42 research outputs found

    PENGGUNAAN AGEN BERBASIS INTELIJEN UNTUK MENANGANI KEJAHATAN SIBER

    Get PDF
    Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong semakin berkembangnya kejahatan siber. Sebagai jenis kejahatan yang berbeda dari kejahatan konvensional, maka penanganan kejahatan siber memerlukan cara khusus. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti agen berbasis intelijen untuk penanganan kejahatan siber, Indonesia dengan fokus kepada penggunaan chatbot. Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan (library research). Data yang bersumber dari berbagai buku, jurnal dan sumber internet kemudian dianalisa dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan AI yang ada saat ini telah memungkinkan penggunaannya untuk melakukan crime data mining. Hal ini salah satunya dilakukan dengan menggunakan chatbot yang merupakan salah satu jenis agen berbasis intelijen. Pemanfaatan chatbot dalam kepolisian memiliki kemungkinan untuk dikembangkan sebagai deteksi kejahatan siber dan cara pengumpulan alat bukti. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan kerangka kerja chatbot metodologi dan prosedur pengumpulan bukti di dark web dan praktik digital forensi

    Analisa Perencanaan Mooring System Pada Floating Platform Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Dengan Menggunakan Metode CFD (Computational Fluid Dynamics)

    Get PDF
    Floating platform pada pembangkit listrik tenaga arus laut membutuhkan stabilitas yang baik untuk melawan gelombang laut, arus laut, angin, serta gaya luar lainnya. Stabilitas dari Floating platform sangat dipengaruhi oleh mooring system yang dipilih. Mooring system yang tepat akan mengurangi derajat gerakan kebebasan (Surge, Sway, Heave, Pitch, Sway, dan Roll) pada derajat gerakan kebebasan dapat dilihat melalui grafik RAO dan spectrum Response. Mooring System yang aman, effisien dan ekonomis harus mempertimbangkan jumlah line, jarak antar line, diameter line, material line, serta tension yang dapat ditahannya. Pemilihan mooring system yang aman, efektif dan ekonomis mutlak hukumnya agar menjaga stabilitas Floating platform sehinga semua komponen peralatan yang berada diatas Floating platform dapat berkerja secara optimal. ======================================================================================================= Floating platform of ocean current power plant requires good stability against sea waves, ocean currents, wind and other external force. Stability of Floating Platform is greatly influenced by the selection of mooring system. The precise selection of mooring system will reduce the degree of free movement (Surge, Sway, Heave, Pitch, Sway, and Roll) on Floating Platform. Degree of free movement can be observed by RAO and Spectrum response. Mooring system that are safe, strong, effective and economic must consider the number of line, line spacing, diameter of line, material of line, and the tension that can be hold. Selection of mooring systems that are safe, effective and economic are absolutely required in order to maintain the stability of Floating Platform so that all components of the equipment which are above Floating Platform can operates optimally

    Aktivitas Antioksidan, Total Fenolik, dan Total Flavonoid Madu Apis mellifera dari Hutan Akasia (Accacia crassicarpa) Riau, Indonesia dengan Beberapa Perlakuan Pengeringan

    Get PDF
    Madu Indonesia memiliki kadar air yang cukup tinggi dan seringkali melebihi batas maksimal standar kualitas madu berdasarkan regulasi nasional dan internasional. Hal ini disebabkan oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dan karakter higroskopis madu. Provinsi Riau merupakan salah satu penghasil madu tertinggi di Indonesia, namun kadar airnya cukup tinggi yaitu pada rentang 23-27%. Salah satu upaya untuk mengurangi kadar air madu adalah dengan pemanasan, namun senyawa metabolit sekunder pada madu berisiko mengalami kerusakan dan berdampak pada penurunan sifat fungsional madu terhadap kesehatan. Penelitian terkait pengaruh pemanasan terhadap stabilitas senyawa metabolit sekunder pada madu belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemanasan terhadap stabilitas senyawa metabolit sekunder pada madu Apis mellifera hutan akasia dari Provinsi Riau, Indonesia, diantaranya analisis kadar air, penapisan senyawa metabolit sekunder, pengukuran aktivitas antioksidan, pengukuran TPC dan pengukuran TFC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan panas 50oC selama 5 hari dan perlakuan panas 105oC selama 6 jam dapat menurunkan kadar air madu tanpa mengganggu stabilitas senyawa metabolit sekunder pada madu. Hal ini ditunjukkan pada nilai IC50 madu tanpa perlakuan (21103,74 μg/mL) yang lebih besar dari madu dengan perlakuan 50oC (16503,83 μg/mL) dan 105oC (777,33 μg/mL). Nilai IC50 yang rendah menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi, sejalan dengan TPC dan TFC. Nilai TPC dan TFC sampel tanpa perlakuan (TPC= 0,67 mgGAE/g; TFC=0,34 mgQE/g) lebih rendah dari sampel dengan pemanasan 50oC (TPC=1,59 mgGAE/g; TFC=0,46 mgQE/g) dan lebih rendah dari sampel dengan pemanasan 105oC (TPC=13,94 mgGAE/g; TFC=4,37 mgQE/g).

    Nutritional Status and Diarrhea in Toddlers Aged 0 – 59 Months

    Get PDF
    Diarrhea is one of the diseases that ranks in the top ten diseases in Depok City. Data from the Depok City Health Service (2020) states that diarrhea in toddlers is still above 5%. There are various factors (multifactor) related to diarrhea disease, one of which is nutritional status. Purposes: Our study aims to analyze the relationship between nutritional status and diarrhea in toddlers in the Pancoran Mas District Health Center. Methods: We used an observational analytic method with a cross-sectional approach on 396 toddlers aged 0 – 59 months. This research was conducted from October 2021 – March 2022. The type of data in this study is secondary data taken through medical records and analyzed using the chi-square test. Result: The prevalence of low-poor nutritional status was 38,9%, the prevalence of diarrhea was 21,2%, and the results of the chi-square analysis between diarrhea and nutritional status obtained p value = 0.334. Conclusion: Incidence of diarrhea in Depok City is still relatively large. There are many other factors that associated with the incidence of diarrhea such as personal hygiene, environmental hygiene and various other factors

    Analysis of the Minimum of Marriageable Age in the Perspective of Theology

    Get PDF
    Early marriage is a reality occurred in society. Some parents still have an understanding that getting their children married as soon as possible is part of the solution to lighten the burden on the family. This research aims to reveal what the ideal age for marriage in the theological perspective. This research uses a qualitative approach. Data collection by means of literature study, while data analysis is descriptive qualitative. This research concludes that theologically the age of marriage does not mention numbers, but the principle of maturity of the groom and bride. Therefore, the validity of marriage is not only due to the fulfillment of the pillars, but also develops in the fulfillment of the conditions of marriage. We recommend that the minimum age for marriage still refers to the latest law, in the age of 19 for men and women. This is because if the minimum age is lower than 19, it is still classified as children's age and is no longer relevant to today's era. Age shows a person's maturity to be able to marry in the perspective of theology, health (reproduction), psychology, and the ability to fulfill rights and obligations as husband and or wife

    DETERMINAN EKSES IODIUM PADA ANAK SEKOLAH DI WILAYAH DENGAN RIWAYAT EKSES IODIUM DI INDONESIA

    Get PDF
    ABSTRACT Iodine is the micronutrient needed for synthesis of thyroid hormones. Excess or lack of iodine will cause disruption of thyroid function. The results of previous studies indicate that there is an increased prevalence of excess iodine in school-age children. The purpose of this study was to determine the determinants of excess iodine in school-age children aged 6 to 12 years in Demak, Grobogan, and Dharmasraya Regencies. The number of sample of school-age children was 750 in three district, with the inclusion criteria for length of stay in the study area was >6 months, and the exclusion criteria was they did not have severe illness. The status of iodine was measured through iodine content in urine using spectrophotometric methods. To determine iodine intake, iodine levels were measured in salt and in water, and the interview used food frequency questionaire (FFQ). The results showed that the iodine status of respondents in Dharmasraya Regency was at the optimal category (EIU: 225 µg / l, whereas in Demak and Grobogan districts the iodine were at excess category (EIU: 446  /l and 453µg / l) with the intake source came from drinking water and noodles (more than 10 ppb). It can be concluded that the determinants of excess iodine in three locations were iodine levels in drinking water, and noodles with consumption >3 times per week. It is recommended that the iodized salt program in the three research locations needs to be reconsidered. Keywords: Determinant, iodine, excess   ABSTRAK Iodium adalah mikronutrien  yang diperlukan untuk sintesa hormon tiroid. Kelebihan maupun kekurangan  iodium akan menyebabkan gangguan fungsi tiroid. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prevalensi ekses iodium pada anak sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan ekses iodium pada anak usia sekolah 6 sampai dengan 12 tahun di Kabupaten Demak, Grobogan dan Dharmasraya. Jumlah sampel anak sekolah sebanyak 750 anak usia sekolah di tiga kabupaten tersebut, dengan kriteria inklusi lama tinggal  di wilayah penelitian lebih atau sama dengan  6 bulan, dan kriteria ekslusi tidak memiliki sakit berat. Status iodium diukur melalui kadar iodium dalam urin  menggunakan metode spektrofotometri. Untuk mengetahui intake iodium, dilakukan pengukuran kadar iodium dalam garam dan dalam air dan wawancara menggunakann food frequency questionaire (FFQ). Hasil menunjukkan bahwa status iodium responden di Kabupaten Dharmasraya dalam kategori optimal (EIU: 225 µg/l, sedangkan di Kabupaten Demak  dan Grobogan dalam kategori ekses iodium (EIU: 446 µg/l dan 453 µg/l) dengan sumber intake berasal dari air minum dan mie (lebih dari 10 ppb). Dapat disimpulkan bahwa determinan ekses iodium di tiga lokasi  adalah kadar iodium dalam air minum dan mie dengan konsumsi lebih dari 3 kali per minggu. Disarankan pemberian garam beriodium di keitga lokasi penelitian perlu dipertimbangkan kembali. Kata kunci: Determinan, ekses, iodiu

    PEMBERDAYAAN IBU-IBU RUMAH TANGGA DALAM MENUNJANG DESA BUSUNG SEBAGAI DESA WISATA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN KERAJINAN TANGAN DARI GONGGONG

    Get PDF
    Sebagai salah satu daerah penghasil gonggong (Strombus canarium) terbesar di Kabupaten Bintan, limbah gonggong belum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu hasil kerajinan tangan yang mampu memberikan nilai tambah pendapatan bagi masyarakat Desa Busung, dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pengolahan cangkang gonggong menjadi kerajinan tangan. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Busung dari nilai jual aksesoris gonggong. Pelatihan dilaksanakan terhadap 30 ibu-ibu rumah tangga. Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah penyampaian materi terhadap nilai tambah yang akan diperoleh masyarakat dari pengolahan limbah gongong, pelatihan pengolahan limbah gonggong melalui pembuatan gantungan kunci, bross, magnet kulkas dan pembuatan tempat tisu. Hasil dari pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah meningkatnya tingkat pengetahuan ibu-ibu rumah tangga terhadap pengolahan limbah gonggong dan mampu membuat kerajinan tangan secara mandiri, dengan tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap materi pelatihan sebesar 4,44 (sangat baik). Hasil kerajinan gonggong dapat dipasarkan sebagai cendera mata dalam mendukung Desa Busung sebagai Desa Wisata
    corecore