69 research outputs found

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH KERSEN (MUNTINGIA CALABURA L.) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C YANG HIPERURISEMIA

    Get PDF
    Background: Cherry has often been used by people as a traditional medicine. A benefit of cherry is to reduce uric acid level. Liver is a central organ that acts to metabolize foreign substances which enter the body, so the toxic effects of medication usually show in the liver, especially the changes of histopathological images of liver. Aim: To prove the differences of histopathologic images of hyperurisemic Balb/c mice’s liver between the groups of mice given cherry extract with graded dosages and the control groups of mice and the differences between pre test uric acid level and post test uric acid level. Methods: This was a true-experimental research study using the pre test and post test control group design. 30 Balb/c mice were divided into 6 groups randomly. The control 1 which was given only standard food, control 2 was given high purine diet, control 3 was given cherry extract, and treated groups (P1, P2, P3) which were given cherry extract in graded dosage: 14 mg/20grBW, 28 mg/20grBW, and 56mg/20 grBW for 30 days. On day 31, the uric acid level were measured , then the mice were terminated. The liver were sliced and stained using HE stain. The liver of Balb/c mice were examined under microscope in five viewing fields the were compared between the control groups and treatment groups. Results: One Way ANOVA test for histopathological images of degeneration liver showed insignificant differences (p>0,05) for every group. Wilcoxon test for uric acid level showed significant differences (p<0,05) for every group. Conclusion: There were not significant difference between cherry extract with graded dosages to histopathological images of hyperuricemia Balb/c mice’s liver. But there were significant differences for reduction of mices’ uric acid level. Keywords: cherry, muntingia, liver, uric acid

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper Crocatum) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG MENCIT BALB/C YANG DIINFEKSI Salmonella typhimurium

    Get PDF
    Background: Piper crocatum is a multi efficacy herbal medicine. Its leaf consists of tannins, saponins, alkaloids and flavonoids. Alkaloids and flavonoids improve the activity of IL-2 and lymphocite proliferation. The activated Th1 cells influence on SMAF (Specific Macrophage Activating Factor) that enables macrophage activation. This research purpose is to evaluate the effect of piper crocatum extract into the immune system of Salmonella Thyphimurium infected mice by considering the ability of macrophage phagocytosis. Aim: To understand the effect of Piper crocatum leaf extract doses 10, 30, 100 mg/day/mice onto macrophage phagocytosis activities of Salmonella typhimurium infected BALB/C mice. Methods: This study was an experimental laboratory design of Post Test Only Control Group Design. The research utilized 5 groups, control group consists of C1 that only given the extract of Piper Crocatum leaf of 10 mg/day/mouse and C2 only given intraperitoneal of Salmonella typhimurium injection while other group (P1,P2,P3) given the intraperitoneal of Salmonella typhirium injection as well as the extract of Piper Crocatum leaf with dose of 10, 30, 100 mg/day/mouse. Result: Average Indexes of Macrophage Phagocytosis on each group are: C1 = 0,22; C2 = 0,14; P1 = 0,23; P2 = 0,32; P3 = 0,66. There were significant differences among C groups and P groups. Those are C1-C2, C2-P1, C2-P2, C2-P3, P1-P2, P1-P3, and P2-P3. Conclusion: The gradual increase dose of piper crocatum leaf extract influence on the improved macrophage phagocytosis activity. Keywords: Piper crocatum, macrophage phagocytosis, Salmonella typhimurium

    EKSPLORASI MIKROBA PENGHASIL ENZIM PROTEASE DARI SUMBER AIR PANAS LEJJA KABUPATEN SOPPENG SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    Abstrak. Protease adalah enzim yang berfungsi menghidrolisis protein menjadi molekul yang lebih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum produksi protease dari bakteri E. agglomerans LAS-2b yang berasal dari Sumber Air Panas Lejja, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, dengan tahapan peremajaan bakteri, pembuatan medium inokulum dan medium produksi, pengukuran OD (Optical Density), pengukuran kadar protein dan pengujian aktivitas protease. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu produksi optimum protease adalah pada jam ke-72 (hari ke-3) dengan nilai aktivitas 0,036 U/mL, kadar protein 0,102 mg/mL. Karakteristik protease dari bakteri E. agglomerans LAS-2b bekerja optimum pada pH 7,0 suhu 37??C dengan nilai aktivitas sebesar 0,036 U/mL. \ud \ud Kata kunci: Protease dan E. agglomerans LAS-2

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PRODUKSI PEROKSIDA MAKROFAG : Studi pada mencit Balb/c yang diinfeksikan Salmonella Typhimurium

    Get PDF
    Latar Belakang: Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dan terdapat di Indonesia adalah sirih merah. Sirih merah mengandung zat aktif seperti flavonoid dan alkaloid. Senyawa flavonoid dalam sirih merah dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit. Proliferasi limfosit akan mempengaruhi sel CD4+, kemudian menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi SMAF (Spesific Makrofag Activating Factor) yang dapat mengaktifkan makrofag. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 10, 30, 100 mg/hari/mencit terhadap produksi peroksida makrofag mencit Balb/c yang diinfeksi Salmonella Typhimurium. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post Test Only Control Group Design. Sampel berjumlah 25 ekor mencit Balb/c jantan dan dibagi secara random menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol yang terdiri dari K1 yang hanya diberikan ekstrak daun sirih merah 10 mg/hari/mencit selama 14 hari dan K2 yang hanya diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella typhimurium pada hari ke 10 serta kelompok perlakuan (P1,P2,P3) yang diberikan injeksi intraperitoneal Salmonella Typhimurium pada hari ke 10 dan ekstrak daun sirih merah dosis berturut-turut 10,30,100 mg/hari/mencit selama 14 hari. Hasil: Median kadar peroksida makrofag masing-masing kelompok : K1 = 0,001; K2 = 0,000; P2 = 0,007; P3 = 0,0015. Kelompok P1 memiliki rerata 0,002. Kelompok P2 memiliki perbedaan bermakna dan terdapat peningkatan tidak signifikan pada kelompok P1 dan P3. Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis bertingkat berpengaruh terhadap peningkatan kadar peroksida makrofag. Dosis optimum daun sirih merah untuk meningkatkan kadar peroksida makrofag adalah dosis 30mg/hari/mencit. Kata kunci: sirih merah, kadar peroksida makrofag, Salmonella Typhimurium

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH KERSEN (Muntingia Calabura L.) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT BALB/C YANG HIPERURISEMIA

    Get PDF
    Background: Cherry fruit has flavonoid function as an antioxidant. Cherry is traditionally used to treat gout. Increased production of uric acid in the metabolism or decreased excretion (expenditure) of uric acid in the kidney can affect images of kidney histopathology. Aim: Proving there are differences in kidney histopathology picture Balb / c mice were hyperuricemia among the group given cherry fruit extract (Muntingia calabura L.) with multilevel dose control group and uric acid levels Balb/c mice Methods: This was a true-experimental research study using the pre test and post test control group design. The sample of 30 8Balb/c mice were divided into 6 groups randomly. The K1 group which was given only standard food and beverage, K2 group which were high purin diet and standard food, K3 group which were given cherry extract, and treated groups (P1,P2,P3) which were given standard food and cherry extact in graded dosage: 14 mg/20grBW, 28 mg/20grBW, and 56 mg/20grBW. The uric acid serum level of mices were measured, then the mices were terminated for observe the microscopic changes in kidneys. Results: One Way ANOVA test for proximal tubular damage showed the insignificant difference (p>0.05) in every groups. At the level of uric acid, Wilcoxon test showed significant differences (p<0.05) in every groups. Conclusion: There were not significant difference between chery extract with graded dosage to histopatological images of hyperurisemia Balb/c mice’s kidney. But the cherry fruit significant difference of hyperuricemia Balb/c mice. Keywords: cherry extract, kidney, uric acid, high purine die

    PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

    Get PDF
    Latar Belakang: Methanil yellow merupakan zat pewarna sintetis yang biasa digunakan sebagai pewarna tekstil. Akhir-akhir ini Methanil yellow sering digunakan dalam pembuatan makanan sebagai pewarna makanan. Methanil yellow memiliki efek samping yang berbahaya bagi tubuh terutama hepar sebagai organ yang berperan dalam metabolisme dan detoksifikasi Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh pemberian methanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar mencit Balb/c. Metode: Penelitian true eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Sampel sebanyak 20 ekor mencit balb/c yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, diadaptasi selama 7 hari. Setelah itu mencit balb/c dibagi secara simple random sampling menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol (K) hanya diberi pakan standar. P1 diberi methanil yellow peroral 4200 mg/kgBB/hari;P2 diberi methanil yellow peroral 2100 mg/kgBB/hari;dan P3 diberi methanil yellow peroral 1050 mg/kgBB/hari. Setelah 30 hari, dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar berupa degenerasi dan inflamasi. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, gambar, dan analisa statistik. Hasil: Rerata inflamasi dan degenerasi sel hepar tertinggi pada kelompok P1 sedangkan . Pada inflamasi, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada K-P1, K-P2, K-P3, P1-P3, dan P2-P3 sedangkan P1-P2 didapatkan perbedaan tidak bermakna. Pada degenerasi sel hepar, terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada K-P1, K-P2,K-P3, P1-P2, dan P1-P3 sedangkan tidak ada perbedaan bermakna pada P2-P3

    PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) DAN MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS GINJAL TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI DIETILNITROSAMIN

    Get PDF
    Latar belakang: Daun sukun (Artocarpus altilis) dan madu mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi menekan kerusakan oksidatif pada ginjal. Kerusakan oksidatif pada ginjal dapat disebabkan oleh zat nefrotoksik seperti DEN. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sukun dan madu terhadap gambaran mikroskopis ginjal tikus wistar yang diinduksi DEN. Metode: Penelitian ini berjenis true eksperimental dengan desain post test only control group. Sampel sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 diberikan akuades per oral dan injeksi akuades intraperitoneal. Kelompok K2, P1, P2, dan P3 diinjeksi DEN secara intrapertioneal dengan dosis 50 mg/kgBB/tikus/minggu; P1 diberikan ekstrak daun sukun per oral dengan dosis 200 mg/kgBB/tikus/hari, P2 diberikan madu per oral dengan dosis 2g/kgBB/tikus/hari, P3 diberikan ekstrak daun sukun dengan dosis 200 mg/kgBB/tikus/hari dan madu dengan dosis 2g/kgBB/tikus/hari per oral. Tikus diterminasi setelah 8 minggu perlakuan kemudian diamati gambaran mikroskopis ginjalnya yang berupa degenerasi dan nekrosis pada tubulus proksimal. Hasil: Rerata skor degenerasi kelompok K1 = 1,12; K2 = 4,2; P1 = 2,52; P2 = 4,08; P3 = 3,72. Rerata skor nekrosis kelompok K1 = 1,12; K2 = 4,32; P1 = 2,48; P2 = 3,2; P3 = 3,28. Nilai p hasil uji beda dengan uji Mann-Whitney data degenerasi sel tubulus proksimal antara K2-P1, K2-P2, K2-P3 adalah 0,008; 0,501; dan 0,007 secara berurutan. Nilai p hasil uji Mann-Whitney data nekrosis sel tubulus proksimal antara K2-P1, K2-P2, K2-P3 adalah 0,007; 0,006; dan 0,007 secara berurutan. Kesimpulan: Pemberian ekstrak daun sukun dan madu dapat menurunkan kerusakan oksidatif pada ginjal akibat DEN. Kata kunci: Daun sukun, madu, dietilnitrosamin, gambaran mikroskopis ginjal

    HPENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT DUA DANGKAL PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

    Get PDF
    Latar Belakang : Luka bakar cukup sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama di rumah tangga. Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks antara faktor seluler, humoral, dan unsur jaringan ikat. Senyawa asam asetat dan fenol dalam asap cair merupakan senyawa yang memiliki sifat antioksidan dan antimikroba. Kedua senyawa tersebut telah diketahui memiliki manfaat dalam penyembuhan luka. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian asap cair dosis bertingkat terhadap penyembuhan luka bakar derajat dua dangkal pada kelinci. Metode : Penelitian True Experimental Laboratory Post-Test Only with Control Group Design. Sampel 6 ekor kelinci jantan, dibagi dalam 4 kelompok: K1 diberi aquades, K2 diberi povidone iodine 10%, P1 diberi asap cair 3% dan P2 diberi asap cair 6% selama 10 hari. Perlakuan diakhiri dengan terminasi. Pengambilan jaringan kulit dilakukan pada hari ke-10. Dilakukan pengamatan gambaran makroskopis dan mikroskopis sesuai kriteria modifikasi Nagaoka. Hasil : Hasil uji statistik Saphiro-Wilk secara makroskopis (p0,05). Secara mikroskopis (p>0,05) data terdistribusi normal kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik One Way ANOVA (p>0,05). Secara makroskopis dan mikroskopis didapatkan bahwa pemberian asap cair dosis bertingkat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka bakar pada kelinci. Hasil terbaik didapatkan pada povidone iodine, selanjutnya asap cair 6%, asap cair 3% dan aquades. Kesimpulan : Pemberian asap cair dosis bertingkat bertingkat mempengaruhi gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka bakar kelinci dengan hasil terbaik pada povidone iodine. Kata Kunci : Luka bakar, asap cair, povidone iodine, gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luk

    Rapid and Efficient N-tert-butoxy carbonylation of Amines Catalyzed by Sulfated Tin Oxide Under Solvent-free Condition

    Get PDF
    A straightforward, rapid, and efficient protocol for the&nbsp;N-tert-butoxy carbonyl (N-Boc) protection of amines (aromatic, aliphatic) using sulfated tin oxide catalyst is illustrated.&nbsp;N-Boc protection of various amines was carried out with (Boc)2O using sulfated tin oxide as a catalyst at room temperature under solvent-free conditions. Rapid reaction times, ease of handling, cleaner reactions, easy work-up, reusable catalyst, and excellent isolated yields are the striking features of this methodology which can be considered to be one of the better methods for the protection of amines and alcohols. DOI:&nbsp;http://dx.doi.org/10.17807/orbital.v10i7.115

    PENGARUH PEMBERIAN ASAP CAIR (Liquid Smoke) DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

    Get PDF
    Latar Belakang : Asap cair dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan luka sayat karena mengandung senyawa kimia seperti fenol dan asam asetat yang berperan sebagai antioksidan, antiseptik dan antibakteri. Kedua senyawa tersebut dapat menurunkan pH sehingga dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme, menghambat oksidasi lemak, mencegah oksidasi lipida dengan menstabilkan radikal bebas serta meningkatkan aliran darah ke jaringan parut dan meminimalkan bekas luka. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian asap cair dosis bertingkat terhadap proses penyembuhan luka sayat pada kelinci. Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan Post Test Only Control Group Design terhadap 6 ekor kelinci yang kemudian diambil secara acak dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kecepatan penyembuhan luka sayat diukur dengan menghitung panjang serta mengamati gambaran makroskopis dan mikroskopis luka sayat yang dinilai dengan kriteria modifikasi Nagaoka. Hasil : Data pengukuran panjang luka sayat diolah secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann Whitney, sedangkan untuk gambaran makroskopis dan mikroskopis luka sayat diolah dengan uji nonparametrik. Pada panjang luka, didapatkan hasil yang berbeda bermakna (p0,05) pada semua kelompok. Kesimpulan : Pemberian asap cair dosis bertingkat menyebabkan terjadinya perubahan gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luka sayat dengan urutan hasil terbaik didapatkan mulai dari povidone iodin, asap cair 6% kemudian asap cair 3% Kata Kunci : Luka sayat, asap cair, povidone iodin, gambaran makroskopis dan mikroskopis penyembuhan luk
    • …
    corecore