30 research outputs found

    Analisis Produksi Kepiting Bakau (Scylla seratta ) Kabupaten Bone

    Get PDF
    One of the biggest mangrove crab producing areas in Bone Regency is Cenrana District. The increase in the number of mangrove crab production in 2016 was the largest contribution of the Cenrana Subdistrict. However, as demand for mangrove crabs in Bone Regency continues to increase, the amount of production has not been able to meet the market demand for mangrove crabs even though their production has increased. This study aims to analyze the influence of production inputs (farmland, seeds, feed and labor) on the production of mangrove crabs. This research was conducted in Cenrana Subdistrict, Bone Regency, where the location was determined purposively. This research was conducted from February to March 2018. Respondents in this study were mangrove crab farmers who were selected using a sampling method of 92 people. The data analysis used is multiple regression analysis with the Ordinary Least Square (OLS) method, the model used is the Cobb-Douglas production function equation. The results showed that the increase in mangrove crab production was influenced by farmland factors (0,231), seeds (0,459), feed (0,155) and labor (0,238) and had a positive and significant effect on the production of mangrove crabs. Mangrove crab production will increase because there is a potential for increased production of mangrove crabs with the certainty of seed availability through improved mangrove habitat improvement, regulation of catching mangrove crab eggs laying eggs and environmental improvements due to pollution around the upper reaches of the Cenrana River Bone Regency.Salah satu daerah penghasil kepiting bakau terbesar di Kabupaten Bone adalah Kecamatan Cenrana. Peningkatan jumlah produksi kepiting bakau pada tahun 2016 adalah sumbangsi terbesar dari Kecamatan Cenrana. Akan tetapi, seiring permintaan kepiting bakau di Kabupaten Bone terus meningkat, jumlah produksinya belum mampu memenuhi permintaan pasar kepiting bakau meskipun produksinya pernah mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh input produksi (lahan tambak, benih, pakan dan tenaga kerja) terhadap produksi kepiting bakau. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Bone, Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purvosive). Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai dengan Maret 2018. Responden dalam penelitian ini adalah petani kepiting bakau yang dipilih menggunakan metode sampling sebanyak 92 orang. Adapun analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS), model yang digunakan adalah persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan produksi kepiting bakau dipengaruhi oleh faktor lahan tambak (0,231), benih (0,459), pakan (0,155) dan tenaga kerja (0,238) dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kepiting bakau. Produksi kepiting bakau akan semakin meningkat karena ada potensi peningkatan produksi kepiting bakau dengan adanya kepastian ketersediaan benih melalui perbaikan habitat mangrove yang lebih baik, peraturan penangkapan induk kepiting bakau yang bertelur dan perbaikan lingkungan akibat pencemaran disekitar hulu Sungai Cenrana Kabupaten Bone

    THE RABBIT-FISHES (FAMILY SIGANIDAE) FROM THE COAST OF SULAWESI, INDONESIA

    Get PDF
    -Fish diversity monitoring could be utilized as a basis for formulating management regulation of the fisheries resources. A study has been carried out to describe the Siganid fishes of the family Siganidae from the coast of Sulawesi, Indonesia. The study was conducted from September 2010 to August 2013. Two hundred and thirty five specimen of Siganid belonging 17 species were examined and identified: Siganus argenteus, S. canaliculatus, S. corralinus, S. doliatus, S. fuscescens, S. guttatus, S. javus, S. lineatus, S. puellus, S. puelloides, S. punctatissimus, S. punctatus, S. spinus, S. vermiculatus, S. virgatus, S. sutor, and S. vulpinus. Description and local name available of each species was given

    Kandungan Logam Berat Pb-cd dan Kualitas Air di Perairan Biringkassi, Bungoro, Pangkep

    Full text link
    Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT Semen Tonasa, akan terus menghasilkan limbah logam berat yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas perairan di sekitar areal tambak masyarakat Desa Bulu Cindea, Bungoro, Pangkep. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas air dan kandungan logam berat timbale (Pb) dan cadmium (Cd) oleh pembuangan limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT Semen Tonasa di Pelabuhan Biringkassi. Metode penelitian yang dilakukan yaitu mengamati dan menganalisis parameter oseanografi fisik dan kimia. Titik pengambilan sampel berada di empat lokasi dengan mempertimbangkan kondisi geografis dan karakteristik lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan parameter kualitas air di empat lokasi pengambilan sampel, nilai pH, temperatur, dan DO tidak melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan salinitas masih tergolong alami. Nilai BOT antara 20,22-41,08 mg/liter, melebihi baku mutu pemerintah. Kadar COD di lokasi berkisar 22,7-26,8 mg/liter, melebihi baku mutu. Kandungan Pb dan Cd di dalam air dan gastropoda (kerang), masih di bawah ambang baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 0,05 ppm, Sedangkan pada sedimen di stasiun 1 dan stasiun 2 melebihi baku mutu dengan nilai 0,220 dan 0,151. Kandungan Cd dalam air dan gastropoda (kerang) di bawah ambang baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu 0,01 ppm, sedangkan pada sedimen di empat stasiun melebihi baku mutu, berturut-turut nilainya 0,172, 0,12, 0,06, dan 0,01

    Perbandingan Efektivitas Penggunaan Beberapa Metode dalam Monitoring Kondisi Terumbu Karang

    Get PDF
    Terumbu karang merupakan salah satu potensi kekayaan laut Indonesia, yang bila dikelola dan dimanfaatkan secara baik akan dapat memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat. Untuk dapat mengelola terumbu karang dengan baik diperlukan dukungan data yang valid sebagai dasar dalam merumuskan suatu kebijakan. Salah satu data yang diperlukan yaitu tutupan dasar terumbu karang yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari beberapa metode pemantauan yang umum digunakan dalam monitoring terumbu karang berdasarkan pendekatan statistik di Perairan Pulau Barranglompo dengan menggunakan tiga metode berbeda yang dibandingkandengan nilai sebenarnya (Metode Transek Kuadran). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode UPT merupakan metode yang efektif digunakan karena memiliki nilai koefisien variasi dan kesalahan baku yang paling kecil diantara metode lain yang dibandingkan berdasarkan tutupan karang hidupnya. Metode UPT juga lebih konsisten menghasilkan data yang tercermin dari nilai standar error yang lebih kecil. Meskipun diantara ketiga metode (LIT, PIT, dan UPT) yang diperbandingkan dengan nilai sebenarnya metode PIT merupakan metode yang menghasilkan nilai tutupan karang hidup yang lebih tinggi dari metode yang lain, namun koefisien variasi dan standar error yang dihasilkan juga relatif lebih tinggi sehingga tidak menjadi metode yang efektif untuk digunakan

    PEMBERDAYAAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA KUDA LAUT (Hippocampus barbouri) DI PULAU SABANGKO, DESA MATTIRO BOMBANG KECAMATAN LIUKANG TUPAKBIRING KABUPATEN PANGKEP

    Get PDF
    Program Pengabdian Kepada Masyarakat Unhas-Program Kemitraan Masyarakat (PPMU-PK-M) “Kelompok Pembudidaya Kuda Laut (Hippocampus barbouri) di Pulau Sabangko, Desa Mattiro Bombang Kecamatan Liukang Tupakbiring Kabupaten Pangkep” bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam menjalankan usaha budidaya kuda laut. Metode pelaksanaan PK-M, terdiri dari kegiatan budidaya kuda laut dan kegiatan pendampingan. Pada kegiatan budidaya kuda laut ini, wadah yang digunakan terbuat dari akuarium kaca berukuran 80(P) x 40(L) x 50(T) cm dan berukuran 60(P) x 40(L) x 40(T) cm. Wadah pembesaran kuda laut didesain menggunakan sistem resirkulasi yang dilengkapi dengan saluran pemasukan air (in let) dan saluran pembuangan air (out let) serta dilengkapi pompa celup, aerasi, tempat sangkutan untuk bertenggernya kuda laut. Unit penangkaran ini juga dilengkapi dengan sistem suplai air laut dan instalasi tenaga surya. Penyediaan kuda laut juvenil dan dewasa diperoleh dari hasil penangkaran/budidaya kuda laut di Laboratorum Penangkaran dan Rehabilitasi Ekosistem Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Selanjutnya kuda laut tersebut ditebar dan dipelihara hingga mencapai ukuran dewasa atau calon induk sesuai target yang diharapkan. Jumlah kuda laut yang dipelihara masing-masing sebanyak 50 ekor juvenile berukuran 5 - 6 cm dan calon indukan sebanyak 50 ekor berukuran 8 - 9 cm. Hasil pemeliharaan/pembesaran kuda laut menunjukkan sintasan yang sangat tinggi yaitu berkisar 96 - 100% dan telah mencapai ukuran calon indukan dan indukan dengan ukuran panjang masing-masing berkisar 10 hingga 11 cm dan 12 hingga 13 cm. Selama kegiatan program PK-M, kelompok mitra terlibat secara langsung pada semua tahapan-tahapan budidaya kuda laut. Kata kunci: Budidaya, kuda laut Hippocampus barbouri, sintasan. ABSTRACT Unhas Community Service Program-Community Partnership Program (PPMU-PK-M) “Sea Horse (Hippocampus barbouri) Cultivation Group on Sabangko Island, Mattiro Bombang Village, Liukang Tupakbiring District, Pangkep Regency” was conducted to increase the knowledge and skills of partners in running a seahorse farming business. The PK-M implementation method consists of seahorse cultivation and mentoring activities. For seahorse cultivation activity, the container used is made of a glass aquarium measuring 80(W) x 40(L) x 50(H) cm and 60(W) x 40(L) x 40(H) cm. The seahorse rearing containers were designed as a recirculation system which equipped with inlet and outlet along with submersible pumps, aeration and objects for seahorses to coiling tails. This unit system was also equipped with seawater supply system and solar power installation. The  juvenile and adult seahorses were obtained from captive breeding/cultivation of seahorses at the Laboratory of Sea ranching and Ecosystem Rehabilitation, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Hasanuddin University. The seahorses were subsequently stocked and reared until the animals reach the adult size or prospective broodstock according to the targeted size. The number of cultivated seahorses was 50 for 5 - 6 cm juveniles and 50 of 8 - 9 cm prospective broodstok. The results of the seahorse cultivation showed a very high survival rate ranging from 96 - 100% and attained prospective broodstock and broodstock lengths ranging from 10 to 11 cm and 12 to 13 cm, respectively. During the PK-M program activities, each member of partner groups was actively involved in all stages of seahorse cultivation activities.   Keywords: Cultivation, seahorse Hippocampus barbouri, survival

    Knowledge state of sexual reproduction of coral Acropora nobilis and Pocillopora verrucosa from Indonesian Waters

    Get PDF
    artikel ini sdh diterbitkan di Jurnal Torani, Edisi Desember 2006Sexual reproduction of hard corals in many coral reef locations showed variety in type\ud and reproduction time. The aims of this research were to understand the reproduction state of\ud corals Acropora nobilis and Pocillopora verrucosa from Barranglompo Island (South Sulawesi,\ud Indonesia) and compare the data of the same species situated in subtropical waters. This\ud research was conducted based on histological approach. Gonad structure and gonadal\ud development stages of the two hard coral???s species that sampled based on moon phase were\ud examined. The results show that both Acropora nobilis and Pocillopora verrucosa reproduce\ud sexually by spawning. The spawning of A. nobilis held in full moon and new moon, but only in\ud new moon for P. verrucosa. Consistency in reproduction type was showed by A. nobilis from\ud both tropical and subtropical regions. However the spawning time that was conducted only on\ud full moon in subtropical areas, happened on the full moon and on the new moon in tropical\ud region. In contrary P. verrucosa was reproduced in the new moon only for both regions but\ud showed a variety in reproduction type. P. verrucosa from Central Pacific was reproducing\ud through brooding while the same species from Indo-pacific was reproduced by spawning

    Preferensi makanan dan daya ramban ikan baronang, Siganus canaliculatus pada berbagai jenis lamun

    Get PDF
    Ikan baronang (Siganus canaliculatus) adalah jenis ikan yang umum ditemukan di daerah padang lamun. Beberapa peneliti melaporkan bahwa ikan baronang adalah ikan herbivora yang dapat memakan lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan preferensi makanan dan daya ramban S. Canaliculatus terhadap berbagai jenis lamun mulai dari jenis lamun ???pioneer??? sampai ???climax???yaitu: Halophila ovalis, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, dan Enhalus accoroides. Ikan baronang berukuran seragam dikumpulkan dari perairan, dipelihara dalam akuarium beraerasi dan tidak diberi makan selama 2x24 jam. Daun lamun yang masih utuh dari setiap jenis dikumpulkan, dibersihkan dan tanpa dibersihkan dari epifit yang menempel, lalu ditimbang sebanyak 8 g untuk setiap jenis, dan diletakkan di dalam akuarium 50x50x50 cm3yang telah diisi air laut dan diaerasi. Ikan uji yang telah dipersiapkan dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi lamun dan diamati setiap 12 jam (pola makan siang dan malam). Data selisih bobot lamun sebelum dan sesudah perlakukan 12 jam dianalisis dengan one-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. Canaliculatus tidak memperlihatkan preferensi makanan yang nyata terhadap jenis lamun tertentu pada siang hari. Namun, pada malam hari secara nyata menunjukkan bahwa ikan ini lebih memilih Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis sebagai makanannya. Daya ramban S. canaliculatus terhadap beberapa jenis lamun berbeda, pada siang hari daya ramban tertinggi pada lamun jenis H. ovalis sebesar 0,063 gr.jam-1 dan terendah pada lamun jenis E. acoroides sebesar 0,008 gr.jam-1, sedangkan pada malam hari daya ramban S. canaliculatus tertinggi pada H. ovalis sebesar 0,061 gr.jam-1 dan terendah pada Thalassia hemprichii sebesar 0,007 gr.jam-1

    STATUS DAN KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PADA BEBERAPA DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL)-COREMAP II, KABUPATEN BIAK- NUMFOR TAHUN 2008

    Get PDF
    Artikel ini sdh dipresentasekan dlm acara seminar nasional Green Technology for better future di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada tgl 20 Novemebr 2010Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (a) mengetahui kondisi terumbu karang dan ikan karang di beberapa lokasi DPL Coremap II Kab. Biak Numfor; (b) mengetahui kelimpahan dari pemangsa karang Acanthaster planci; dan (c) menganalisis pengaruh kerusakan terumbu karang terhadap kekayaan jenis dan kelimpahan ikan karang. Penentuan kondisi terumbu karang dilakukan dengan metode Point Intercept Transect (PIT), kelimpahan ikan karang dan hewan pemangsa karang Acanthaster planci diamati dengan teknik Visual Sensus berdasarkan Transek garis dengan luasan pengamatan (250 m2). Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara umum, kategori tutupan didominasi oleh 3 kategori, yaitu karang hidup Acropora (ACR), karang hidup Non-Acropora (HC) dan karang mati yang sudah ditumbuhi oleh alga filamen (DCA). Kondisi terumbu karang di 17 lokasi DPL Kab. Biak Numfor bervariasi dari tingkatan yang sudah rusak sampai sangat bagus. Kondisi yang masih sangat bagus ditemukan di DPL Ibdi, Orwer, Bindusi, Soryar, Opiaref, Wasori, Karabai dan Yeri. Sedangkan kondisi terumbu karang yang sudah tergolong rusak ditemukan di lokasi DPL Ruar dan Woniki; Kekayaan jenis ikan karang di 17 lokasi DPL sebanyak 136 jenis yang berasal dari 64 genera dan 25 famili. Kelimpahan dan kekayaan jenis ikan karang yang tinggi ditemukan di lokasiDPL Ruar, Ibdi, Bindusi, Wasori, Karabai dan Yeri. Sedangkan lokasi DPL yang miskin jenis ikan karang yaitu DPL Orwer, Opiaref dan P. Rasi; Keberadaan populasi predator karang A. planci terpantau pada 5 lokasi DPL, yaitu Yenusi, Woniki, Opiaref, Sareidi dan Wasori. Status yang sudah berada dalam kategori mengancam kehidupan terumbu karang ditemukan di DPL Woniki, Opiaref dan Sareidi dengan kelimpahan > 1 ekor/ 100 m2. Hubungan antara tutupan karang hidup berkorelasi positif dan sangat nyata terhadap kelimpahan ikan karang namun tidak dalam hal kekayaan jenis ikan karang. Kondisi terumbu karang yang sangat bagus memiliki kelimpahan dan jumlah jenis ikan karang yang lebih tinggi

    Estimasi Daya Dukung Padang Lamun Di Paparan Terumbu Karang Kepulauan Derawan Sebagai Feeding Habitat Bagi Penyu Hijau

    Get PDF
    Padang lamun pada paparan terumbu karang adalah habitat potensial bagi hewanhewan\ud langka\ud dilindungi\ud seperti\ud penyu\ud hijau\ud (Chelonia\ud mydas).\ud Hewan\ud ini\ud \ud memakan\ud daun-daun\ud lamun\ud secara\ud massive\ud sehingga\ud sangat\ud penting\ud dalam\ud daur\ud \ud nutrien\ud pada\ud daerah\ud padang lamun\ud dan\ud berperan\ud penting\ud secara\ud ekologi\ud dalam\ud \ud mengendalikan\ud aliran\ud materi\ud dan\ud energi\ud antara\ud ekosistem\ud padang\ud lamun\ud dan\ud \ud terumbu\ud karang.\ud Selain\ud itu,\ud hewan\ud kharismatik\ud ini\ud juga\ud penting\ud sebagai\ud ikon\ud \ud ekowisata\ud laut.\ud Di kawasan\ud Indo-Pasifik,\ud salah\ud satu\ud habitat\ud utama\ud penyu\ud hijau\ud \ud untuk\ud mencari\ud makan\ud (feeding\ud ground)\ud dan peneluran\ud adalah\ud pada\ud pulau-pulau\ud \ud karang\ud Kepulauan\ud Derawan,\ud Kalimantan\ud Timur\ud yang\ud terletak\ud di kawasan\ud laut\ud \ud semi\ud tertutup\ud Sulu\ud Sulawesi.\ud Luasan,\ud komposisi\ud jenis,\ud persen\ud penutupan,\ud dan\ud \ud produksi\ud biomassa\ud padang\ud lamun\ud secara\ud simultan\ud memberi\ud pengaruh\ud terhadap\ud \ud daya\ud dukung padang\ud lamun\ud dalam\ud menyediakan\ud makanan\ud bagi\ud penyu\ud hijau\ud di\ud \ud daerah\ud ini.\ud Penelitian\ud ini\ud dilakukan untuk mengetahui\ud kondisi\ud padang\ud lamun\ud di\ud \ud Kepulauan\ud Derawan\ud dan memetakan\ud luasan\ud dan sebaran\ud padang\ud lamun\ud sebagai\ud \ud feeding\ud habitat\ud penyu\ud hijau\ud di\ud daerah\ud tersebut.\ud Hasil penelitian\ud menunjukkan\ud \ud bahwa\ud padang\ud \ud lamun di Kepulauan Derawan (Pulau Derawan, Gusung\ud Masimbung, Pulau Maratua) didominasi oleh jenis lamun Halodule uninervis,\ud sedangkan padang lamun di Pulau Panjang didominasi oleh Cymodocea\ud rotundata. Selanjutnya hasil pengukuran morfologi lamun penyusun yang\ud dominan meliputi panjang daun, lebar daun, dan jarak internode rhizoma,\ud mengindikasikan adanya tingkat pemangsaan yang intensif oleh megaherbivora \ud penyu hijau terhadap lamun di daerah tersebut. Luas padang lamun di Kepulauan\ud Derawan yaitu 2507.54 Ha dengan tingkat penutupan berkisar 20.4% ??? 39.5%
    corecore