20 research outputs found
Pengaruh Variasi Temperatur Aktivasi Arang Ampas Tebu Terhadap Hasil Purifikasi Biogas
Berkembangnya industri teknologi dan menipisnya energi minyak bumi dengan cepat,
kebutuhan akan sumber energi alternatif yang terbarukan menjadi pertimbangan yang
sangat penting. Biogas adalah energi terbarukan yang memiliki potensi besar sebagai
energi alternatif. Kandungan biogas terdiri dari CH4 sekitar 50-80% dan CO2 sebagai
pengotor sekitar 27-45%. Dengan adanya gas CO2 dapat mempengaruhi kemurnian CH4
dalam biogas. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas biogas yang baik diperlukan
pemurnian/purifikasi.
Purifikasi biogas merupakan hal yang diperlukan untuk mengurangi kandungan CO2
dan meningkatkan nilai kalor biogas. Pertimbangan biaya untuk purifikasi biogas
merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan untuk memilih teknologi yang akan
digunakan. Senyawa alam yang banyak terdapat dalam limbah pertanian atau buangan
industri merupakan adsorben alternatif. Karbon aktif merupakan bahan kimia yang saat ini
banyak digunakan dalam industri yang menggunakan proses absorpsi dan purifikasi.
Pemanfaatan limbah ampas tebu selama ini dinilai masih rendah. Ampas tebu yang
dihasilkan biasanya digunakan sebagai bahan bakar sekaligus mengurangi volumenya
untuk dibuang. Limbah ampas tebu yang digunakan sebagai bahan bakar pada tangki
pemanas di pabrik gula dinilai kurang efisien karena rendahnya kalori yang dihasilkan.
Ampas tebu terdiri dari selulosa 39-43%, lignin 21-23%, hemiselulosa 25-32%, dan
sejumlah kecil material anorganik dan abu. Sehingga ampas tebu dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan karbon aktif karena mengandung lignoselulosa yang memiliki
kandungan karbon dengan ketersediaan bahan yang mudah didapat dan tidak mahal
Dalam penelitian ini, desain faktorial 23 digunakan untuk mengoptimalkan beberapa
parameter dalam pemurnian biogas dari kotoran sapi dan ayam dalam digester anaerob.
Pengaruh parameter dalam pemurnian biogas seperti suhu aktivasi, laju aliran biogas, dan
waktu pengambilan biogas diselidiki dan hasilnya menunjukkan bahwa suhu aktivasi (T),
waktu pengambilan biogas, dan interaksi (TQ, Ts, Qs, TQs) memiliki efek yang signifikan
pada kemurnian biogas. Proses pemurnian bervariasi pada karbon aktif (600°C dan 900°C),
laju aliran gas 1 liter / menit dan 2 liter / menit, dan diamati setiap 5 dan 20 menit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkatnya suhu aktivasi karbon, kadar CO2
cenderung menurun dengan persentase terendah 10,11% dan kadar CH4 meningkat dengan
persentase tertinggi 73,84%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya suhu aktivasi, area
kontak yang luas antara biogas dengan karbon aktif semakin besar sehingga CO2 diserap
oleh karbon aktif meningkat. Selain peningkatan waktu pemurnian, CO2 yang diserap
dalam struktur karbon aktif semakin banyak
Optimasi Turbin Kinetik Poros vertikal Dengan Sudu Berengsel Luar menggunakan Response Surface Methodology
Permasalahan krisis energi masih dirasakan di negara-negara berkembang dimana penduduk yang masih hidup di desa membutuhkan pengembangan dari sumber energi yang lebih efisien. Salah satu potensi energi terbarukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah potensi aliran air sungai. Tujuan jangka panjang hasil penelitian ini adalah untuk memberikan solusi pada masyarakat pedesaan agar mereka dapat membangun instalasi pembangkit listrik yang sederhana tetapi cukup handal.
Dalam penelitian ini turbin kinetik yang akan diteliti adalah pengembangan model sebuah turbin kinetik yang menggunakan sudu berengsel dimana engsel turbin dipasang pada bagian luar runner. Turbin kinetik yang akan diteliti disini adalah turbin yang posisi porosnya vertikal.
Metode Penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen dengan memvariasikan debit air (Q), sudut pengarah (α) dan jumlah sudu (nb), sehingga didapatkan desain dan unjuk kerja dari turbin kinetik dengan sudu berengsel luar yang optimum. Kemudian hasil eksperimen di optimasi dengan Response Surface Methodology (RSM) untuk mendapatkan nilai optimal dengan persamaan matematis.
Berdasarkan model matematika yang diperoleh dapat diketahui bahwa ketiga variable bebas yaitu debit air (Q), sudut pengarah (α) dan jumlah sudu (nb), memberikan pengaruh terhadap besarnya nilai daya turbin dan efisiensi turbin. Metode analisis respon dapat dirumuskan sebagai berikut :
Daya turbin : Pt = 11,803 + 2,796(α) + 1,585(nb) + 2,018(Q) + 0,563(α)2
+ 0,331(nb)2 + 1,712(Q)2 + 0,418(α)(nb) + 0,803 (α)(Q)
+ 0,215(nb)(Q)
Efisiensi turbin : η = 25,985 + 5,803(α) + 3,344(nb) – 5,651(Q) + 1,486(α)2
+ 0,978(nb)2 + 2,334(Q)2 + 0,708(α)( nb) - 0,060 (α)(Q)
- 0,595(nb)(Q
Peran Polaritas Minyak Nabati Terhadap Karakter Sidik Warna Nyala Api Spray Pembakaran Minyak Jarak, Kelapa, Sawit dan Kapok
Ketersediaan bahan bakar fosil yang semakin berkurang dan menyebabkan harga
fluktuatif dan dampak negatif dari bahan bakar fosil untuk mendorong para peneliti untuk
mencari bahan bakar alternatif terbarukan. Biofuel dapat menggantikan Bahan Bakar
Minyak (BBM), yaitu : bioetanol, biodiesel dan biomassa. Biodiesel untuk mengantikan
solar, bioetanol untuk mengantikan premium dan biomassa untuk menganti minyak tanah.
Dengan demikian penting utuk mengadakan penelitian pada bidang biofuel khususnya
minyak nabati.
Dalam penelitian ini Pengujian awal yang dilakukan adalah komposisi asam lemak
dari minyak nabati minyak jarak, minyak kapok, minyak kelapa dan minyak sawit kemudian
dilanjutkan dengan pengujian sifat fisik dan kimianya. Setelah itu dilakukan dengan
pengujian nyala api spray pembakarannya untuk mengetahui pengaruh polaritas minyak
nabati terhadap tahap pembakaran dan sidik warna pembakaran.
Tahap pembakaran yang terjadi pada minyak nabati: minyak jarak, minyak kelapa,
minyak sawit, minyak kapuk yaitu pada minyak jarak dari 2, 3 dan 4 tahapan pembakaran
seiring dengan meningkatnya tekanan, pada minyak kelapa 1 dan 2 tahapan pembakaran
seiring dengan meningkatnya tekanan, sedangkan pada minyak sawit 1 tahapan pembakaran,
pada minyak kapuk 1 tahapan pembakaran. Hal ini disebabkan karena adanya asam lemak
jenuh dan tak jenuh pada minyak nabati yang mengakibatkan minyak jarak dengan
kandungan asam lemak tak jenuh yang dominan sehingga lebih reaktif dalam pembakaran.
Sedangkan pada minyak kelapa yang memiliki asam lemak tak jenuh lebih dominan tetapi
dalam pembakaran lebih reaktif dibandingkan dengan minyak sawit dan kapuk dikarenakan
pengaruh dari polaritas yang tinggi dari minyak kelapa.
Hasil sidik warna minyak nabati: minyak jarak, minyak kelapa, minyak sawit, minyak
kapuk yaitu mendapatkan kedekatan warna jika dibandingkan dengan solar dari yang paling
tinggi kerendah yaitu minyak kelapa, minyak jarak dan minyak sawit dan minyak kapuk hal
ini dipengaruhi adanya polaritas dan kadar asam lemak jenuh dan tak jenuh yang
mengakibatkan reaktifitas pembakaran minyak nabati berbeda-beda yang mengakibatkan
sidik warna dari masing-masing minyak nabati menjadi khas
Pengaruh Diameter Hub Orifice Plate Terhadap faktor Koreksi Orifice Meter
Sistem perpipaan mempunyai peran yang essential dalam berbagai sektor misalnya pada sektor industri, penyulingan minyak, pembangkit listrik, dan lain-lain. Sistem pemipaan tersebut membutuhkan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengontrol kinerja sistem agar dapat berjalan dengan baik. Dalam mengukur debit aliran fluida yang mengalir dalam pipa dapat digunakan macam-macam alat ukur seperti rotameter, venturi meter, orifice meter, dan lain-lain. Orifice meter merupakan alat ukur yang lazim digunakan karena harganya yang murah dan pembuatannya yang mudah. Namun orifice meter mempunyai tingkat keakuratan yang lebih rendah dibandingkan menggunakan alat lainnya. Hal ini dikarenakan pada orifice plate terjadi losses yang mempengaruhi keakuratan pengukuran. Salah satu cara meningkatkan keakuratan orifice meter adalah dengan menggunakan orifice plate multilubang. Pada orifice multilubang aliran lebih cepat menjadi fully developed karena losses yang terjadi lebih kecil sehingga faktor koreksi pun meningkat. Salah satu parameter pada orifice meter multilubang adalah diameter hub, yakni diameter yang menghubungkan letak lubang-lubang pada orifice plate. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian eksperimental nyata (true experimental research), yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data sebab akibat melalui eksperimen guna mendapatkan data empiris yang secara langsung digunakan ke objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel terkontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi debit aliran yaitu 1200; 1300; 1400; 1500; 1600; 1700; 1800 liter/jam. Variabel terikatnya faktor koreksi orifice meter. Dan variabel terkontrolnya dalam penelitian ini yaitu diameter hub orifice meter yaitu 16 mm, 18 mm, 20 mm, 22 mm, 24 mm, dan 26 mm. Dari analisa hasil penelitian diketahui bahwa dengan bertambahnya diameter hub orifice plate, jarak antarlubang orifice plate semakin bertambah yang menyebabkan aliran fluida yang melewati orifice plate akan lebih cepat menjadi fully developed, dimana losses yang terjadi semakin kecil sehingga pressure drop-nya pun semakin kecil. Dengan losses yang kecil maka faktor koreksi pun semakin meningkat
Pengaruh Variasi Temperatur Aktivasi Karbon Aktif Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Terhadap Hasil Purifikasi Biogas
Biogas adalah gas yang timbul dari proses fermentasi anaerobik (tanpa oksigen) dari
bahan organik. Komponen penyusun biogas terdiri dari CH4, CO2, O2, H2S, dan N2.
Karbondioksida (CO2) pada biogas merupakan salah satu zat pengotor yang dapat
menurunkan nilai kalor yang berpengaruh terhadap hasil pembakaran. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemurnian biogas guna mengurangi kadar CO2 dan meningkatkan kadar
CH4 dengan menggunakan karbon aktif tongkol jagung sebagai adsorben.
Tongkol jagung diaktivasi menggunakan larutan HCl 2 M selama 24 jam kemudian
pH dinetralkan dengan aquades. Setelah itu, dipanaskan dengan furnace pada temperatur
600℃ dan 700℃ selama 3 jam. Variabel bebas yang digunakan adalah adsorben karbon
aktif tongkol jagung dengan temperatur aktivasi (T) 600℃ dan 700℃, waktu purifikasi (t)
selama 5 dan 15 menit, serta laju aliran biogas (Q) saat purifikasi sebesar 1 dan 2 L/menit.
Variasi yang digunakan ada T600Q1Lt5m, T700Q1Lt5m, T600Q2Lt5m, T700Q2Lt5m,
T600Q1Lt15m, T700Q1Lt15m, T600Q2Lt15m, dan T700Q2Lt15m. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui interaksi yang ideal mengenai pengaruh temperatur aktivasi
dengan variabel lainnya dalam proses purifikasi biogas sehingga diperoleh penurunan nilai
CO2 dan peningkatan CH4 yang optimal menggunakan Metode Desain Faktorial 23.
Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan T700Q2Lt15m merupakan perlakuan dengan
efektivitas pengikatan CO2 paling tinggi sebesar 51,4155%, namun memiliki nilai kalor
biogas yang paling rendah sebesar 2715 kJ/m3. Penelitian ini memperlihatkan bahwa
semakin tinggi temperatur yang diberikan maka konsentrasi CO2 dan CH4 juga akan
semakin menurun
Pengaruh Blood Perfusion Terhadap Distribusi Temperatur Pada Lapisan Tubuh Manusia Dengan Perlakuan Interstitial Hyperthermia Untuk Terapi Tumor
Perfusi darah didefinisikan sebagai banyaknya laju aliran volumetrik darah per volume jaringan. Dalam termoregulasi, perfusi darah merupakan faktor yang mempengaruhi perpindahan panas dalam tubuh, semakin besar laju perfusi darah akan mempersulit distribusi suhu ke seluruh tubuh. Bioheat Transfer adalah ilmu yang mempelajari perpindahan panas pada tubuh manusia. Dimana suhu ektrem pada tubuh dapat dijadikan terapi untuk sel-sel yang merugikan tubuh. Pada suhu terapeutik (di atas 40oC), sel akan mati dan terhenti pertumbuhannya. Terapi dengan menaikan suhu untuk membunuh sel-sel yang merugikan biasa disebut terapi hipertermia. Hal ini dapat digunakan untuk mematikan jaringan yang merugikan tubuh seperti jaringan tumor. Dari berbagai jenis terapi hipertermia, terapi interstitial hyperthermia dianggap lebih efektif karena panas langsung dialirkan ke jaringan tumor untuk meminimalisir jaringan lain yang terpapar suhu terapeutik.
Tujuan penelitian ini adalah mencari pengaruh blood perfusion dalam perpindahan panas pada lima lapisan tubuh manusia yaitu epidermis, dermis, lemak, otot, dan tulang dengan penerapan interstitial hyperthermia therapy untuk terapi tumor. Dengan variasi nilai blood perfusion yang digunakan adalah (8x10-4; 4x10-4; 2x10-4; 1x10-3; dan 2x10-3)/s. Pada penelitian ini menggunakan finite element method dengan kondisi unsteady dalam dua dimensi aksial. Bagian tumor yang diteliti adalah tumor di lengan bawah (forearm) dalam rentang waktu 600s.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perfusi darah mempengaruhi nilai distribusi suhu pada lima lapisan tubuh pada kondisi unsteady. Semakin besar nilai perfusi darah yang mengalir di dalam tubuh, maka suhu akan semakin sulit untuk ditransmisikan karena darah mendistribusikan panas ke seluruh tubuh lebih cepat. Perbedaan temperatur pada setiap variasi nilai perfusi darah cukup signifikan
Pengaruh Penambahan Chitosan Pada Polylactic Acid (PLA) Terhadap Energi Yang Diserap Sebagai Aplikasi Biomaterial
Permasalahan pada tulang rahang yang terus meningkat dan tingginya biaya yang digunakan untuk cangkok tulang serta banyaknya efek yang akan ditimbulkan maka memuat pemikiran baru tentang pemilihan bahan pengganti tulang yang adekuat untuk menggantikan defek yang terjadi terus menerus dari waktu ke waktu. Bahan pengganti tulang yang ideal adalah bahan yang biokompatibel, dapat diserap, osteokonduktif, osteoinduktif, secara structural mirip dengan tulang, mudah digunakan dan hemat biaya. PLA dan kitosan telah diusulkan sebagai bahan jaringan yang mungkin,berpengaruh di saluran saraf.
Dalam penelitian ini, sejumlah kecil PLA dicampur dengan kitosan untuk meningkatkan kekuatan mekanik dan elastisitas bahan. Pada penelitian ini, PLA akan ditambahkan dengan kitosan untuk meningkatkan sifat antimikroba dan kemudian akan dihasilkan filamen baru menggunakan mesin ekstrusi, yang setelah itu akan dilakukan metode injeksi molding untuk mendapatkan biomaterial dengan bentuk 3D yang dibutuhkan. Kemudian dilakukan pengujian dengan metode uji tarik, metode pengujian tersebut merupakan metode yang mampu memberikan solusi yang baik untuk mengetahui seberapa besar energi yang mampu diserap hingga sebuah biomaterial dapat terdegradasi dengan prinsip mencari luasan energi.
Pengujian yang digunakan adalah uji tarik sehingga didapatkan modulus of resilience, toughness, dan tensile energi absorption. Modulus of resilience, toughness, dan tensile energy absorption terbesar didapatkan pada material dengan kandungan PLA murni, pada campuran chitosan nilai tertinggi didapatkan pada kandungan PLA 98%. Pada pengujian karakteristik juga dapat dilihat bahwa material yang di injeksi molding dengan suhu 200⁰C memiliki pori pori yang lebih kecil dibandingkan dengan suhu 175⁰C, sehingga pada suhu 200⁰C energy absorption lebih besar dibandingkan dengan suhu 175⁰
Karakterisasi Campuran PLA dan Chitosan untuk Aplikasi Biomaterial dengan Metode Injection Molding
Polylacticacid (PLA) merupakan kategori plastik yang bio-based dan biodegradable.
PLA terbuat dari bahan bahan alami seperti pati singkong, tebu. PLA memiliki keunggulan
dalam bidang kesehatan karena memiliki biokompabilitas yang tinggi supaya tidak merugikan
jaringan tubuh. Kekurangan dari PLA yaitu bersifat hidrofobik yang mengakibatkan sulitnya
interaksi antar beberapa jaringan. Pada penelitian ini, dilakukan penambahan chitosan karena
diketahui dapat meningkatkan daya serap PLA karena chitosan memiliki sifat hidrofilik.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakterisasi persebaran unsur,
gugus fungsi dan hidrofibisitas pada percampuran PLA dan chitosan. PLA akan bercampur
dengan chitosan (CS). Perbandingan komposisi PLA dan CS yang digunakan adalah PLA : CS
100:0, 98:2, 96:4, 94:6, 92:8, 90:10. Metode yang digunakan yaitu metode injection molding
dengan suhu 175 ˚C. Langkah pertama yang dilakukan adalah proses pengovenan PLA dan CS
untuk menghilangkan kadar air yang terkandung. Kedua proses pembuatan filament baru
percampuran antara PLA dan CS menggunakan mesin ekstrusi. Selanjutnya ketiga, proses
pencacahan filament untuk memperkecil bentuk supaya dapat masuk dalam proses selanjutnya.
Keempat proses pembuatan spesimen dengan metode injection molding dimana ukuran
spesimen 20mmx20mmx10mm. Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik
dan regangan dari spesimen yang di uji. Pengujian hidrofobisitas bertujuan untuk mengetahui
bagaimana karakteristik hidrofobisitas dari spesimen yang diteliti. Pengujian karakterisasi
gugus fungsi dengan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR) yang bertujuan untuk
analisa gugus fungsi secara kualitatif dalam suatu senyawa kimia yang terdapat di dalam
spesimen. Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM) dengan Energy Dispersive
Spectroscopy (EDS). Bertujuan untuk melihat suatu morfologi material dalam ukuran
nanometer dan mampu mengidentifikasi kandungan dari unsur yang terkandung dalam
spesimen. Hasil pengujian tarik menunjukkan bahwa PLA:CS dengan komposisi 94:6
merupakan nilai ultimate tensile strength ( UTS) terendah sebesar 8.42 MPa. Sedangkan
PLA:CS dengan komposisi 100:0 memiliki nilai UTS tertinggi sebesar 12.19 MPa. Pengujian
hidrofobisitas dilakukan menggunakan droplet Simulated Body Fluid ( SBF) hasil yang didapat
pada PLA:CS 94: 6 memiliki sudut kontak sebesar 64˚ dan variasi 100:0 sebesar 94˚. Pengujian
Fourier Transform Infra Red (FT-IR) untuk mengetahui gugus fungsi pada PLA-CS.
Morfologi dan mikrostruktur diuji dengan SEM-EDS. Fitur Fitur Energy Dispersive
Spectroscopy (EDS) digunakan untuk menentukan komposisi paduan pada area tertentu
Pengaruh Persentase Kitosan Pada Polylactic Acid Terhadap Sifat Mekanik Kemasan Makanan Dengan Metode Injection Molding
Penggunaan plastik yang cukup tinggi berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan, plastik yang ditimbun pada tanah juga sulit terdegradasi. Plastik biodegradable merupakan dari bahan alami yang dapat terdegradasi dalam waktu singkat yang disebut sebagai plastik biodegradable, bahan utama yang yang sering digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable adalah Polylactic Acid (PLA), tetapi PLA juga memiliki kekurangan dalam produksi skala besar yaitu sifat PLA yang sangat rapuh dengan kemampuan elongasi dan juga nilai ketangguhan yang kurang baik, untuk memperbaiki sifat mekanik tersebut perlunya ditambahkan filler untuk meningkatkan properties material dari PLA. Dalam penelitian ini, PLA di campur dengan kitosan untuk meningkatkan nilai sifat mekanik dari PLA dengan presentase percampuran PLA 100%, 98%, 96%, 94%, 92%, dan 90%. Sedangkan untuk kitosan 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Proses percampuran melibatkan proses ektrusi yang berguna untuk pelelahan PLA dan percampuran kitosan dengan PLA nantinya akan menghasilkan filamen dari hasil proses ektrusi, selanjutnya dilakukan proses injection molding menggunakan hasil dari proses ekstrusi yang dimana filamen menjadi bahan baku yang nantinya akan dilelehkan dan di cetak dengan bentuk yang dibutuhkan. Kemudian dilakukan pengujian tarik dan kejut yang berguna untuk mengetahui nilai dari sifat mekanik hasil percampuran dengan presentase yang sudah di tentukan. Pada hasil pengujian sifat mekanik yang sudah dilakukan memperoleh hasil terbaik pada persentase PLA 98% dan kitosan 2%, semakin banyak kitosan yang ditambahkan maka nilai sifat mekanik menjadi menurun dengan kata lain penambahan kitosan pada PLA menghasilkan bioplastik menjadi rapuh. Pada pengujian struktur mikro juga dapat dilihat bahwa material yang di injeksi molding dengan suhu 200⁰C memiliki pori pori yang lebih rapat dibandingkan dengan suhu 175⁰C
Pengaruh Penggunaan Senyawa ZnCl2, Dan H3PO4 Pada Aktivasi Arang Ampas Tebu Sebagai Absorben Terhadap Penyerapan Gas CO2 Pada Purifikasi Biogas
Biogas dapat diproduksi dari ekskremen hewan ternak, biomassa hasil perkebunan, dan
lain-lain. Degradasi anaerobik dari bahan baku tersebut menghasilkan suatu senyawa baru
yang mengandung metana, karbon dioksida, dan nitrogen, menjadikannya sebagai potensi
pengganti bahan bakar yang banyak diproduksi saat ini, yaitu LNG (Liquified Natural Gas).
Walaupun mempunyai potensi yang tinggi, biogas harus dibersihkan terlebih dahulu dari
kandungan karbon dioksida dan pengotor lainnya agar dapat meraih potensi sebagai bahan
bakar alternatif. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah adsorpsi.
Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau liquid solute (adsorbat) menempel
pada permukaan suatu padatan (adsorben) menghasilkan suatu selaput molekular. Karbon
aktif ampas tebu dapat digunakan untuk proses purifikasi dari senyawa Pb(II), Cr(VI), nitrat,
dan karbon dioksida.
Penelitian dilaksanakan menggunakan senyawa H3PO4 dan ZnCl2 sebagai aktivator kimia
dengan berbagai variasi berbeda seperti laju alir (1L / menit dan 2L / menit), dan lama waktu
purifikasi (5 menit dan 15 menit). Desain faktorial dengan batas bawah dan atas digunakan
untuk mengolah data dari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa H3PO4
efektif untuk digunakan sebagai aktivator karbon aktif ampas tebu, dikarenakan
adsorptivitas optimum yang diraih ditunjukkan dengan rendahnya karbon dioksida hasil
purifikasi pada 15,77% dengan efektivitas mencapai 53,618%. Efektivitas yang diraih
disebabkan oleh kemampuan H3PO4 untuk menghasilkan karbon aktif dengan porositas yang
tinggi, menyebabkan tingginya karbon dioksida yang dapat diadsorpsi