the third PC, and can be expressed as component which affected catching effort and explained exploitation level by fishermen toward resources. Interaction between factors which formed SES occurred due to economic activity of fishermen household, catching efforts, and ecological capacity. Design of governance could be conducted on increase of fishermen household economy through control of catching efforts and considering the carrying capacity and ecological capacity

    Komunitas Lamun Di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi Dan Karakteristik Habitat

    Get PDF
    Indication on seagrass decline has been observed in many places including Barranglompo Island of Makassar. Condition of damaged seagrass has significant impacts to the roles of seagrass as habitat, spawning ground, and feeding ground for various marine organisms and also role of seagrass as carbon absorbent and stocks. In order to provide a reference for appropriate seagrass management and conservation, it is required data on seagrass habitat. A research was done in Barranglompo Island, Makassar from December 2010 to November 2011. Seagrass condition was observed based on McKenzie et al. (2001) and Balestri et al. (2003). This research showed that large seagrass coverage was dispersed in southern, western and northern sides of the island. Meanwhile, seagrass spesies with wider distribution were E. acoroides, T. hemprichii and C.rotundata.Keywords : seagrass, Barranglompo Island, habitat characteristic

    Screening of Bacterial Symbionts of Seagrass Enhalus SP. Against Biofilm-forming Bacteria

    Full text link
    Seagrasses have been known to produce secondary metabolites that have important ecological roles, including preventing from pathogen infections and fouling organisms. A research aimed at screening the potential of bacterial symbionts of seagrass Enhalus sp. was performed. Bacterial symbionts including endophytes and epiphytes were isolated from the seagrass, and marine biofilm-forming bacteria were isolated from the fiber and wooden panels from the surrounding colonies. A total of 17 epiphyte and 6 endophyte isolates were obtained, however more biological activity was found among endophytes (100%) compared to epiphytes (47%) against biofilm-forming bacteria. In addition, bacterial endophytes inhibited more biofilm-forming bacteria than epiphytes. Interestingly more isolates were obtained from rough surfaces both from fiber and wooden panels than smoothe surfaces. Bacterial symbionts of seagrass Enhalus sp., in particular its endophytes show potential source as natural marine antifoulants

    KELIMPAHAN IKAN KARANG PADA KAWASAN TERUMBU BUATAN DI PERAIRAN RATATOTOK SULAWESI UTARA

    Get PDF
    Ekosistemterumbu karangmerupakan salah satu potensi sumberdaya laut yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Potensi sumberdaya ikan karang di perairan Indonesia perlu diketahui agar dapat dikembangkan sebagai salah satu aset dalamkegiatan pariwisata bahari. Penelitian yang dilakukan tahun 2009-2011 bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan komposisi jenis ikan karang pada kawasan terumbu buatan di perairan Ratatotok. Metode line transect dan sensus visual pada perairan seluas 250M2 digunakan untuk mengetahui kelimpahan ikan karang dengan keragaman jenis pada masing-masing stasiun pengamatan pada kedalaman 10 meter. Hasil penelitian telah teridentifikasi sebanyak 116 spesies ikan pada terumbu buatan Stasiun 1 (daerah Teluk Buyat); 112 spesies pada terumbu buatan Stasiun 2 (daerah Tanjung) dan pada terumbu alami di Stasiun 3 (daerah Ratatotok) sebanyak 88 spesies. Kelimpahan ikan pada kawasan terumbu buatan lebih tinggi pada kisaran 24-28 spesies daripada karang alami. Kelimpahan spesies ikan dari famili Pomacentridae mendominasi ketiga stasiun pengamatan dengan 19 spesies dan yang paling sedikit dari famili Anomalopidae yang hanya ditemukan 1 spesies.Coral reef ecosystem is one of important natural resources in tropical waters. It has some coral reef fishes, species of corals and others biota that have several most interesting ecotourism extraction scientific and educational objects. The aim of this study is to determine the abundance of coral fish composition surrounded in artificial reefs area in Ratatotok waters. This study was done during 2009 to 2011by using the visual census and line transect methods within area of 250 M2 to observe the species composition and diversitas of coral fishes founded in three sites at the depth of 10 m from sea surface. The results showed that there were 116 species in Site 1(Buyat bay); 112 species in Site 2 (Tanjung) and 88 species of coral reef fishes in Site 3 (Ratatotok). Fishes of Pomacentridae were found 19 species in all locations. Only one species fish of Anomalopidae was found

    Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan Karakteristik Habitat

    Get PDF
    ABSTRACTIndication on seagrass decline  has been observed in many places including Barranglompo Island of Makassar. Condition of damaged seagrass has significant impacts to the roles of seagrass as habitat, spawning ground, and feeding ground for various marine organisms and also role of seagrass as carbon absorbent and stocks.  In order to provide a reference for appropriate seagrass management and conservation, it is required data on seagrass habitat.  A research was done in Barranglompo Island, Makassar from December 2010 to November 2011.  Seagrass condition was observed based on McKenzie et al. (2001) and Balestri et al. (2003).  This research showed that large seagrass coverage was dispersed in southern, western and northern sides of the island. Meanwhile, seagrass spesies with wider distribution were E. acoroides, T. hemprichii and C.rotundata.Keywords : seagrass, Barranglompo Island, habitat characteristics ABSTRAKIndikasi adanya penurunan kondisi lamun ditemukan di beberapa tempat termasuk di Pulau Barranglompo Makassar. Kondisi lamun yang rusak berimplikasi terhadap peranan lamun sebagai habitat, tempat memijah dan tempat mencari makan berbagai organisme serta peran lamun sebagai penyerap dan penyimpan karbon.  Sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan dan konservasi lamun yang tepat diperlukan data kondisi dan habitat lamun.  Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar dari bulan Desember 2010 sampai November 2011.  Kondisi lamun diamati berdasarkan McKenzie et al. (2001) dan Balestri et al. (2003).  Penelitian menunjukkan bahwa distribusi lamun yang luas ditemukan pada sisi selatan, barat dan utara pulau.  Jenis lamun yang mempunyai sebaran yang luas adalah E. acoroides, T. hemprichii dan C. rotundata.Kata kunci : lamun, pulau Barranglompo, karakteristik habita

    Karakteristik perairan mangrove Tanjung Api-api Sumatera Selatan berdasarkan sebaran parameter lingkungan perairan dengan menggunakan analisis komponen utama (PCA)

    Get PDF
    Mangrove ecosystem is a unique ecosystem in coastal area and has useful economic and ecological function. The aim of this research was to know the characteristic of mangrove water of Tanjung Api-api, South Sumatera based on its environmental paramaters. This research has been done in April-June 2007. Sample of water was collected by using water sampler. Water parameters were measured consist of temperature, salinity, pH, Dissolved Oxygen, Nitrate, Phosphate, Ammonium, Total Suspended Solid and Total Organic Matter. Principal Component Analysis was used to determine characteristic of physico-chemical parameters between observation stations. The results showed that station I (sea area) was characterized by high value for temperature, dissolved oxygen, and pH; station II (mouth river) was characterized by high value of TOM and TSS; while station III (river) was characterized by low value of environmental parameters compared with the other stations. Keywords : Environmental parameters, Principal Component Analysis, Mangrove, Tanjung Api-api     Ekosistem mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem pesisir yang unik dan memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat bermanfaat di lingkungan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat mangrove Tanjung Api-api berdasarkan parameter kualitas perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2007. Pengambilan sampel air dengan menggunakan water sampler lalu dimasukkan kedalam botol gelap. Parameter air yang diamati meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, Ammonia, Total Padatan Tersuspensi dan bahan organik total. Untuk menentukan variasi karakteristik fisika kimia perairan antar stasiun pengamatan digunakan Principal Component Analysis atau PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perairan mangrove Tanjung Api-api untuk Stasiun I (daerah laut) dicirikan oleh suhu, salinitas, DO dan pH yang tinggi, Stasiun II (mulut muara) lebih dicirikan oleh nilai TOM dan TSS yang tinggi, sedangkan Stasiun III (sungai) dicirikan oleh parameter fisika-kimia air dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang berada di daerah laut dan muara.   Kata kunci: Analisis Komponen Utama, Mangrove, Parameter Fisika Kimia, Tanjung Api-ap

    PERENCANAAN PEMBANGUNAN GUGUS PULAU SAPEKEN SECARA BERKELANJUTAN: PENILAIAN DAYA DUKUNG KAWASAN BAGI PENGEMBANGAN WISATA

    Get PDF
    The challenge for planning in small island is to ensure efficient use of limited land resources, ensure balanced regional development and balanced use of resources, including natural resources and landscape resources. Based on carrying capacity and small island destination, spatial planning of tourism in Sapeken archipelago which contaian several small island, done by suitability analyze Sapeken archipelago for several tourism. Furthermore,carrying capacity calculated referring Yuliandaetal(2010) to assess how much tourism can commodate without causing disruption the nature. The result suggest Sapeken archipelago have suitable area for dive tourism (164.42 ha); snorkeling (361.56 ha); fishing tourism (1493.38 ha), mangrove tourism (3927.09 ha) dan beach tourism (39.77 ha). Carrying capacity for tourism activities,Sapeken archipelago can commodate 4260 person/day for dive tourism; 3590person/dayfor snorkelling; 14 900people/day for fishing tourism; 321. 000people/day formangrovetoursm;and 199 people/day for beach tourism

    Über die Wiedergewinnung des Amylalkohols aus Reaktionsrückständen

    No full text
    • …
    corecore