10 research outputs found
Karakteristik Hambur Balik Akustik Rajungan (Portunus pelagicus) pada Kondisi Terkontrol
Rajungan (Portunus pelagicus) atau blue swimming crab merupakan biota yang memiliki area penyebaran yang luas termasuk di Indonesia. P.pelagicus juga menjadi komoditas ekonomis penting bagi Indonesia, sehingga menjaga dan mengetahui keberadaan P.pelagicus menjadi sangat penting. Hydro-acoustic menjadi salah satu metode yang dapat digunakan untuk memetakan keberadaan dari P.pelagicus. Langkah awal yang dilakukan yaitu mengetahui karakteristik hambur balik dari P.pelagicus. Karakteristik tersebut antara lain nilai Target Strength (TS), nilai Echo Level (EL) dan Frekuensi deteksi. Berdasarkan penelitian ini, diketahui nilai TS dari P.pelagicus berkisar di nilai -40 hingga -45 dB, EL berkisar pada nilai 95 hingga 100 dB, dan Frekuensi deteksi berada pada frekuensi 110 kHz. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan karena skala yang digunakan masih dalam taraf laboratorium
Modification And Reengineering Of Electronic Fish Aggregating Device AS A Fishing Tools Based On Led Illuminance
Fish Aggregating Devices (FADs) is generally made from foliage like a leaf of coconut, palm and nut, but with the development of marine and fishing technology, the FADs could be made electronic ally. Electronic FADs had been developed by using light and sound as an attractor, and was able to aggregate fish but the catch harvest was still relatively low compared with lift net lamp. In this paper we describe the recent development of electronic FADs. The new electronic FADs has 120 watts total power of LEDs as attractor, 12V 12Ah battery as the energy resources, and HDPE as the body of FADs. The lighting of the new is either blue – red light color (RE1) or red-white light color (RE2). The two kinds of lighting are tested and compared and its light distribution underwater case measured in term of the value of luminous flux. The results showed that new FADs work well in the water with light penetration of RE1 was better than RE2
ANALISA NUMERIK TSUNAMI PANGANDARAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MITIGASI BENCANA
Lempeng Eurasia adalah lempeng tektonik terbesar ketiga yang berada di daerah Eurasia, daratan yang terdiri dari benua Eropa dan Asia. Lempeng Sunda merupakan bagian dari Lempeng Eurasia yang rumit secara tektonik dan aktif secara seismik.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakterisik pola patahan akibat gempabumi tanggal 17 Juli 2006 di Laut Selatan Jawa dengan sumber data dari katalog gempa bumi USGS. Analisis bola fokus bahwa gempa tanggal 17 Juli 2006 dengan koordinat 9.3° S dan 107.4° E adalah kombinasi sesar mendatar dan sesar naik atau jenis sesar ini disebut juga oblique. Hasil analisis 3D Focal Mechanism dan perhitungan rumus empiris menunjukkan bahwa terjadinya penjalaran gelombang tsunami (Tsunami Travel Time) kedaerah pantai dipesisir Jawa selatan mempunyai waktu sekitar 30 menit, sehingga diperlukan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. The Eurasian Plate is the third largest tectonic plate in the Eurasia region, a land consisting of Europe and Asia. The Sunda Plate is part of the Eurasian Plate which is complicated by tectonics and seismically active. The purpose of this study is to determine the characteristics of the fault patterns due to the earthquake on 17 July 2006 in the South Sea of Java with data sources from the USGS earthquake catalog. Focus ball analysis that the earthquake on July 17, 2006 with coordinates 9.3° S and 107.4° E is a combination of horizontal faults and rising faults or this type of fault is also called oblique. The results of the 3D Focal Me chanism analysis and the calculation of empirical formulas indicate that the occurrence of tsunami wave propagation in the coastal areas of South Java approximately 30 minutes, so that preparedness is needed in the face of disasters
ELECTRONIC FISH AGGREGATING DEVICE OPERATION ON LIFT NET IN LANCANG ISLAND, THOUSAND ISLAND, JAKARTA
Electronics FADs is an innovative fishing tools tha thave the same function as in the general FADs to attract and collect fish. The trial of electronic FADs was didat liftnet gear, in purpose to see the performance of these tools. Effectiveness of use electronic FADs analysis from catch harvest. Electronic FADs has attractor a light (LED, 5Watts) andsound (10-1000 Hz, 1-20 kHz and 20-100 kHz) with a voltage source of 12volt battery. Installation ofelectronic FADs in the trial following the existing catch method in the liftnet. Based on catches, electronic FADs managed to collectan average of 4.6 kg if time installation is an hour, and collect an average of 4.07 kg if time installation is 30 minute. Electronic FADswork well, attractor is able to function through out the trial and managed toc ollectt he fish, but when compared the effective ness of the catch to the liftnet, then the use of electronic FADsin the liftnet is still no teffective. Suggestions for improving the effectiveness ofelectronic FAD scatchon the liftnet is increase the intensity and power on light attractor, and deeper study of the sounds frequency which response by fish.</p
PENGAPLIKASIAN KINCIR MINI PADA KOLAM BIOFLOK
Penggunaan kolam bioflok untuk budidaya ikan semakin marak saat ini karena dapat diterapkan di lahan yang sempit. Ketersediaan oksigen terlarut menjadi faktor pembatas yang sangat penting pada budidaya ikan di kolam bioflok dikarenakan kepadatan biomassanya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan kincir mini di kolam bioflok untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dan membantu dalam pembersihan sisa pakan dan feses. Pengukuran oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) menggunakan metode elektro kimia menggunakan alat ukur DO meter sedangkan pengukuran kecepatan arus sirkulasi air menggunakan metode Langrangian. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa peningkatan kadar oksigen terlarut dari kincir mini masih lebih kecil dari pompa aerator dengan selisih rata-rata sebesar 0,11 ppm (1,44%). Kincir mini dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut dengan rata-rata 7,64 ppm (20,11%), sedangkan pompa aerator dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut dengan rata-rata 7,75 ppm (21,79%). Namun, hasil pengujian kincir mini mampu menghasilkan arus sirkulasi air yang dapat membantu membersihkan dasar kolam dari sisa pakan dan feses ikan yang tidak dapat dilakukan oleh pompa aerator. Dengan demikian, pengaplikasian kincir mini pada kolam bioflok dapat menjadi alternatif yang lebih efektif sebagai pengganti pompa aerator bukan hanya dalam menjamin ketersediaan oksigen terlarut, tetapi juga dalam pembersihan kolam bioflok sehingga produktivitas budidaya ikan di kolam bioflok dapat meningkat.The use of biofloc ponds for fish farming is currently increasing because it can be applied on narrow land. The availability of dissolved oxygen is a very important limiting factor in fish farming in biofloc ponds due to the high density of biomass. This study aims to apply a mini wheel in biofloc ponds to increase Dissolved Oxygen (DO) levels and assist in cleaning up leftover feed and feces. Dissolved oxygen measurements used the electro-chemical method using a DO meter while measuring the speed of circulating water using the Langrangian method. The measurement results show that the increase in dissolved oxygen levels from the mini wheel is still smaller than the aerator pump with an average difference of 0.11 ppm (1.44%). Mini mills can increase dissolved oxygen levels by an average of 7.64 ppm (20.11%), while aerator pumps can increase dissolved oxygen levels by an average of 7.75 ppm (21.79%). However, the results of the mini-wheel test were able to produce a circulating water current which could help clean the bottom of the pond from leftover feed and fish feces which an aerator pump could not do. Thus, the application of a mini wheel to biofloc ponds can be a more effective alternative to aerator pumps not only in ensuring the availability of dissolved oxygen, but also in cleaning biofloc ponds so that the productivity of fish farming in biofloc ponds can increase
PERCEPATAN PENGUAPAN AIR PADA TUNNEL GARAM MENGGUNAKAN PENUTUP TUNNEL BERWARNA HITAM DAN PENGARAH ANGIN
Produksi garam menggunakan tambak geomembran model tunnel marak dikembangkan di Indonesia. Selain hasil garam yang lebih bersih dibandingkan dengan tambak kolam tanah, produksi garam dengan metode ini bisa dilaksanakan sepanjang tahun karena tidak terkendala oleh hujan. Namun demikian, proses penguapan pada kolam tunnel lebih lambat dibandingkan kolam terbuka sehingga waktu tunggu panennya menjadi lebih lama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan penguapan pada tambak garam model tunnel dengan penggunaan plastik penutup tunnel berwarna hitam untuk meningkatkan suhu dan pengarah angin untuk meningkatkan aliran angin dalam kolom tunnel. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan berupa tunnel berpenutup plastik bening tanpa pengarah angin sebagai kontrol, tunnel berpenutup plastik hitam tanpa pengarah angin, tunnel berpenutup plastik bening dengan pengarah angin dan tunnel berpenutup plastik hitam dengan pengarah angin. Kolam tunnel berukuran 200 x 100 x 35 cm dan diisi dengan air laut setinggi 30 cm. Parameter yang diukur yaitu berupa suhu, kelembapan dan kecepatan angin pada kolom tunnel serta penurunan tinggi muka air harian selama 30 hari. Data dianalisis menggunakan Analisis Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Terkecil. Penggunaan plastik penutup berwarna hitam dan pengarah angin berpengaruh nyata terhadap peningkatan kecepatan penguapan dengan kecepatan tertinggi diperoleh pada tunnel berpenutup plastik hitam dan pengarah angin dengan kecepatan penguapan 0,98 cm/hari atau setara dengan 19,6 liter/hari.Salt production using geomembrane ponds tunnel model is widely developed in Indonesia. In addition to producing salt that is cleaner than land ponds, salt production with this method can be carried out throughout the year because it is not constrained by rain. However, the evaporation process in tunnel ponds is slower than open ponds, so the production time until the harvest is longer. This study aims to increase the speed of evaporation in the salt pond model tunnel by using black plastic tunnel cover to increase temperature and wind direction turner to increase wind flow in the tunnel column. The study was conducted in a completely randomized design with 4 treatments in the form of a clear plastic covered tunnel without wind direction as a control, a black plastic covered tunnel without wind direction turner, a clear plastic covered tunnel with wind direction turner and a black plastic covered tunnel with wind direction turner. The tunnel pool measures 200 x 100 x 35 cm and is filled with seawater as high as 30 cm. Parameters measured were temperature, humidity and wind speed in the tunnel column as well as the daily decrease in water level for 30 days. Data were analyzed using the Test of Variance and the Test of Least Significant Difference. The use of black plastic covers and wind direction turner has a significant effect on increasing the evaporation rate with the highest rate obtained in the tunnel covered with black plastic and wind direction turner with an evaporation rate of 0.98 cm/day or equivalent to 19.6 liters/day
RANCANG BANGUN MINI ROV DENGAN PENGGUNAAN PWM SPEED CONTROLLER MODULE SEBAGAI SISTEM KENDALI
Remotely Operated Vehicle (ROV) is an underwater vehicle or robot designed to able to move in the water. The increasing need for ROV in the future will require an ROV that is easy to build and operate. This study aims to design and build an ROV that is easy to manufacturing and easy to operate, which can be used for observation purposes in the future. The ROV designed with dimensions of length was 311,89 mm, width was 240 mm and height was 180 mm. ROV had three thruster motors with Pulse Width Modulation (PWM) Speed Controller Module as a control system. The ROV test were conducted motion tests and maneuvering tests, with the results shown that the ROV had an average forward speed of 0,26 m/s with the turning time was 6,3 s for 180° to portside, 6,7 s for 180° to starboard and time for circular motion was 8,2 s. The ROV’s motion test and maneuvering test showed good results, so that further development plans for this ROV can be carried out.
Remotely Operated Vehicle (ROV) merupakan sebuah wahana atau robot bawah air yang dirancang untuk mampu bergerak di dalam air. Permintaan ROV diprediksi akan semakin meningkat dimasa yang akan datang, karenanya perlu direspons dengan penyediaan suatu ROV yang mudah untuk dibangun dan dioperasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan membangun suatu ROV yang mudah untuk diikuti proses pembuatannya dan mudah untuk dioperasikan sehingga ke depannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan observasi. Remotely Operated Vehicle dirancang dengan dimensi panjang 311,89 mm, lebar 240 mm dan tinggi 180 mm. Remotely Operated Vehicle memiliki tiga motor penggerak dengan Pulse Width Modulation (PWM) Speed Cotroller Module sebagai sistem kendali. Pengujian ROV dilakukan meliputi uji pergerakan dan uji manuver, dengan hasil menunjukkan bahwa ROV memiliki rata-rata kecepatan maju 0,26 m/s dengan waktu berputar 180° menuju portside selama 6,7 s dan berputar 180° menuju starboard selama 6,3 s, serta gerakan melingkar selama 8,2 s. Uji pergerakan dan manuver ROV menunjukkan hasil yang baik, sehingga rencana pengembangan lebih lanjut dari ROV ini dapat terus dilakukan
Solusi Analitik Respon Gerakan Surge Ocean Thermal Energy Conversion Berbentuk Tensioned Leg Platform (OTEC-TLP)
Peningkatan kebutuhan energi dunia relatif mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Kebutuhan akan Energi Baru Terbarukan (EBT) juga meningkat seiring dengan menurunnya cadangan energi fosil. Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) menajdi salah satu alternatif sumber EBT yang pengembangan teknologinya berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Umumnya OTEC menggunakan barge sebagai struktur apung penyangganya, namun dengan bertambahnya kedalaman perairan barge menjadi tidak lagi ekonomis. Tipe struktur apung Tensioned Leg Platform (TLP) menjadi solusi pada daerah perairan dalam (>1000m). Struktur OTEC-TLP terdiri dari ponton dan kolom yang ditambatkan secara taut dengan memanfaatkan daya apung. Daya apung dari struktur ini dipengaruhi oleh perbedaan sarat air saat kondisi free floating dengan sarat air tertambat (DT). Perubahan DT akan mempengaruhi parameter hidrodinamika yang terdiri dari massa tambah, kekakuan, periode alami, gaya dan respon struktur. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh DT terhadap sensitivitas parameter hidrodinamika dengan pendekatan analitik. Persamaan Morison digunakan dalam studi analitik ini untuk menyelesaikan respon gerakan surge. Berdasakan studi yang dilakukan, semakin besar DT, menyebabkan kenaikan pada massa tambah, kekakuan, gaya dan respon struktur pada gerakan surge. Periode alami OTEC-TLP pada saat DT rendah memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan DT yang lebih besar, namun keduanya memiliki periode alami yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan periode gelombang dominan (2 – 30s). Kondisi ini menjadikan OTEC-TLP memiliki kondisi stationkeeping yang baik karena tidak berada pada area periode gelombang dominan
The MEKANISASI BAGAN TANCAP MENGGUNAKAN ROLLER PENGANGKAT JARING DI PANGANDARAN, JAWA BARAT
Pangandaran is located in the southern coast of the Java Island. Some of Pangandaran fishers operate lift net (bagan) to catch fish and shrimp. During hauling process, the net is lifted manually using a roller that potentially harm the fishers. The purpose of this study was to design a mechanical roller that applicable for lift net. The analysis of design requirement, such as calculation of torque, horse power, and reduction power with gear mechanism for operating the roller were applied in this research. The results showed that the net lifting operation required 4.8 HP or 3.6 KW of diesel engine to power a hydraulic pump. For the maximum load, when the net is fully loaded with fish, the operation required 67.91 HP or 50.64 KW. It means power from the diesel motor was not enough to support at maximum load. Therefore, a gear mechanism with a ratio of 1:14 was applied. However, this method reduces the angular speed of the gear which leads to reduction on net pulling speed.
Keywords: Lift net, hydraulic, horse power, power, and lifnet rolle