54 research outputs found

    Gonad maturity of simping Placuna placenta, Linn 1758 (Bivalve: Placunidae) harvested from Kronjo Coastal, Indonesia

    Get PDF
    Simping (P. placenta) is a coastal resource found in shallow water with a muddy substrate. Simping widely used as a source of food and as raw material for the decoration.  Utilization of simping until now has not yet focused on recruitment, reproductive aspect. This information is important as a basis data for determining the size of the simping catch. This study aimed to find out about of reproduction aspect, determining sex ratio the size of the catch simping. This research was conduct for three months at 3 locations. The number of samples in the analysis is 36 species to determine sex ratio and gonad maturity.  Sex ratio indifferent from male and female, but based on the time sex ratio of simping significant, both male and female. The length size of gonads shellfish matures form 5.50 cm and 5.85 cm at 2 TKG conditions. Length of simping mature from 6.08 cm, 6.24 cm, 6.45 cm and 7.11 cm dominant at TKG mature stage 3,  and 8.61 cm dominant at 4 TKG conditions. Sex ratio reaches 6 cm shell length and not significant between males and females (M: F=1;1).  It is concluded that  the level of maturity of gonads increases  with increasing of simping size.

    Komposisi biota dasar hasil tangkapan alat garok pada perairan pesisir Kronjo, Tangerang

    Get PDF
    Garok is a fishing gear that operates at the bottom or surface of the substrate that is caught of various benthic species. The garok gear that operates in sediment, even in the long term can cause changes in the composition of the biota. Because exploitative fishing proses, can cause damage, vulnerability and at the long-term impact to the sustainability of the population. The research was carried out in Kronjo Bay, Tangerang from March to May 2011. The samples were collected from the operation, then determined the species, quantity, and weight of each species. Descriptive statistical analysis and ANOVA were used to determine the significance of the composition between stations and observation times. The caught consist of Placuna placenta, Anadara, Murex, Tellina, and crustaceans which belong to the mollusk and crustacean groups. Statistical analysis did not show a significant difference between the research stations, but it was significantly based on the observation time with Fhit 3,1 and Ftab 1,7. It turned out that the abundance of basic biota was found to be high in April then decreased in May. Likewise, the abundance did not show a significant difference in the location and time of observation. The catch composition on the Kronjo coast is dominated by the gastropod group with an average composition of above 50% per operation.Keywords:GarokCompositionDemersalKronjoCoastalABSTRAKGarok adalah alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan yang menangkap berbagai jenis biota dasar.  Alat garok yang dioperasikan dapat menangkap beragam jenis biota dasar dan dalam jangka lama dapat menyebabkan terjadinya perubahan komposisi biota. Alat tangkap yang bersifat eksploitatif dapat menyebabkan kerusakan, kerentanan sehingga menganggu keberlanjutan populasi secara jangka panjang. Penelitian dari praktek penggunaan alat garok ini dilakukan di Teluk Kronjo Tangerang mulai Maret-Mei tahun 2011. Sampel dikumpulkan secara eskploratif dari operasi alat garok, kemudian tentukan jenis, jumlah dan bobotnya dari setiap jenis.  Analisis statistik deskriptif dan ANOVA digunakan untuk mengetahui perbedaan komposisi antar stasiun dan antara waktu pengamatan.  Hasil tangkapan terdiri dari jenis Placuna placenta, Anadara, Murex, Tellina, dan krustasea yang termasuk kelompok moluska dan krustasea. Analisis statistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata antara stasiun penelitian, namun berbeda nyata berdasarkan waktu pengamatan dengan Fhit 3,1 dan Ftab 1,7. Kelimpahan biota dasar ditemukan tinggi pada bulan April kemudian menurun pada bulan Mei.  Begitu juga kelimpahan tidak menunjukan perbedaan yang nyata pada lokasi dan waktu pengamatan. Komposisi tangkapan di pesisir Kronjo didominasi oleh kelompok gastropoda dengan komposisi rata-rata diatas 50% setiap kali operasi.Kata kunci:GarokKomposisiDemersalKronjoPesisi

    Kualitas habitat populasi simping (Placuna placenta) di Perairan Teluk Kronjo, Tangerang

    Get PDF
    Populasi simping dapat bertahan dan berkembang apabila memiliki kualitas lingkungan hidup yang baik. Penelitian inibertujuan untuk mengkaji karakter habitat dan lingkungan hidup simping di perairan Teluk Kronjo, Tanggerang. Penelitiandilaksanakan selama lima bulan, dari bulan Maret sampai September 2008. Penelitian dilakukan dengan interval satubulan pada enam stasiun dengan tiga kali ulangan. Analisis meliputi analisis deskriptif dan anova dua arah (antara stasiundan antar zona). Status habitat simping dari indikator suhu, kecerahan, pH, BOD, masih mendukung kehidupan simping,sedangkan kekeruhan, TSS, oksigen, redoks, dan COD, berpotensi menghambat pertumbuhan simping. Secara keseluruhankondisi habitat kurang baik namun masih dalam batas syarat minimal untuk mendukung kehidupan simping.Kata kunci: simping, Kronjo, kualitas ai

    Vulnerability of Miangas Island

    Get PDF
    There are several methods of analysis in knowing the vulnerability of a community. In the analysis to determine the vulnerability of Miangas island, the determinant vulnerability was used. Determinant vulnerability evaluation is very easy to use and simple. Therefore, the determinants of ordinary vulnerabilities use an assessment of resources that are carried out in full, so that results can be used as reference for management. One approach that is widely used in determining the index is the method of scaling parameters into certain values. These values are expressed as a score of a parameter. As done by (Tahir 2010) referred to in Doukakis (2005) and Rao et al. (2008), the Miangas Island analysis refers to the determination of the paramater scale and the weight of the vulnerability.          The vulnerability index model constructed in this study consists of a static model of environmental vulnerability index and dynamic model of small island environmental vulnerability index. The static model of the environmental vulnerability index is intended to calculate the current vulnerability index (momentary), while the dynamic model of the environmental vulnerability index is used to predict the vulnerability dynamics in the future. In general, the values of IK-PPK = IE x IS / IAC = 4.29 x 2.35 / 1.6 = 6.30 By using these maximum and minimum values, the scale of assessment of the vulnerability of small islands is divided into 4 categories of vulnerability (Doukakis 2005), Miangas Island is obtained as follows; 0.20-6.04 = Low vulnerability, 6.05 -18.18 = Moderate vulnerability, 18.19-40.48 = High vulnerability (high), 40.49-76.00 = Very high vulnerability (very high). That there is a vulnerability with a moderate position.Keywords:  vulnerability, index, determinant, MiangasABSTRAKAda beberapa metode analisis dalam mengetahui kerentanan suatu komunitas.  Dalam analisis untuk mengetahui kerentanan pulau Miangas maka digunakan kerentanan determinan. Evaluasi kerentanan determinan sangat mudah digunakan dan sederhana. Oleh karna itu, determinan kerentanan biasa menggunakan assessment terhadap sumberdaya yang dilakukan secara utuh, sehingga hasil dapat dijadikan bahan acuan terhadap pengelolaan.   Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam penentuan indeks adalah metode penskalaan parameter ke dalam nilai-nilai tertentu.  Nilai-nilai tersebut dinyatakan sebagai nilai skor dari suatu parameter.  Sebagaimana yang dilakukan oleh (Tahir 2010) yang diacu dalam Doukakis (2005) dan Rao et al. (2008) maka pada analisis Pulau Miangas mengacu penentuan skala paramater dan bobot kerentanan tersebut.Model indeks kerentanan yang dikonstruksi dalam penelitian ini terdiri dari model statis indeks kerentanan lingkungan dan model dinamik indeks kerentanan lingkungan pulau-pulau kecil.  Model statis indeks kerentanan lingkungan dimaksudkan untuk menghitung indeks kerentanan saat ini (sesaat), sedangkan model dinamik indeks kerentanan lingkungan digunakan untuk melakukan prediksi dinamika kerentanan pada masa yang akan datang. Secara umum didapatkan nilai IK-PPK = IE x IS/IAC =  4,29 x 2,35 /1,6 = 6,30. Dengan menggunakan nilai maksimum dan minimum tersebut, skala penilaian tingkat kerentanan pulau-pulau kecil dibagi menjadi 4 kategori kerentanan (Doukakis 2005) maka Pulau Miangas didapatkan sebagai berikut; 0.20-6.04 = Kerentanan rendah (low), 6.05-18.18 = Kerentanan sedang (moderate), 18.19-40.48 = Kerentanan tinggi (high), 40.49-76.00 =         Kerentanan sangat tinggi (very high). bahwa ada kerentanan dengan posisi moderate.Kata kunci :  kerentanan, determinan, indeks, Mianga

    Modal Sosial Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

    Full text link
    Konsep modal sosial diartikan sebagai sebagai norma dan hubungan sosial yang menyatu dalam struktur masyarakat dan membuat orang dapat bekerjasama dalam bertindak untuk mencapai tujuan. Aksi bersama atau kerjasama dapat berlangsung ketika terdapat modal sosial dalam masyarakat. Tulisan ini menunjukkan bahwa modal sosial input dan modal sosial output atau aksi bersama terbukti dapat mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui aksi bersama pelarangan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, antara lain penggunaan bom, bius, atau penambangan karang

    BIAYA TRANSAKSI USAHA PERIKANAN SKALA KECIL DI KABUPATEN CILACAP

    Get PDF
    Efisiensi ekonomi sering kali hanya diukur dari aspek produksi, dan kurang memperhatikan segi non-produksi seperti biaya transaksi. Dalam usaha penangkapan ikan skala kecil, banyak sekali pengeluaran di luar biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan. Pengeluaran ini disadari atau tidak telah mengurangitingkat penerimaan dari usaha penangkapan ikan skala kecil. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghitung komponen biaya transaksi pada usaha penangkapan ikan skala kecil di Kabupaten Cilacap, serta mengukur dan menganalisis pengaruh biaya transaksi terhadap efisiensi ekonomi usaha. Penelitian dilakukan dengan metode survai dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa komponen biaya transaksi terbesar adalah raman dari hasil tangkapan yang dilelang pada Tempat Pelelangan Ikan berkisar antara 45 % dari total biaya transaksi yang dikeluarkan. Rasio biaya transaksi terhadap penerimaan yang diperoleh nelayan skala kecil menunjukkan bahwa setiap penerimaan Rp 100 maka sebesar Rp 26 dinikmati oleh pihak lain walaupun sebagian dari biaya transaksi tersebut juga ada yang kembali kepada nelayan untuk mendukung kegiatan produksi

    MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

    Get PDF
    Konsep modal sosial diartikan sebagai sebagai norma dan hubungan sosial yang menyatu dalam struktur masyarakat dan membuat orang dapat bekerjasama dalam bertindak untuk mencapai tujuan. Aksi bersama atau kerjasama dapat berlangsung ketika terdapat modal sosial dalam masyarakat. Tulisan ini menunjukkan bahwa modal sosial input dan modal sosial output atau aksi bersama terbukti dapat mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui aksi bersama pelarangan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, antara lain penggunaan bom, bius, atau penambangan karang.Kata kunci: pengelolaan perikanan, modal sosial

    Destructive Fishery and Fishery Sustainability Assessing Fishery Sustainability Using a Multicriteria Participatory Approach : a Case Study of Small Islands in South Sulawesi

    Full text link
    The sustainability in the integrated human and nature systems or social–ecological systems(SES) of reef fishery needs attention, because the livelihood of many coastal communities is dependentupon it. Likewise, coral reef ecosystem is important marine resource as a source of biodiversity, aspawning aggregation for various reef fish and biota. However, coral reef ecosystem in South Sulawesihas been pressured by reef-related fishing activities, which include destructive practices of bomb andpoison fishing.This study assesses the condition of fishery sustainability in five selected small islands situated inTaka Bonerate Marine National Park and Spermonde Archipelago, South Sulawesi. Multi-criteriaanalysis (MCA) is used as a decision-making tool to analyze and evaluate multiple indicators under aparticipatory group decision-making environment (Mendoza and Prabhu 2004). Four variable criteriaof sustainability indicators are included, namely ecological-criterion indicators, economic-criterionindicators, social-criterion indicators, and institutional-criterion indicators. The result of theassessment is analyzed with the state of coral reef and the state of destructive fishery in the area

    ANALISIS EKONOMI-EKOLOGI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN

    Get PDF
    Dalam perencanaan wilayah pesisir Provinsi Banten, perikanan budidaya memiliki peran penting terhadap nilai sosial dan ekonomi, terutama dalam hubungannya dengan aktivitas ekspor dari produk perikanan budidaya tersebut. Namun demikian, aktivitas perikanan budidaya juga berpotensi memberikan multiplier negatif jika dipandang dari segi efek yang ditimbulkan ke lingkungan pesisir, terutama ketika tidak ada pengelolaan yang baik pada aktivitas tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menelaahkekuatan struktur dan interaksi antar sektor dari perikanan budidaya; (2) Mengestimasi dampak ekonomi dan ekologi dari pembangunan perikanan budidaya; dan (3) Mengestimasi daya dukung lingkungan pesisir yang dapat dimanfaatkan bagi kegiatan perikanan budidaya berkelanjutan. Untuk menjawab tujuan tersebut, dibangun model ecological input-output dan pendekatan ecological footprint. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks keterkaitan ke belakang (1,84) lebih tinggi daripada keterkaitan ke depan 1,02). Hal ini berarti bahwa aktivitas perikanan budidaya di Provinsi Banten lebih memiliki kemampuan dalam menarik sektor hulu dibandingkan dengan sektor hilirnya. Lebih lanjut, pembangunan perikanan budidaya juga memberikan multiplier ekonomi yang memiliki income multiplier (2,20) lebih tinggi dibandingkan employment multipliernya (1,17). Dari segi ecological multiplier, area mangrove memberikan indeks sebesar 0,005, COD (0,001), dan TDS (0,001). Penggunaan pendekatan ecological footprint, diestimasikan bahwa daya dukung dari area pesisir yang tersedia adalah pada level 48.886 ha dengan target permintaan 497.825,59 juta rupiah. Title: Ecological-Economic Analysis of Sustainable Aquaculture Development Planning in the Coastal Zone of Banten Province.In the planning of Banten coastal zone, aquaculture has important role due to its social and economic value especially related with export activities of the aquaculture products. However, aquaculture activities potentially have also a negative multiplier effect on the coastal environment, especially when there is no proper management of those activities. The aims of this research are (1) to identify the structure and interaction among sectors in aquaculture activities; (2) to estimate the economic and ecological impact of the aquaculture activities, and ;(3) to estimate carrying capacity of the coastal area enabling for sustaining aquaculture development. To achieve these objectives, ecological input-output model was developed and supported with ecological footprint approach. Results of the study reveal that backward linkages index (1.84) is higher than forward linkages one (1.02). This means that aquaculture activities in Banten Provincehas capacity to pull upstream sectors rather than downstream sectors. Furthermore, aquaculture developmant has also produced economic multiplier by which income multiplier is (2.20) higher than employment multiplier (1.17). From the ecological multiplier point of view, mangrove area producs index as of 0.005, COD (0.001), and TDS (0.001). Using ecological footprint approach, the carrying capacity of appropriated coastal area is estimated at the level of 48,886 ha with the demand target of IDR 497,825.59 million.
    corecore