12,822 research outputs found
Pemanfaatan Lahan Sempit Melalui Pembuatan Taman TOGA Teratai
Latar Belakang Desa Badal Pandean memiliki potensi yang besar dalam hal bercocok tanam, namun beberapa pekarangan rumah warga Desa Badal Pandean masih ada yang belum dimanfaatkan dengan baik, karena lahan yang terlalu sempit. Hal ini mendorong tim PkM untuk memnfaatkan lahan pekarangan rumah Kelompok Teratai, Desa Badal Pandean untuk membuat Taman TOGA Teratai (T3). Tujuan dari kegiatan PkM ini adalah membuat T3 pada lahan pekarangan rumah yang sempit di Desa Badal Pandean Kediri. Metode Metode yang dilakukan pada kegiatan PkM ini adalah Penyuluhan dan Praktik bersama pembuatan T3, mulai dari persiapan lahan sampai penanaman TOGA bersama. Hasil Pengabdian yang diperoleh adalah telah berhasil dimanfaatkan pekarangan rumah seluas 10,5 m2 menjadi Taman TOGA Teratai (T3). Jumlah TOGA yang berhasil ditanam di Badal Pandean sebanyak 23 jenis TOGA. Masing-masing jenis TOGA ditanam 3-5 tanaman. Kesimpulan Lahan pekarangan rumah yang sempit dapat dimanfaatkan untuk Taman TOGA, seperti T3 (Taman TOGA Teratai)
Does the Badal optometer stimulate accommodation accurately?
Postprint (author's final draft
Order of magnitude time-reversible Markov chains and characterization of clustering processes
We introduce the notion of order of magnitude reversibility
(OM-reversibility) in Markov chains that are parametrized by a positive
parameter \ep. OM-reversibility is a weaker condition than reversibility, and
requires only the knowledge of order of magnitude of the transition
probabilities. For an irreducible, OM-reversible Markov chain on a finite state
space, we prove that the stationary distribution satisfies order of magnitude
detailed balance (analog of detailed balance in reversible Markov chains). The
result characterizes the states with positive probability in the limit of the
stationary distribution as \ep \to 0, which finds an important application in
the case of singularly perturbed Markov chains that are reducible for \ep=0.
We show that OM-reversibility occurs naturally in macroscopic systems,
involving many interacting particles. Clustering is a common phenomenon in
biological systems, in which particles or molecules aggregate at one location.
We give a simple condition on the transition probabilities in an interacting
particle Markov chain that characterizes clustering. We show that such
clustering processes are OM-reversible, and we find explicitly the order of
magnitude of the stationary distribution. Further, we show that the single pole
states, in which all particles are at a single vertex, are the only states with
positive probability in the limit of the stationary distribution as the rate of
diffusion goes to zero.Comment: 22 pages, 3 figure
El paisatge vegetal de la Marina, a partir dels carbons prehistòrics
Badal Garcia, Ernestina - [email protected]
BADAL HAJI UNTUK ORANG YANG TELAH WAFAT DALAM PERSPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SYAFI’I
Badal haji untuk orangpyang telahpwafat dalam perspektif mazhab maliki dan mazhab syafi’i yakni dalam pelaksanaan badal haji adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama mazhab, adapyang membolehkanpdan adapyang tidak boleh. Yang membolehkanpialah mazhab syafi’i sedangkan yang tidak membolehkan ialah mazhab maliki. menurut mazhab maliki tidaklah boleh diwakilkan dengan alasan ibadah haji tidak dapat digantikan dengan orang lain sebagaimana shalat dan puasa sedangkan menurut sebagian ulama terkhusus mazhab syafi’i boleh diwakilkan dengan alasan jikalau seseorang yang telah memenuhi syaratnya wajib hajipnamun telah meninggalpdunia sebelumpiapmelaksanakannya maka boleh segera diwakilkan. Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalahpbagaimana badalphaji untukporang yangptelahpwafat dalam pandangan mazhabpmaliki dan mazhab syafi’i dan apa persamaan dan perbedaan badalphaji untukporang yangptelah wafatpmenurut mazhabpmaliki dan mazhab syafi’i.
Adapunpmetode yang digunakanpdalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, sumberpdata yangpdigunakan dalamppenelitian inipadalah sumberpdatapsekunder, metodeppengumpulan datapyang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang melalui studi kepustakaan yang disebut dengan Library reseach, yaitu dilakukan melalui cara mencari, mengkaji, serta menela’ah atau menganalisa pendapat dan perspektif para ulama yang terdapat dalam buku-bukunya sesuai dengan pembahasan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menurut pendapat mazhab Maliki bahwa siapa pun yang wajib mengerjakan haji pada rukun Islam, yaitu haji fardhu, tidaklah boleh diwakilkan kepada siapa pun untuk mengerjakan haji sebagai pengganti dirinya. Baik dia sehat ataupun sakit yang diharapkan kesembuhannya. Hal ini di dasari dengan ibadah haji merupakan ibadah yang mendominan pada fisik maka hal ini tidak holeh diwakilkan kepada orang lain. Sedangkan menurut pendapat mazhab Syafi’i bahwa badal haji boleh untuk mereka yang lemah (orang yang sakit atau sudah berlanjut usia) dan bagiporang yang telahpmeninggal dunia. Denganpsyarat orang yang meninggal tersebut belum sama sekali melaksanakan ibadah haji. Adapun persamaan antara mazhab Maliki dan mazhab Syafi’i adalah bahwa kedua-duanya mengatakan ibadah haji itu wajib dilaksanakan bagi orang yangpmampu baikpsecara fisik, finansial dan keamanan. Dan keduanya sepakat juga bahwasanya badal haji itu boleh dibadalkan. Namun letak pada perbedaannya bahwa mazhab Maliki mengatakan harus memakai wasiat sedangkan mazhab Syafi’i tanpa dengan wasiat tetap dibolehkan.
Kata Kunci: Badal haji untuk orang yang telah wafat.
Abstract
The badal hajj for people who have died is in the perspective of the maliki and shafimazhab, namely in the implementation of badal haj there are differences of opinion among mazhab scholars, some allow and some are not allowed. The ones that allow are the syafi'i schools while those who do not allow are the maliki schools. according to the Maliki mazhab it cannot be represented on the grounds that the pilgrimage cannot be replaced by other people such as prayer and fasting, while according to some scholars, especially the shafi'i school, it can be represented on the grounds that if someone who has met the requirements is obliged to do Hajj but has passed away before he performs it then he may immediately represented. As for the formulation of the problem in this study is how badal hajj for people who have died in the view of the mazhabmaliki and mazhabsyafi'i and what are the similarities and differences of badal hajj for people who have died according to mazhabmaliki and mazhabsyafi'i.
The method used in this research the writer uses a qualitative approach, the data sources used in this research are secondary data sources, the data collection method used in this research is a method through library research called library research, which is done by means of looking for, studying, and analyzing or analyzing the opinions and perspectives of the scholars contained in their books in accordance with the discussion.
Thepresults of thispstudy indicatepthat accordingpto the opinionpof the Maliki school, anyone who is obliged to perform Hajj in the pillars of Islam, namely haji fardhu, should not be represented by anyone to perform Haj as a substitute for himself. Either he is healthy or sick, he is expected to recover. This is based on the fact that the pilgrimage is the dominant worship in the physical so that this cannot be represented by other people. Meanwhile, according to the opinion of the Syafi'imazhab that badal haji is allowed for those who are weak (people who are sick or have aged) and for people who have died. With the condition that the person who died has never performed the pilgrimage at all. The similarities between the Maliki mazhab and the Syafi'i school are that both say that the pilgrimage is obligatory for people who are physically, financially and secure. And both of them agreed that the Hajj badal was allowed to be legalized. However, the difference lies in the fact that the Maliki school says that you must use a will, while the Syafi'i school without a will is still permitted.
Keywords: Badal Hajj for people who have dea
PELAKSANAAN AKAD BADAL HAJI DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN UMRAH (KBIHU) AL KAUTSAR BABAKAN CIWARINGIN KABUPATEN CIREBON DALAM PRESPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH DAN HUKUM POSITIF
Badal berarti ganti, pengganti atau yang digantikan. Sedangkan badal
haji yaitu menggantikan orang lain dalam melaksanakan ibadah haji karena
halangan tertentu. Layanan pelaksanaan badal haji di KBIHU merupakan solusi
dari ketidakadaan unsur isthitha‟ah dalam menunaikan haji.
Tujuan utama dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui secara lebih
jelas pelaksanaan Akad badal haji di KBIHU Al-Kaustar Babakan Ciwaringin
Kabupaten Cirebon, disamping itu untuk mengetahui keabsahan Akad badal haji
di KBIHU Al-Kaustar Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon ditinjau dari
Perspektif Hukum Ekonomi Syari‟ah dan Hukum Positif beserta kendala dan
upaya yang ada pada pelaksanaannnya. Metode penelitian ini adalah kualitatif
dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Adapun jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (Field Research) dengan teknik pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi Akad badal haji di KBIHU Al-Kaustar
Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon
Adapun hasil penelitian ini adalah, pertama; bahwa pelaksanna akad
badal haji di KBIHU Al-Kaustar Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon
diawali dengan prosedur pendaftaran yang dilakukan oleh ahli waris dan
kemudian ahli waris memberikan biaya untuk pelaksanaan badal haji, Kemudian
dilakukan pelaksanaan badal haji pada musim haji oleh petugas yang ditunjuk
oleh pihak KBIHU Al-Kaustar Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Kedua;
Pelaksanaan Badal Haji di KBIHU Al-Kaustar Babakan Ciwaringin Kabupaten
Cirebon Mengacu pada pendapat imam madzhab yang memperbolehkan badal
haji, diantaranya Imam Syafi‟I dan Hambali. Dan telah sesuai Hukum Positif
terkait dengan badal haji pada Mudzakarah Perhajian Nasional 2016 oleh
Kementrian Agama. Ketiga; Kendala badal haji di KBIHU Al-Kaustar Babakan
Ciwaringin Kabupaten Cirebon yaitu terkait kurangnya pengawasan pada
pelaksanaan badal haji di Tanah Suci Ketika Musim haji, sehingga dikeluarkan
Sertifikat Badal Haji untuk lebih meyakinkan ahli waris
-convergence analysis of a generalized model: fractional vortices and string defects
We propose and analyze a generalized two dimensional model, whose
interaction potential has weighted wells, describing corresponding
symmetries of the system. As the lattice spacing vanishes, we derive by
-convergence the discrete-to-continuum limit of this model. In the
energy regime we deal with, the asymptotic ground states exhibit fractional
vortices, connected by string defects. The -limit takes into account
both contributions, through a renormalized energy, depending on the
configuration of fractional vortices, and a surface energy, proportional to the
length of the strings.
Our model describes in a simple way several topological singularities arising
in Physics and Materials Science. Among them, disclinations and string defects
in liquid crystals, fractional vortices and domain walls in micromagnetics,
partial dislocations and stacking faults in crystal plasticity
Recommended from our members
बदलना — to change
बदलना means to change — which is perhaps nothing to get very excited about. But this everyday
verb has two points of interest that make it stand out from the herd.Asian Studie
Badal Haji Bagi Pengidap Fobia Menurut Ulama Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama (NU) Di Banjarmasin
Mufid Fadli Mahmudi 2015. Badal Haji Bagi Pengidap Fobia Menurut Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Di Banjarmasin. Skripsi, Jurusan Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Pembimbing (I) Prof.Dr.H.A.Hafiz Anshary AZ, MA. (II) Imam Alfiannor, MHI.\ud
Penelitian ini dilatarbelakangi perbedaan pendapat antara Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Kota Banjarmasin tentang boleh tidaknya seseorang yang mengidap fobia dibadalkan hajinya.\ud
\ud
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan dan dasar pendapat Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama tentang badal haji bagi pengidap fobia.\ud
\ud
Penelititan yang digunakan dalam polemik ini merupakan penelitian emperis (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif komparatif yaitu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data hasil wawancara dengan responden dan menganalisis data tersebut, serta teknik pengolahan data yang digunakan adalah berupa editing, kategorisasi dan interpretasi, selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif yaitu dengan melakukan penelaahan secara mendalam terhadap kasus badal haji bagi pengidap fobia menurut Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Banjarmasin sehingga data dan sumber data yang diperoleh dengan jalan membandingkannya dapat ditarik kesimpulan.\ud
\ud
Berdasarkan penelitian penulis ditemukan, bahwa badal haji bagi pengidap fobia menurut Ulama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Banjarmasin terdapat perbedaan. Ulama Muhammadiyah berdapat bahwa badal haji bagi pengidap fobia boleh dibadalkan karena adanya niat, nadzar dan orang yang mengidap fobia tidak bisa diprediksikan kesembuhannya. Adapun salah satu responden dari Nahdlatul Ulama berpendapat bahwa orang yang mengidap fobia tidak bisa dibadalkan karena fobia bisa disembuhkan
- …