11 research outputs found

    Pengaruh 2,4-D (Asam Diklorofenoksi Asetat) dan BAP (Benzyl Amino Purin) terhadap Proliferasi Kalus dan Produksi Metabolit Sekunder dari Kalus Kencur (Kaemferia galanga L.)

    Get PDF
    The aim of this research is to fi nd combination of 2,4-D (diclorophenoxy acetic acid) and BAP (benzyl amino purine) concentration which give the best infl uence to callus proliferation and to know the effect of interaction between 2,4-D and BAP to obtain good growth culture of Kaemferia galanga L callus and able to produce secondary metabolite. The design used for callus proliferation was a combination of 2.4 D (1–3 mg/L) and BAP (0-0.2 mg/L). All were randomly arranged in a complete randomized design (RAL) with three replicates, and each treatment unit used 10 bottles of culture. The combination of eff ective treatment for callus proliferation was 2,4 D concentrations of 1 to 3 mg/L and without the addition of BAP (B0). 2,4 D with 1 mg/L concentration gave the best callus proliferation rate indicated at callus volume, fresh weight of callus, dried weight callus and the weakness high and white light colour with friable nature. The higher concentration of 2.4 D to 3 mg/L in the formation of callus color to green and on the process of organogenesis (shoot and root formation). Based on qualitative analysis test using thin layer chromatography (TLC), extract methanol callus Kaemferia galanga research results contain secondary metabolite compounds in the form of alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, steroids and ethyl para-methoxycinnamate.Penelitian ini bertujuan mencari kombinasi konsentrasi 2,4-D (asam diklorofenoksi asetat) dan BAP (benzyl amino purin) yang memberikan pengaruh terbaik terhadap proliferasi kalus serta mengetahui pengaruh interaksi antara 2,4-D dan BAP terhadap peroleh kultur kalus kencur yang pertumbuhannya baik dan mampu menghasilkan metabolit sekunder kencur. Perlakuan untuk proliferasi kalus yaitu kombinasi 2,4 D (1–3 mg/L) dan BAP (0-0,2 mg/L). Semuanya disusun acak dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan, dan setiap unit perlakuan menggunakan 10 botol kultur. Kombinasi perlakuan yang efektif untuk proliferasi kalus adalah 2,4 D konsentrasi 1–3 mg/L dan tanpa penambahan BAP (B0) dimana menunjukkan hasil proliferasi kalus yang terbentuk memiliki volume kalus, bobot segar kalus, bobot kering kalus serta morfologi kalus (keremahan dan warna kalus) yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan BAP, 2,4 D dengan konsentrasi 1 mg/L memberikan tingkat proliferasi kalus terbaik diantaranya volume kalus , bobot segar kalus, bobot kering kalus, keremahan kalus yang tinggi dan warna kalus yang putih, krem dan jernih. Semakin tinggi konsentrasi 2,4 D hingga 3 mg/L berpengaruh pada pembentukan warna kalus menjadi hijau dan mengarah pada proses organogenesis (pembentukan tunas dan akar). Berdasarkan uji analisis kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), ekstrak metanol kalus kencur hasil penelitian mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan etil para-metoksisinamat

    Pengaruh Jumlah Siklum HEM (High Energy Milling) Pada Karakteristik MFC (Microfibrillated Cellulose) Dari Sekam Padi

    Get PDF
    MFC merupakan selulosa yang sudah mengalami proses lanjut yaitu refinerdan homogenizer sehingga ukurannya berskala nanometer (nm). Proses pembuatanMFC dapat dilakukan secara mekanik, yaitu dengan memanfaatkan refiner, highpressure homogenizer dan gelombang ultrasonic. Selain dengan metode mekanik,pembautan MFC juga dapat dilakukan dengan metode enzimatis. MFC dapatdigunakan sebagai komposit pada berbagai bidang seperti industri makanan, cat,kosmetik dan medis. Pemanfaatan selulosa sekam padi dalam pembuatan MFC belumbanyak dilakukan. Proses penting dalam pembuatan MFC sekam padi adalah prosesdelignifikasi untuk menghilangkan lignin dan silika, proses bleaching dan prosespenggilingan. Pada penelitian ini akan dikaji pengaruh konsentrasi hydrogenperoksida, temperature bleaching dan waktu penggilingan. Optimasi variabel dapatdilakukan dengan menggunakan Response Surface Metodology (RSM). Hasilpenelitian menunjukkan kondisi optimum untuk proses delignifikasi adalah padaperbandingan volume/berat sekam sebesar 9, konsentrasi H2O2 1,5% dan pH 11,5.Variabel yang signifikan terhadap kadar lignin adalah diketahui yang signifikanterhadap kadar lignin adalah pH (linier), rasio V/w (kuadratik), konsentrasi H2O2(kuadratik) dan pH (kuadratik). Proses HEM sangat berpengaruh pada karakteristikMFC. Semakin banyak siklus HEM, maka gugus aktif MFC akan semakin banyak

    Pengembangan Metode Sterilisasi pada Berbagai Eksplan Guna Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus Kencur (Kaemferia Galangal L)

    Full text link
    Dewasa ini penggunaan obat tradisional yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan dimasyarakat semakin meningkat sebagai dampak dari konsep hidup kembali ke alam (back to nature). Salah satu tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat di Indonesia adalah kencur (Kaemferia galanga). Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika,penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit Perut karena rimpangnya mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain saponin, flavonoid, fenol serta minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Johnny, 1991). Tahap awal keberhasilan kultur kalus yang dilakukan tidak lepas dari ketepatan pemilihan bahan dasar eksplan yang akan digunakan dan juga teknik sterilisasi yang dilakukan selama kultur kalus. Ketepatan pemilihan sterilan dan lamanya waktu pemberian sterilan pada berbagai macam eksplan ternyata memberikan respon yang berbeda. Penelitian ini merupakan upaya dalam perolehan metode sterilisasi yang tepat pada berbagai macam sumber eksplan berupa daun, akar dan irisan rhizome dalam media MS yang digunakan dalam kultur in vitro khususnya kultur kalus tanaman kencur (Kaemferia galanga), sehingga akan diperoleh metode sterilisasi yang sesuai untuyk perbanyakan kalus kencur. Hasil penelitian menujukkan bahwa kombinasi perlakuan yang efektif untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan sumber kontaminasi adalah Natrium hipoklorit (NaOCl 10 %), 5 menit + Alkohol 70 % ,1 menit pada eksplan daun, kombinasi perlakuan Natrium hipoklorit (NaOCl 5 %), 5 menit + Alkohol 70 % ,1 menit untuk eksplan akar dan kombinasi perlakuan Alkohol 70 % ,1 menit + Kaporit (Ca(ClO)2) 6%, 20 menit untuk eksplan rimpang kencur. Sumber kontaminan yang dominan tumbuh adalah bakteri dan jamur dari jenis Mucor dan Rhizopus dengan cirri morfologi hifa berwarna putih hingga kelabu hitam

    PENGEMBANGAN METODE STERILISASI PADA BERBAGAI EKSPLAN GUNA MENINGKATKAN KEBERHASILAN KULTUR KALUS KENCUR (Kaemferia galangal L)

    Get PDF
    Dewasa ini penggunaan obat tradisional yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan dimasyarakat semakin meningkat sebagai dampak dari konsep hidup kembali ke alam (back to nature). Salah satu tumbuhan yang dikembangkan sebagai tanaman obat di Indonesia adalah kencur (Kaemferia galanga). Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika,penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut karena rimpangnya mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain saponin, flavonoid, fenol serta minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Johnny, 1991). Tahap awal keberhasilan kultur kalus yang dilakukan tidak lepas dari ketepatan pemilihan bahan dasar eksplan yang akan digunakan dan juga teknik sterilisasi yang dilakukan selama kultur kalus. Ketepatan pemilihan sterilan dan lamanya waktu pemberian sterilan pada berbagai macam eksplan ternyata memberikan respon yang berbeda. Penelitian ini merupakan upaya dalam perolehan metode sterilisasi yang tepat pada berbagai macam sumber eksplan berupa daun, akar dan irisan rhizome dalam media MS yang digunakan dalam kultur in vitro khususnya kultur kalus tanaman kencur (Kaemferia galanga), sehingga akan diperoleh metode sterilisasi yang sesuai untuyk perbanyakan kalus kencur. Hasil penelitian menujukkan bahwa kombinasi perlakuan yang efektif untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan sumber kontaminasi adalah Natrium hipoklorit (NaOCl 10 %), 5 menit + Alkohol 70 % ,1 menit pada eksplan daun, kombinasi perlakuan Natrium hipoklorit (NaOCl 5 %), 5 menit + Alkohol 70 % ,1 menit untuk eksplan akar dan kombinasi perlakuan Alkohol 70 % ,1 menit + Kaporit (Ca(ClO)2) 6%, 20 menit untuk eksplan rimpang kencur. Sumber kontaminan yang dominan tumbuh adalah bakteri dan jamur dari jenis Mucor dan Rhizopus dengan cirri morfologi hifa berwarna putih hingga kelabu hitam

    KAJIAN SIFAT FISIK FILM TIPIS NATA DE SOYA SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI

    Get PDF
    “Whey” is one of liquid waste water that was produced from tofu making process. There are many research that process whey to waste water that ready to dispose. One of whey utilization to product that more useful is as of nata making raw material, that often called nata de soya. The contain of nata is cellulose (Bergenia,1982). Cellulose that produced via fermentation process by bacteria often called microbial cellulose. Based of physic and chemical properties that owned by microbial cellulose, be required a study about possibility nata de soya as separated membrane especially ultrafiltration membrane. The Goal of this research are to study about influence of NaOH and H2SO4 concentration to density, swelling degree, water flux, nata de soya membrane rejection. The result of this research show that NaOH and H2SO4 treatment influence to phisical and chemical properties of nata de soya thin layer. Greatest density and smallest swelling degree are 0,94gr/cm3 and 210% at NaOH 6 % treatment. Greatest density and smallest swelling degree are 0,92gr/cm3 and 216% at H2SO4 8 % treatment. Flux value generated at several NaOH concentration average 18,89 Lm-2jam-1bar-1. By Murder (1996), ultrafiltration membrane has operational presure range 1.0 – 5.0 bar and water flux 10 -50 Lm-2jam-1bar-1, thus flux test result show that nata de soya thin layer adequate as ultrafiltration membrane. Smallest water flux value is obtained at NaOH 6 % concentration is 15.68 Lm-2jam-1bar-1. Fluctuating graph at influence of NaOH concentration to rejection coefficient has not been able to conclude best treatment to obtain maximum rejection coefficient, but overall average rejection coefficient at NaOH treatment to nata de soya thin layer is 47,6%. Keyword : ultrafiltration membrane, nata de soy

    Peningkatan Jiwa Wirausaha Ibu-Ibu PKK Desa Kalitapen Melalui Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair

    Get PDF
    Desa kalitapen adalah desa yang masyarakatnya mengandalkan ekonomi dari sistem pertanian, perdagangan dan penderes gula kelapa. Salah satu pusat perdagangan di desa Kalitapen adalah Pasar Desa Kalitapen. Keberadaan pasar di desa Kalitapen salah satu sisi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, akan tetapi pada sisi lain menghasilkan limbah berupa sampah. Sampah yang dihasilkan dari pasar sebagian besar merupakan limbah organik dari sisa sayuran dan buah-buahan. Sampah organik dari pasar ini belum dimanfaatkan secara optimal. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair (POC). Berdasarkan pertimbangan inilah, perlu dilakukan pelatihan bagi ibu-ibu PKK di desa Kalitapen tentang pembuatan POC dari limbah organik pasar. Pelatihan ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pemberiaan materi pembuatan POC dan praktek pembuatan POC. Hasil pelatihan pembuatan POC dari sampah organik bagi Ibu-ibu PKK desa Kalitapen menunjukkan bahwa peserta dapat memahami proses pembuatan POC dengan tingkat pemahaman 95% dan 100% peserta dapat melakukan praktek pembuatan POC dari sampah organik. Pelatihan ini dapat dijadikan peluang usaha bagi masyarakat Kalitapen dalam memanfaatkan sampah organik dan meningkatkan perekomomian masyarakat

    PENGARUH NUTRISI BAKTERI Pseudomonas sp DALAM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) TERHADAP KANDUNGAN BOD DAN COD AIR LIMBAH KILANG PARAXYLENE

    Get PDF
    Air Limbah pabrik perminyakan adalah air yang masih mengandung sedikit minyak, suspended solid, BOD dan COD yang relative masih tinggi. Penelitian ini bertujuan memperoleh hasil analisa air limbah outlet Rotating Biological Contactor (RBC) yang memenuhi standar KEP. 09 / MENLH/4/1997 khususnya kandungan BOD dan COD .Proses reduksi BOD dan COD terjadi di rotating biological contactor (RBC) oleh bakteri Pseudomonas. Pada penelitian ini digunakan variabel tetap flow rate air limbah 7 m3/jam, kecepatan putaran RBC 2,12 rpm sedangkan variable berubahnya adalah injeksi urea (1,1.1,1.2 kg/day) dan phospat (0.2,0.3,0.4 kg/day) kedalam RBC. Air limbah outlet RBC dianalisa setiap hari dengan metode API method 728-53. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan BOD dan COD di air limbah setelah diinjeksi urea dan phospat di RBC. Injeksi yang memberikan hasil terbaik dalam penelitian ini adalah urea 1.2 kg dan phospat 0.4 kg, untuk BOD terjadi penurunan dari rata-rata 166 ppm menjadi 97 ppm, untuk COD terjadi penurunan rata-rata 272 ppm menjadi 198 ppm. Kata kunci: Rotating Biological Contactor, BOD, COD, Urea, Phospa

    Sosialisasi Titik Kritis Halal Pangan Cepat Saji Bagi Kader IMM Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsinya. Berkaitan dengan makanan, dikenal istilah halal dan tayib. Halal tersebut berarti segala sesuatu yang diperbolehkan untuk dimakan menurut hukum Islam, sedangkan tayib berarti segala sesuatu yang aman untuk dikonsumsi, bersih, menyehatkan dan bermutu. Jaminan produk halal di Indonesia diatur dalam undang undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH). Melalui undang-undang tersebut maka dapat diketahui bahwa produk pangan yang bersertifikasi halal memiliki pasar yang lebih luas dibanding produk yang belum bersertifiaksi halal. Penerbitan sertifikat halal didahului dengan adanya audit. Namun sayangnya tahapannya memerlukan proses yang cukup rumit dan memerlukan ketelitian, sehingga masih banyak produk pangan yang belum bersertifikasi halal. Langkah antisipasi konsumsi makanan non halal oleh kelompok mitra yang ditawarkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah dengan memberikan sosialisasi mengenai titik kritis bahan pangan. Transfer pengetahuan dilakukan dengan sosialisasi daring dan pembuatan poster mengenai tema terkait. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi mengenai titik kritis pada produk pangan cepat saji meningkatkan pemahamaman kelompok mitra terhadap halal dan haram dari produk makanan. Berdasarkan hasil analisis nilai pre test dan post test diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahamaan kelompok mitra terhadap isi materi menajdi 81,33% (baseline nilai ≥60). Hal ini meningkat cukup pesat dibandingkan sebelum dilakukan penyuluhan yang hanya berkisar 32,06%

    Pelatihan Ekstraksi Zat Warna Alami dan Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Bagi Pengrajin Batik di Banyumas

    Get PDF
    Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah sebagai sentra pengrajin batik dalam bentuk usaha kecil dan menengah (UMKM). Proses pewarnaan batik tradisional di Kabupaten Banyumas pada umumnya menggunakan pewarna sintetis. Keunggulan pewarna batik sintetis adalah warnanya yang cerah dan tahan lama. Akan tetapi pewarna batik sintetis memiliki kelemahan, yaitu limbahnya dapat mencemari lingkungan karena tidak bisa terdegradasi.  Tujuan pelatihan ini adalah untuk memberi pengetahan dan praktek teknik-teknik ekstraksi zat warna alami dan pengoalahn limbah zat warna kain batik. Peserta pelatihan adalah para pengrajin batik di kabupaten Banyumas. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 95% peserta memiliki skore diatas 80, hal ini menunjukkan bahwa pelatihan yang diberikan telah meningkatkan pemahaman dan ketrampilan dalam ekstraksi zat warna alami dan pengolahan limbah

    Synthesis of Zeolite Pellets From Natural Zeolite and Starch as Adsorbent For Fuel Grade Bioethanol Production

    Get PDF
    Bioethanol is one of the alternative energy that needs to be kept under review, in terms of raw material sources, the fermentation and purification processes. In terms of purification process in order to standardize to be fuel grade, It is how to get dry bioethanol (99.5% bioethanol ). In order to get fuel grade bioethanol, it is need special separation process, because the ethanol and water mixture to be azeotrop at level 95%. The objective of this research is to improve bioethanol purification process by using zeolite pellets. The research was conducted in two stages, firstly the synthesis of zeolite pellets by blend natural zeolite and starch and then the application of it to adsorpt bioethanol vapor. The types of starch that used are wheat starch, tapioca, rice starch and corn starch. The results shows that the best type of starch for synthesis zeolite pellets is wheat starch. It is showed by the higher adsorption capacity. In other hand, the increasing of starch content will increase the adsorption capacity of zeolite pellets. In order to get fuel grade bioethanol, it is need the initial bioethanol with minimum level 94%
    corecore