2,930 research outputs found

    The Sacajawea formation and the Darwin sandstone in the Southeast Wind River Mountains, Wyoming

    Get PDF
    The area under study is located along the southeast flank of the Wind River Range in Fremont County, Wyoming, Beds overlying the Madison Group are measured and described in six locations within this area. These locations are: Worth Fork Popo Agie River, Sink’s Canyon, Crooked Creek, Canyon Creek, Little Popo Agie River, and Cherry Creek. Laboratory studies are used as an aid in correlating the sandstone and dolomite sequences described In the six sections. These studies include sieve and heavy mineral analyses and thin section examination. Sorting factors, obtained from the sieve analyses, and heavy mineral suites indicate that the Darwin Sandstone which occurs at North Fork Popo Agie River also is present to the southeast at Crooked Creek and Canyon Creek. The heavy mineral suite of a sandstone in Sink’s Canyon differs markedly from those from sands in the other locations. A younger age is postulated for the Sink’s Canyon sandstone. Thin-bedded dolomites overlying the Madison Group in Sink’s Canyon, Little Popo Agie River, and Cherry Creek are correlated with the upper thin-bedded limestones included in the Sacajawea Formation at its type area, Bull Lake Creek. Fossils from Sink’s Canyon and Cherry Creek aid in this correlation. It is postulated that during late Chesterian time a shallow sea existed in western Wyoming. Beds of the Sacajawea Formation were laid down in this body of water. With retreat of the sea northward at the end of the Mississippian Period red beds from a southern source began to accumulate over the beds of the Sacajawea Formation. Erosion of local highs re-exposed the Madison Limestone in certain areas. With the start of the Pennsylvanian Period the Darwin Sandstone began to accumulate from the northeast on an erosion surface of either the Madison Limestone or the Sacajawea Formation, depending on the extent of prior erosion. The Darwin Sandstone lenses out in the southeast portion of the Wind River Range. Isolated lenses of Darwin Sandstone occur south of North Fork Popo Agie River where it rests on an eroded Madison surface. Elsewhere in this area the sand was probably mixed with red shale from the south. Thus, the Darwin Sandstone is generally equivalent in age to the sandy red shale found along the southeast flank of the Wind River Range --Abstract, pages ii-iii

    Keywords: Barthesan Post-Structural approach, the reader, interpretation, Javanese pronominal prefix tak, the blues

    Get PDF
    Indonesiaiyah of fire” yang mempunyai sejumlah gunung berapi yang tersebar di sepanjang pulau Sumatra, Jawa, Bali hingga kepulauan Sangihe Talaud. Dalam sejarah peradaban dunia, beberapa gunung berapi besar di Nusantara menjadi “catatan “ peristiwa sejarah yang luar biasa hingga menimbulkan mitos. Pada masa pra sejarah meledaknya gunung Toba di Sumatra Utara, Gunung Krakatau di Selat Sunda, dan Gunung Sunda di Jawa Barat adalah menjadi catatan sejarah sendiri dalam peradaban dunia. Pertemuan lempeng bumi Kemampuan bertahan hidup di daerah yang secara ekologis merupakan daerah bencana,adalah fakta lain yang menarik untuk dikaji. Salah satunya adalah banyak di temukan karya sastra yang dituturkan secara turun temurun dan menjadi panduan untuk terhindar dari bencana. Karya sastra itu bisa berisi upaya mengenal gejala bencana yang akan datang, cara menyelamatkan diri, dan apa yang harus dilakukan setelah bencana. Masalah yang dihadapi sekarang justru tidak hanya upaya pencegahan bencana yang akan datang tetapi juga adalah hilangnya budaya lisan ini apabila tidak ada upaya pelestariannya. Salah satu naskah yang ditemukan dalam upaya mitigasi bencana ini adalah naskah Smong dari kepalauan Simeuleu. Pulau Simeuleu merupakan kepulauan lepas pantai di Aceh yang selama berpuluh puluh tahun selalu terhindar dari bencana tsunami bahkan ketika terjadi bencana tsunami terbesar di Aceh tahun 2006. Naskah itu mereka sebut ‘Smong’, naskah yang berbentuk tradisi lisandan dituturkan dalam bentuk nyanyia

    A systematic review of interventions in primary care to improve health literacy for chronic disease behavioral risk factors

    Get PDF
    Background: To evaluate the effectiveness of interventions used in primary care to improve health literacy for change in smoking, nutrition, alcohol, physical activity and weight (SNAPW). Methods: A systematic review of intervention studies that included outcomes for health literacy and SNAPW behavioral risk behaviors implemented in primary care settings. We searched the Cochrane Library, Johanna Briggs Institute, Medline, Embase, CINAHL, Psychinfo, Web of Science, Scopus, APAIS, Australasian Medical Index, Google Scholar, Community of Science and four targeted journals (Patient Education and Counseling, Health Education and Behaviour, American Journal of Preventive Medicine and Preventive Medicine). Study inclusion criteria: Adults over 18 years; undertaken in a primary care setting within an Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) country; interventions with at least one measure of health literacy and promoting positive change in smoking, nutrition, alcohol, physical activity and/or weight; measure at least one outcome associated with health literacy and report a SNAPW outcome; and experimental and quasi-experimental studies, cohort, observational and controlled and non-controlled before and after studies. Papers were assessed and screened by two researchers (JT, AW) and uncertain or excluded studies were reviewed by a third researcher (MH). Data were extracted from the included studies by two researchers (JT, AW). Effectiveness studies were quality assessed. A typology of interventions was thematically derived from the studies by grouping the SNAPW interventions into six broad categories: individual motivational interviewing and counseling; group education; multiple interventions (combination of interventions); written materials; telephone coaching or counseling; and computer or web based interventions. Interventions were classified by intensity of contact with the subjects (High ≥ 8 points of contact/hours; Moderate \u3e3 and \u3c8; Low ≤ 3 points of contact hours) and setting (primary health, community or other). Studies were analyzed by intervention category and whether significant positive changes in SNAPW and health literacy outcomes were reported. Results: 52 studies were included. Many different intervention types and settings were associated with change in health literacy (73% of all studies) and change in SNAPW (75% of studies). More low intensity interventions reported significant positive outcomes for SNAPW (43% of studies) compared with high intensity interventions (33% of studies). More interventions in primary health care than the community were effective in supporting smoking cessation whereas the reverse was true for diet and physical activity interventions. Conclusion: Group and individual interventions of varying intensity in primary health care and community settings are useful in supporting sustained change in health literacy for change in behavioral risk factors. Certain aspects of risk behavior may be better handled in clinical settings while others more effectively in the community. Our findings have implications for the design of programs

    Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia

    Full text link
    Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah menentukan bahwa dalam sistem ketatanegaraan Indonesia diatur kedudukan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah adalah sama, namun masing-masing mempunyai kewenangan sendiri. Dewan Perwakilan Rakyat mewakili pusat, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah mewakili daerah pemilihannya, namun bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membahas rancangan Undang-Undang Otonomi Daerah, perimbangan keuangan pusat-daerah dan lain-lain. Kedudukan DPD RI ini pada sesungguhnya memang memiliki kedudukan yang setara dengan DPR RI, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945. namun disisi lain dalam Pasal 22 UUD 1945 ini sendiri, khususnya pada pasal 22 D dan juga dalam Undang-Undang Susunan dan Kedudukan (UU Susduk) ini justru malah terjadi pembatasan pengaturan kewenangan dari DPD itu sendiri, dan akibatnya dalam Kenyataan serta prakteknya saat ini DPD tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsi kelembagaannya secara maksimal karena faktor utama dari sistem peraturan yang mengatur kelembagaan DPD ini yang tercantum pada kedua Undang-Undang tersebut. Dengan melihat adanya keterbatasan hak dan kewenangan yang dialami oleh DPD RI serta tidak optimalnya lembaga ini dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal seperti telah disebutkan tadi, maka dapat disimpulkan atau bahkan terlalu terburu-buru untuk menyatakan bahwa Indonesia semata-mata sudah menganut sistem parlemen bikameral murni dan tidak keliru pula jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah seperti menganut sistem parlemen bikameral sejati atau hal ini lazim disebut juga dengan quasi bikameral dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, apabila menelaah kasus yang dialami oleh DPD RI ini. Oleh karena itu dengan adanya rencana amandemen kelima dari UUD 1945 ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang saat ini terjadi pada lembaga DPD RI tersebut, terutama mengenai terbatasnya hak dan kewenangan dari DPD RI itu sendiri, dan juga di masa mendatang DPD dapat menjalankan tugas serta fungsi kelembagaannya secara optimal yang sesuai dengan kapabilitasnya sebagai lembaga tinggi negara. Cara penulis meneliti permasalahan adalah dengan cara melakukan penelitian hukum normatif dan empiris. Penulis menggunakan data primer dan data sekunder untuk melengkapi tulisan penulis. Kemudian dari data yang ada penulis pada akhirnya melakukan analisa data secara kualitatif

    Tuning gastropod locomotion: Modeling the influence of mucus rheology on the cost of crawling

    Get PDF
    Common gastropods such as snails crawl on a solid substrate by propagating muscular waves of shear stress on a viscoelastic mucus. Producing the mucus accounts for the largest component in the gastropod's energy budget, more than twenty times the amount of mechanical work used in crawling. Using a simple mechanical model, we show that the shear-thinning properties of the mucus favor a decrease in the amount of mucus necessary for crawling, thereby decreasing the overall energetic cost of locomotion.Comment: Corrected typo

    Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Ukuran Reksa Dana, dan Umur Reksa Dana terhadap Kinerja Reksa Dana

    Get PDF
    This study aims to determine the significance of the effect of inflation, interest rates, equity fund size, and age of mutual fund shares in fund performance shares listed on the Indonesian stock exchange. This research was conducted at the company's equity funds. The sampling method used in this research is the method nonprobability sampling with purposive sampling technique, with the criteria of equity funds that the effective date of more than five years of trading. Based on these criteria obtained a sample of 20 companies. The data in this study using non-participant observation that retrieve data on the Stock Exchange Indonesia.Model analysis used is multiple linear regression with the finding that inflation negatively affect the performance of mutual fund shares, interest rates negatively affect the performance of mutual fund shares, the size of mutual funds positive effect on the stock performance of mutual fund shares, and age equity fund positively affects the performance of mutual fund shares

    Penggunaan Citra Geoeye-1 dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman

    Full text link
    Pertumbuhan penduduk khususnya di wilayah perkembangan perkotaan mengakibatkan tingginya kebutuhan lahan permukiman yang berdampak pada meningkatnya kepadatan penduduk di wilayah tersebut. yang dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan lingkungan permukiman. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji manfaat dan ketelitian citra GeoEye-1 dalam menyadap parameter kualitas lingkungan permukiman kemudian memetakan persebaran kelas kondisi kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Ngaglik. Citra satelit yang digunakan yaitu Citra GeoEye-1 terkoreksi tahun 2011. Penentuan sampel lapangan menggunakan stratified random sampling, unit analisis penelitian yaitu blok permukiman. Hasil interpretasi visual penggunaan lahan sebesar 96, 93 %, parameter penentu kualitas lingkungan permukiman memiliki ketelitian interpretasi sebesar 91,64 %. Kondisi kualitas lingkungan permukiman buruk berada di Kelurahan Donoharjo, sedangkan kualitas lingkungan permukiman sedang dan baik menyebar di Kecamatan Ngaglik

    Pola Arus Di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu DKI Jakarta

    Full text link
    Pulau Pari adalah daerah wisata yang memiliki keunikan tersendiri karena memiliki ciri khas sebagai kawasan wisata berwawasan ilmu pengetahuan yang masih perlu perencanaan pengembangan lebih lanjut. Pengembangan wilayah pesisir dan laut sangat dibutuhkannya informasi mengenai kondisi perairan untuk mengurangi dampak-dampak negatif yang terjadi. Arus merupakan salah satu faktor oseanografi yang penting untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pergerakan arus dan mengetahui arus yang mendominasi di Perairan Pulau Pari. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30-31 Mei 2014. Metode pengukuran data arus di lapangan menggunakan metode Lagrange. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif pada pengolahan data arus dan metode permodelan matematik pada permodelan hidrodinamika. Data survey lapangan yang diperoleh akan digunakan sebagai verifikasi hasil model matematis yang dibuat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pola pergerakan arus di Perairan Pari dipengaruhi oleh pasang surut. Kecepatan arus pada kedalaman permukaan berkisar antara 0,0138 - 0.4082 m/s dan pada kedalaman rata-rata didapatkan nilai kecepatan arus berkisar antara 0,0135 – 0,4070 m/s dengan arah dominan ke barat daya dan timur laut

    Studi Model Persebaran Panas Pada Perairan Dalam Rencana Pembangunan Pltu Karanggeneng Roban, Batang

    Full text link
    Permintaan energi listrik untuk pemukiman dan industri dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan tersebut, PT PLN merencanakan pembangunan PLTU Batang dengan kapasitas 3 x 1000 MW di Karanggeneng Roban, Batang. PLTU berbahan bakar batu-bara tersebut direncanakan menggunakan pendingin air yang di ambil dari perairan Karanggeneng. Sistem pengambilan air pendingin dan outlet harus terhindar dari terjadinya sirkulasi tertutup agar efisiensi PLTU tetap tinggi. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mempelajari persebaran panas pada perairan dalam rencana pembangunan PLTU Karanggeneng Roban, Batang. Pengukuran temperatur perairan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 12 dan 22 Desember 2010. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan CTD (Conductivity Temperatur Depth type CTD 12 Plus 735). Metode pengukuran yang digunakan adalah metode observasi langsung. Pengolahan data menggunakan pemodelan numerik untuk mengetahui persebaran panas yang keluar dari outlet pembangkit listrik PLTU. Hasil simulasi model sebaran panas saat pasang purnama (spring tide) pada saat pasang tertinggi bergerak sejauh 870 meter ke arah timur. Kondisi surut terendah bergerak sejauh 930 ke arah barat, dan terdapat panas yang masuk ke dalam rencana pipa intake. Hasil kondisi simulasi model sebaran panas saat pasang perbani (neap tide) pada saat pasang tertinggi bergerak sejauh 690 meter ke arah timur. Kondisi surut terendah bergerak sejauh 1080 ke arah barat. Kondisi ini tidak terdapat panas yang masuk ke dalam rencana pipa intake
    corecore