65 research outputs found
Manajemen Sarana dan Prasarana di Lembaga Pendidikan Islam
Tulisan ini menjelaskan tentang manajemen sarana dan prasarana di lembaga pendidikan Islam. Wacana ini penting diuraikan sebab sistem pendidikan merupakan komponen yang saling terkait seperti kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta didik, sarana, alat, pendekatan dan sebagainya. Selama ini pemahaman konsep integrasi dan interkoneksi antar sub sistem di atas masih kurang sehingga proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. Kajian ini menggunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan analisis-deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif. Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini untuk memberikan layanan secara profesional agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam meliputi (1) Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan Islam (2) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Islam (3) Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan Islam (4) Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan Islam (5) Pengahapusan sarana dan prasarana sekolah. Kesimpulan dari kajian ini adalah manajemen sarana dan prasarana di lembaga pendidikan Islam harus berorientasi kepada prinsip tepat waktu, tepat sasaran dan tepat guna
Analisis Performansi Layanan Multimedia Video Call menggunakan Parameter Quality of Service pada Aplikasi Discord dengan Jaringan Wi-Fi dan Seluler
Pada era modern teknologi informasi dan telekomunikasi menjadi sebuah kebutuhan untuk mendukung berbagai kegiatan baik individu, organisasi maupun pekerjaan melalui internet. Fasilitas teknologi informasi dan telekomunikasi melalui internet berupa layanan triple play (voice, video, data). Metode yang digunakan di dalam penelitian ini ialah dengan melakukan pengambilan data pada aplikasi Discord untuk melakukan video call pada konektifitas Wi-Fi dan operator seluler yang kemudian dianalisis dengan parameter dari Quality of Service (QoS) untuk mengetahui seberapa besar nilai indeks performansinya. Dari hasil penelitian tugas akhir, mendapatkan nilai diantaranya rata-rata Delay mendapatkan nilai indeks performansi 4, rata-rata nilai Jitter mendapatkan nilai indeks performansi 3, rata-rata nilai Packet Loss mendapatkan nilai indeks performansi 3, rata-rata Throughput mendapatkan nilai indeks performansi 3, dan rata-rata Frame Rate mendapatkan indeks performansi 4 dari 3 konektifitas yang digunakan untuk penelitian ini
Manajemen Sarana dan Prasarana di Lembaga Pendidikan Islam
Tulisan ini menjelaskan tentang manajemen sarana dan prasarana di lembaga pendidikan Islam. Wacana ini penting diuraikan sebab sistem pendidikan merupakan komponen yang saling terkait seperti kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta didik, sarana, alat, pendekatan dan sebagainya. Selama ini pemahaman konsep integrasi dan interkoneksi antar sub sistem di atas masih kurang sehingga proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. Kajian ini menggunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan analisis-deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif. Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini untuk memberikan layanan secara profesional agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam meliputi (1) Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan Islam (2) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Islam (3) Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan Islam (4) Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan Islam (5) Pengahapusan sarana dan prasarana sekolah. Kesimpulan dari kajian ini adalah manajemen sarana dan prasarana di lembaga pendidikan Islam harus berorientasi kepada prinsip tepat waktu, tepat sasaran dan tepat guna.Kata Kunci :  Sarana dan Prasarana, Lembaga pendidikan Isla
Recommended from our members
Severity of Visual Field Loss at First Presentation to Glaucoma Clinics in England and Tanzania
Purpose: To compare severity of visual field (VF) loss at first presentation in glaucoma clinics in England and Tanzania.
Methods: Large archives of VF records from automated perimetry were used to retrospectively examine vision loss at first presentation in glaucoma clinics in Tanzania (N = 1,502) and England (N = 9,264). Mean deviation (MD) of the worse eye at the first hospital visit was used as an estimate of detectable VF loss severity.
Results: In Tanzania, 44.7% {CI95%: 42.2, 47.2} of patients presented with severe VF loss (< −20 dB), versus 4.6% {4.1, 5.0} in England. If we consider late presentation to also include cases of advanced loss (-12.01 dB to -20 dB), then the proportion of patients presenting late was 58.1% {55.6, 60.6} and 14.0% {13.3, 14.7}, respectively. The proportion of late presentations was greater in Tanzania at all ages, but the difference was particularly pronounced among working-age adults, with 50.3% {46.9, 53.7} of 18–65-year-olds presenting with advanced or severe VF loss, versus 10.2% {9.3, 11.3} in England. In both countries, men were more likely to present late than women.
Conclusions: Late presentation of glaucoma is a problem in England, and an even greater challenge in Tanzania. Possible solutions are discussed, including increased community eye-care, and a more proactive approach to case finding through the use of disruptive new technologies, such as low-cost, portable diagnostic aids
Micro and macrovascular complications of diabetes mellitus in Cameroon: risk factors and effect of diabetic check-up - a monocentric observational study
Introduction: The objective of this study was to evaluate the prevalence of vascular complications among diabetes patients (DP), to find out the relationship with risk factors and to assess the effect of diabetic check-up (DC) in the onset of these complications. Methods: Clinical and laboratory data of DP followed between 2000 and 2009 were retrospectively analyzed. Those with at least one DC were selected (140 out of 538). Risk factors were checked and listed. Prospectively, an electrocardiogram (ECG) was recorded for 121 of them. Results: The sample was constituted of 78 (56%) men and 62 (44%) females; mean age was 55 ± 12 years. Type 2 Diabetes accounted for 94.3%. Microangiopathy distribution was: retinopathy = 23.6%, nephropathy = 25% and neuropathy = 40%. Within macroangiopathy prevalence was: 5% for stroke, 17.1% for limbs ischemic disease and 23.6% for coronary heart disease. Occurrence of complications was associated with hypertension, duration of diabetes, dyslipidemia, microalbuminuria, 24-hour proteinuria, body mass index and HbA1c. Diabetic neuropathy was neither associated to HbA1c nor microalbuminuria. HbA1c was conversely but not significantly associated with the number of DC realized. Conclusion: Vascular complications are considerably present in diabetes patients in the studied center, especially among those practicing less glycemic controls. Normalizing the level of HbA1c, controlling risk factors, and realizing DC may prevent the onset of vascular complications in DP.Key words: Diabetes mellitus, Microangiopathy, Macroangiopathy, HbA1c, Diabetic check-up, Cameroo
Prevalence and causes of blindness at a tertiary hospital in Douala, Cameroon
Andr&eacute; Omgbwa Eball&eacute;1,4, C&ocirc;me Ebana Mvogo1,3, Godefroy Koki2, Nyouma Moun&egrave;3, Cyrille Teutu5, Augustin Ellong2,3, Assumpta Lucienne Bella2,41Faculty of Medicine and Pharmaceutical Sciences, University of Douala, Douala, Cameroon; 2Faculty of Medicine and Biomedical Sciences, University of Yaound&eacute; I, Yaound&eacute;, Cameroon; 3General Hospital of Douala, Ophthalmology Unit, Douala, Cameroon; 4Cameroon National Blindness Control Programme, Ministry of Public Health, Yaound&eacute;, Cameroon; 5Higher Institute of Health Sciences, Mountain University, Bangant&eacute;, CameroonPurpose: The aim of this study was to determine the prevalence and causes of bilateral and unilateral blindness in the town of Douala and its environs based on data from the ophthalmic unit of a tertiary hospital in Douala.Methods: We conducted a retrospective epidemiological survey of consultations at the eye unit of the Douala General Hospital over the last 20 years (from January 1, 1990 to December 31, 2009).Results: Out of the 1927 cases of blindness, 1000 were unilateral, corresponding to a hospital prevalence of 1.84% and 927 cases were bilateral, corresponding to a hospital prevalence of 1.71%. No statistically significant difference was noted between the two (P = 0.14). The leading causes of bilateral blindness were cataract (50.1%), glaucoma (19.7%), and diabetic retinopathy (7.8%) while the leading causes of unilateral blindness were cataract (40.4%), glaucoma (14.1%), and retinal detachment (9.1%). Cataract (51.2%), cortical blindness (16.3%), and congenital glaucoma (10%) were the leading causes of bilateral blindness in children aged less than 10 years.Conclusion: Blindness remains a public health problem in the Douala region with a hospital prevalence which is relatively higher than the national estimate given by the National Blindness Control Program.Keywords: bilateral blindness, unilateral blindness, prevalence, Douala, Cameroo
Interaction between the Triglyceride Lipase ATGL and the Arf1 Activator GBF1
The Arf1 exchange factor GBF1 (Golgi Brefeldin A resistance factor 1) and its effector COPI are required for delivery of ATGL (adipose triglyceride lipase) to lipid droplets (LDs). Using yeast two hybrid, co-immunoprecipitation in mammalian cells and direct protein binding approaches, we report here that GBF1 and ATGL interact directly and in cells, through multiple contact sites on each protein. The C-terminal region of ATGL interacts with N-terminal domains of GBF1, including the catalytic Sec7 domain, but not with full-length GBF1 or its entire N-terminus. The N-terminal lipase domain of ATGL (called the patatin domain) interacts with two C-terminal domains of GBF1, HDS (Homology downstream of Sec7) 1 and HDS2. These two domains of GBF1 localize to lipid droplets when expressed alone in cells, but not to the Golgi, unlike the full-length GBF1 protein, which localizes to both. We suggest that interaction of GBF1 with ATGL may be involved in the membrane trafficking pathway mediated by GBF1, Arf1 and COPI that contributes to the localization of ATGL to lipid droplets
Secondary cataract: an epidemiologic and clinical survey at the Yaounde Gynaeco-obstetric and Paediatric Hospital
- …