13 research outputs found

    EVALUASI REHABILITASI LAHAN KRITIS BERDASARKAN TREND NDVI LANDSAT-8 (Studi Kasus: DAS Serayu Hulu)

    Get PDF
    Pemanfaatan penginderaan jauh dalam memantau vegetasi sudah banyak dilakukan, tetapi pemanfaatannya untuk mengevaluasi rehabilitasi di lahan kritis masih sangat jarang. Kegiatan rehabiliatsi hutan dan lahan dilakukan karena makin meningkatnya lahan kritis. Kegiatan rehabilitasi tersebut perlu dievaluasi, mengingat banyak sekali dana, waktu, dan tenaga yang diperlukan. Selama ini evaluasi dilakukan dengan cara langsung mendatangi lokasi rehabilitasi dengan memantau pertumbuhan tanaman pada setiap akhir tahun sampai akhir tahun ketiga. Menurut ketentuan peraturan yang berlaku, rehabilitasi dapat dikatakan berhasil apabila 90% vegetasi yang ditanam bisa tumbuh di akhir tahun ketiga. Kegiatan evaluasi dengan cara memantau kondisi vegetasi atau kerapatannya dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan data penginderaan jauh, karena data tersebut mempunyai sifat multi temporal dan cakupan yang luas dan ketersediannya yang berlimpah dan mudah didapat. Data penginderaan jauh yang digunakan adalah Landsat-8 tahun 2013 sampai dengan 2018 dan metode evaluasi adalah analisis NDVI dari waktu ke waktu menggunakan SIG. Hasilnya adalah bahwa dari hasil survey yang diperoleh di kawasan APL terdapat lokasi rehabilitasi di lahan tidak kritis, agak kritis, kritis, dan sangat kritis dan berturut-turut keberhasilan rehabilitasi untuk APL_TK; APL_K; APL_AK; APL_SK jika NDVI melampaui nilai 0,337; 0,465; 0,493; 0,490 setelah bulan ke 21,8; 24,5; 26, dan 25,8

    Algorithm for detecting deforestation and forest degradation using vegetation indices

    Get PDF
    In forestry sector, the remote sensing technology hold a key role on forest inventory and monitoring their changes. This paper describes the algorithm for detecting deforestation and forest degradation using high resolution satellite imageries with knowledge-based approach. The main objective of the study is to develop a practical technique for monitoring deforestation and forest degradation occurred within the mangrove and swamp forest ecosystem.聽 The SPOT 4, 5, and 6 images acquired in 2007, 2012 and 2014 were transformed into three vegetation indices, i.e., Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Green-Normalized Difference Vegetation index (GNDVI) and Normalized Green-Red Vegetation index (NRGI).聽 The study found that deforestation was well detected and identified using the NDVI and GNDVI, however the forest degradation could be well detected using NRGI, better than NDVI and GNDVI.聽 The study concludes that the strategy for monitoring deforestation, biomass-based forest degradation as well as forest growth could be done by combining the use of NDVI, GNDVI and NRGI respectively

    A national-scale land cover reference dataset from local crowdsourcing initiatives in Indonesia

    Get PDF
    Here we present a geographically diverse, temporally consistent, and nationally relevant land cover (LC) reference dataset collected by visual interpretation of very high spatial resolution imagery, in a national-scale crowdsourcing campaign (targeting seven generic LC classes) and a series of expert workshops (targeting seventeen detailed LC classes) in Indonesia. The interpreters were citizen scientists (crowd/non-experts) and local LC visual interpretation experts from different regions in the country. We provide the raw LC reference dataset, as well as a quality-filtered dataset, along with the quality assessment indicators. We envisage that the dataset will be relevant for: (1) the LC mapping community (researchers and practitioners), i.e., as reference data for training machine learning algorithms and map accuracy assessment (with appropriate quality-filters applied), and (2) the citizen science community, i.e., as a sizable empirical dataset to investigate the potential and limitations of contributions from the crowd/non-experts, demonstrated for LC mapping in Indonesia for the first time to our knowledge, within the context of complementing traditional data collection by expert interpreters

    Metode Klasifikasi Radar Mono Temporal ( Studi Kasus Pada Tanaman \'zebu )

    No full text
    ABSTRACT Land cover identification by using Radar data (ERS-1 SAR) is one of sophisticated activities. The interpretation key on optic data (that is tone) can't easily used in radar data. It is caused by radar image performance that look black and white and ratheiblurry, especially if we only have one date of data (single date). This research has objectives to improve the capable of radar data digital and visual interpretation by texture information extraction of data through Mean, Median and Sigma filtering. Beside that, have been produced backscattered image with colour combination for making the training area easily. -The optimalization of monotemporal radar data classification can be obtained by using three informations of texture above trough Supervised classification using Maximum Likelihood method. In this research, plantation area (sugarcane) could be differentiated from other. The accuration of sugarcane plantation classification was 89.0 % with Mapping Acuracy is 78.3 %. RINGKASAN Identifikasi obyek liputan lahan dengan menggunakan data radar (ERS-1 SAR) merupakan kegiatan interpretasi ythig tidak mudah dilakukan. Kunci interpretasi yang mudah digunakan terhadap data inderaja optik, yaitu rona (warna) tidak dapat digunakan begitu saja pada data radar. Keadaan tersebut disebabkan oleh penampilan citra radar yang tampak hitam putih dan blurik, apalagi hanya, data satu tanggal (single date). Dal= penelitian ini telah dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan interpretasi visual dan digital data radar dengan cara ekstraksi informasi tekstur data ERS-1 SAR menggunakan teknik pentapisan Sigma, Median, dan Mean. Upaya yang kedua adalah dengan membuat citra hambur balik (backscatter) dengan kombinasi warna yang dapat mewakili sebaran nilai hambur balik, sehingga dapat memudahkan dalam membuat deliniasi obyek kelas (training area). Optimasi klasifikasi data radar monotemporal dapat dilakukan dengan menggunakan 3 jenis informasi tekstur tersebut di atas secara klasifikasi terbimbing (Supervised) menggunakan metode Maximum Likelihood. Hasil klasifikasi dapat membedakan daerah perkebunan tebu dengan padi dan kebun campur. Ketelitian Klasifikasi tanaman tebu adalah sebesar 89.8 % dengan Keakuratan Pemetaan sebesar 78.3 %.Hln.. 53-6

    Uji Model Fase Pertumbuhan Padi Berbasis Citra Modis Multiwaktu Di Pulau Lombok

    No full text
    Uji model adalah sebuah tahapan yang harus dilakukan sebelum model tersebut digunakan untuk kegiatan yang bersifat operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji akurasi model fase pertumbuhan padi berbasis MODIS di pulau Lombok terhadap citra Landsat multiwaktu dan data lapangan. Penelitian dilakukan dengan metode analisis dan evaluasi secara bertahap. Pertama, evaluasi akurasi menggunakan analisis citra Landsat 8 multiwaktu. Pada tahap kedua menggunakan data referensi hasil pengamatan lapangan, sedangkan tahap ketiga dilakukan analisis informasi fase pertumbuhan untuk mengetahui tingkat konsistensi model. Akurasi model fase pertumbuhan dihitung menggunakan matrik kesalahan. Hasil analisis dan evaluasi tahap I terhadap informasi fase 30 April dan 19 Juli menunjukkan bahwa ketelitian model mencapai 58-59 %, sementara hasil evaluasi tahap II terhadap fase periode 19 Juli menggunakan data hasil survei 20-25 Juli menunjukkan akurasi keseluruhan 53 %. Namun, hasil analisis konsistensi model menunjukkan bahwa fase yang dihasilkan dari citra MODIS yang di-smoothing menunjukkan pola yang konsisten sebagaimana pola EVI tanaman padi dengan akurasi 86 %, sedangkan pola EVI citra MODIS yang tidak di-smoothing tidak konsisten. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa model ini cukup baik, tetapi dalam operasionalnya perlu dilakukan smoothing citra MODIS input terlebih dahulu sebelum ekstrak nilai indek (EVI).Hal. 51-6

    Evoluci贸n de los compuestos org谩nicos vol谩tiles, fenoles y capacidad antioxidante durante la maduraci贸n y desarrollo del fruto de Rubus ulmifolius Schott

    No full text
    Se ha observado en la actualidad un creciente inter茅s en los consumidores por fruta con alto contenido de compuestos beneficiosos para la salud. En ese sentido, los berries han recibido una especial atenci贸n producto de su alto contenido de compuestos fen贸licos, as铆 como su agradable sabor y aroma. En este trabajo, caracterizamos la evoluci贸n del color, la capacidad antioxidante, el contenido fen贸lico y el perfil de los compuestos org谩nicos vol谩tiles de la fruta de Rubus ulmifolius Schott (mora silvestre) en diferentes estadios de desarrollo y maduraci贸n, durante dos temporadas (a帽os: 2020-2021 y 2021-2022) provenientes del mismo huerto. De este modo, se establecieron cuatro estadios de desarrollo basados en par谩metros de color (estadios: verde, blanco, rosa y azul), lo cual es consistente con los cambios observados en el peso y en el tama帽o del fruto. Por otra parte, el contenido de fenoles totales y flavonoides mostr贸 un descenso durante la maduraci贸n del fruto, a diferencia de lo observado en el contenido de antocianinas totales el cual experimento un aumento en los estadios finales de la maduraci贸n. De la misma forma, la capacidad antioxidante fue evaluada a trav茅s de: FRAP y DPPH, usando ambas aproximaciones se observan de manera consistente altos niveles en los estadios finales de maduraci贸n en las dos temporadas evaluadas. Por 煤ltimo, el an谩lisis de los compuestos org谩nicos vol谩tiles mostr贸 una s铆ntesis activa de estos compuestos durante el 煤ltimo estadio de maduraci贸n, siendo los compuestos alcoh贸licos los m谩s abundantes durante cada estadio de maduraci贸n. En suma, nuestros resultados nos permiten proponer una clasificaci贸n de los diferentes estadios de maduraci贸n de la mora silvestre, mejorando as铆 el conocimiento de este interesante fruto con alto contenido de compuestos saludables y un alto potencial nutrace煤tico.Facultad de Ciencias Agrarias y Forestale

    Identificaci贸n de las isoformas del gen codificante para la enzima alcohol aciltransferasa de Fragaria x ananassa

    No full text
    Fragaria x ananassa, es el resultado del cruzamiento entre Fragaria chiloensis y Fragaria virginiana. Es considerada como modelo de estudio de frutos no climat茅ricos, teniendo una gran importancia comercial y biol贸gica debido a sus cualidades organol茅pticas como textura, sabor y aroma. En relaci贸n a este 煤ltimo par谩metro, las principales mol茅culas involucradas en frutilla, son los 茅steres vol谩tiles, que son generados por reacciones de esterificaci贸n entre alcoholes y acil coenzima A, catalizadas por la enzima alcohol aciltransferasa (AAT). Por lo tanto, los cambios en la composici贸n de 茅steres vol谩tiles de F. x ananassa pueden estimarse indirectamente mediante la identificaci贸n y caracterizaci贸n de las diferentes isoformas del gen codificante para AAT. A la fecha, s贸lo dos isoformas de AAT han sido descritas (SAAT y FaAAT2), por lo tanto conocer todas las isoformas presentes en el fruto podr铆a ayudar a comprender de mejor forma los procesos de producci贸n de aroma a nivel molecular. El objetivo de este trabajo fue realizar la caracterizaci贸n estructural, transcripcional y bioqu铆mica de todas las isoformas de AAT presentes en F. x ananassa, utilizando herramientas bioinform谩ticas y experimentales. De acuerdo con lo anterior, se encontraron seis isoformas que comparten todas las regiones conservadas para otras aciltransferasas, distribuidas en el subgrupo II y III. A nivel de estructura g茅nica, las seis isoformas presentan estructuras gen贸micas similares. El an谩lisis de los promotores permiti贸 determinar que SAAT y FaAAT2, tienen respuesta tanto a acido absc铆sico (ABA) y auxina; mientras que FaAAT3, FaAA4, FaAAT5 y FaAAT6 s贸lo a ABA. Por otra parte, la predicci贸n de estructura secundaria demostr贸 que FaAAT2 y FaAAT5 presentan gran identidad estructural entre ellas. A nivel fisiol贸gico, los tratamientos con ABA en frutos, generaron un cambio en la coloraci贸n en el estadio blanco. Finalmente, se cuantificaron los niveles de transcritos de las seis isoformas mediante qPCR, demostrando diferentes niveles de expresi贸n en AAT.Facultad de Ciencias Agrarias y Forestale

    A national-scale land cover reference dataset from local crowdsourcing initiatives in Indonesia

    No full text
    This collection represents geographically diverse, temporally consistent, and nationally relevant land cover (LC) reference data collected by visual interpretation of very high spatial resolution imagery, in a national-scale crowdsourcing campaign (targeting seven generic LC classes) and a series of expert workshops (targeting seventeen detailed LC classes) in Indonesia. The interpreters were local citizen scientists (crowd/non-experts) and local LC visual interpretation experts from different regions in the country. This helps to ensure that the LC map products are relevant and can contribute effectively to the actionable information needs of the national and sub-national stakeholders and end users of the LC products within the country. We provide the raw LC reference dataset, as well as a quality-filtered dataset, along with the quality assessment indicators. The dataset is relevant for the LC mapping community, i.e., researchers and practitioners, as reference data for training ML algorithms and for map accuracy assessment (with appropriate quality-filters applied). The dataset is also useful for the citizen science community, i.e., as a sizable empirical dataset to investigate the potential and limitations of the crowd/non-experts, demonstrated for LC mapping in Indonesia for the first time to our knowledge, within the context of complementing traditional data collection by expert interpreters. The detail description of the data and the data collection methodology can be found in our paper below
    corecore