16 research outputs found

    Coral Recruitment on Reef Balltm Modules at the Benete Bay, Sumbawa Island, Indonesia

    Full text link
    Reef BallTM structure is a popular artificial reef module that has been invested in many countries. Publication on its efficacy in promoting coral recruitment however remains lack of study or publication. This present study was aimed to examine the pattern of coral recruitment on reef ball structure at the Benete Bay of Sumbawa Island, Indonesia. Thirty reef-balls (dome shape; 0.90 cm height, 1.20 cm diameter) were monitored after three years of deployment. The results of this study showed that nearly all coral colonies grew on the outer vertical surface and upper side of the reef balls. The recruit number varied a lot between 1-76 colonies per module. Most recruits were belonged to the Family Acroporidae, which contributed approximately 76 percent to the whole recruitment (640 colonies). Branching acroporiid was the most abundant colonies (55%). Pocilloporidae and Faviidae both contributed approximately nine percent to the total recruitment, while Poritidae contributed about three percent. Other coral families only had <1% contribution. The diameter of coral colonies which were growing on the reef balls varied between 5-290 mm. The number of recruit on the ball was very low at 10 meter depth (1-5 colonies per ball) that was likely to be affected by sedimentation. This study showed that reef ball module can be effectively used as a method in rehabilitating damaged coral reefs, and developing a proto-reef

    Keterpaparan Materi Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri

    Full text link
    Pornographic exposure and sexual behavior of Junior High School (JHS) students were studied to determine pornographic epidemy in young shool children. The study was carried out using questioner survey for students atGrades 7-9 on four state JHS at the City of Mataram. The respondents were consisted of 36 classes or 1415 students. Results of the study show that 91 per cent of students have been exposed to pornographic materials. The exposure was different between males and females. The pornographic exposure of Grade 7 was different from 8 and 9 students showing the vulnerability of Grade 7 students. Cellular or mobile-phone is the most popular equipment of pornographic exposure. At present, the earliest time student exposed to pornographic materials is at Grade 5, and there is a tendency to become earlier in future. Sexual behaviors of JHS students were identified still in normal level; 14 per cent students have experienced masturbation, 45 per cent have had boy or girl friends, and 13 per cent have had mouth-kissed. No student has sexual intercourse. Sexual behavior pattern was found different among school-grades along withpornographic exposure. Proportion of female students having boyfriend is higher than male students having girlfriend. There is no strong evidence on JHS students of Mataram City that pornographic exposures have any effect on sexual behaviors

    Efektivitas Media Animasi terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMPN 2 Kediri

    Full text link
    The use of instructional media is essential for understanding Biology. This study aims to determine the effectiveness of the use of animation media on learning outcomes. The study was conducted with quasi-experimental and non-equivalent pre-test-post-test control group designs. Data were taken from the pre-test, post-test and gain scores. The research instrument is a written test in the form of multiple choice questions. Data were analyzed using \u27mean difference test\u27. The results showed that the results of the study on sub photosynthesis and respiration material differed significantly. The gain analysis shows that the animation media has improved student learning outcomes

    Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Kesadaran Metakognisi Dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 11 Mataram

    Get PDF
    . Multiple-Intelligences-Based (MIB) instruction is an instruction applied to encourage students\u27 growth and development of multiple intelligence. This study aims to investigate the effect of MIB instruction theory on metacognition awareness and learning outcome in Biology instruction of students. A quasi experimental design was used. Non random sampling was applied based on the research population that covered the student of SMPN 11 Mataram, which resulted VIIIA as the experimental class and VIIIF as the controlled class. In order to determine the effect of MI-based instruction compared with traditional instruction, observation sheets were utilized to assess lesson plan accomplishment. In order to assess the metacognition awareness of the learners in Biology subject, the Metacognitive Awareness Inventory (MAI) was employed and to assess the Biology learning outcome that consisted of multiple-choice test. A t-test for independent sample was used to compare experimental and control groups post-test results. The results of the study indicated that MIB instruction had a significant effect on metacognition awareness and Biology learning outcome of VIII grade students of SMPN 11 Mataram compared with conventional instruction

    KERAGAMAN DAN KELIMPAHAN DINOPHYTA (DINOFLAGELLATA) DI PANTAI JERANJANG DESA TAMAN AYU KECAMATAN GERUNG LOMBOK BARAT

    Get PDF
    Dinophyta merupakan divisi biota yang sangat penting karena keberadaannya dapat digunakan sebagai bioindikator keseimbangan lingkungan. Di Pantai Jeranjang Desa Taman Ayu, terdapat PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berpotensi mempengaruhi komunitas plankton, termasuk Dinophyta. Tujuan penelitian adalah mengenai keragaman dan kelimpahan spesies Dinophyta di Pantai Jeranjang, mendeskripsikan dan mengeksplorasi perbedaan antar waktu dan antar lokasi. Lokasi pengambilan sampel di depan pembuangan air dari sistem pendingin (20 m dari pantai), 200 m di sebelah utara dan 200 m di sebelah selatan dari lokasi pertama. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak empat kali selama dua bulan penelitian. Sampel diambil menggunakan jaring plankton bermata jaring 20 üm. Sampel diawetkan dengan formalin pada konsentrasi pengawetan 4%. Pengamatan dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Mataram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman Dinophyta perairan Pantai Jeranjang terdiri dari 13 spesies. Indeks keanekaragaman dan keseragaman spesies Dinophyta berturut-turut 2,005 dan 0,782. Ada perbedaan yang signifikan pada kelimpahan Dinophyta antar waktu, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikantar lokasi. Indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman spesies ditemukan tidak berbeda antar waktu maupun antar lokasi.Kata kunci: keragaman, dinophyta, pantai jeranjan

    Struktur Komunitas Karang Keras (Scleractinia) di Zona Intertidal Pantai Mandalika Lombok Tengah

    Full text link
    Zona intertidal merupakan daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi dan surut terendah. Salah satu ekosistem yang terdapat di kawasan intertidal adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi berbagai biota laut sehingga keberadaannya sangat penting, baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Pantai Mandalika memiliki ekosistem terumbu karang dengan zona intertidal yang cukup luas. Pesatnya perkembangan wisata di Pantai Mandalika secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan terumbu karang. Penelitian ini dilakukan untuk menyediakan data dan informasi terkini mengenai kondisi keanekaragaman karang keras di zona intertidal Pantai Mandalika yang mencakup komposisi spesies, famili dan bentuk pertumbuhan, serta indeks ekologi (indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi spesies). Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2019 selama periode surut terendah di kawasan intertidal. Metode yang digunakan yaitu metode Underwater Photo Transect (UPT). Hasil penelitian ini menemukan 30 spesies karang keras yang termasuk dalam 8 famili di zona intertidal Pantai Mandalika. Favites paraflexuosa adalah spesies yang paling banyak ditemukan di daerah tersebut dengan persentase 22%. Famili Faviidae (79%) memiliki persentase terbesar di semua transek. Ada 5 jenis bentuk pertumbuhan karang keras di daerah yang 87% di antaranya adalah bentuk karang masif. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener adalah 2,5 dengan indeks keseragaman 0,8, dan indeks dominansi 0,1

    Assessing Ecological Resilience of Indonesian Coral Reefs

    Full text link
    Ecological resilience is an important property of natural ecosystem to be understood in coral reef management. Resilience of Indonesian coral reefs was assessed using 2009 COREMAP data. The assessment used 698 data of line intercept transects collected from 15 districts and 4 marine physiographies. Resilience index used in the assessment was developed by the authors but will be published elsewhere. The results showed that coral reefs at western region had higher average resilience indices than eastern region, and Sunda Shelf reefs had higher resilience indices than coral reefs at Indian Ocean, Sulawesi-Flores, or Sahul Shelf. Four districts were found to have coral reefs with highest resilience indices, i.e. Bintan and Natuna (western region), and Wakatobi and Buton (eastern region). Raja Ampat had coral reefs with lower average resilience indices than that of Wakatobi. Uses of resilience index in coral reef management should be coupled with other information such as maximum depth of coral communities

    Penyuluhan Tehnik Pembedahan Hewan Coba Untuk Mengamati Struktur dan Frekwensi Denyut Jantung Pada Siswa SMP Negeri 7 Mataram

    Get PDF
    Abstrak: Teknik pembedahan merupakan pengetahuan tentang cara-cara pembedahan hewan coba untuk mengamati organ-organ dalam. Keberasilan pengamatan struktur dan frekwensi denyut jantung pada hewan coba sangat ditentukan oleh  tehnik-tehnik pembedahan. Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang tehnik-tehnik pembedahan hewan coba dan meningkatkan ketrampilan siswa melakukan pembedahan hewan coba untuk mengamati struktur jantung dan frekwensi denyut jantung. Metode dalam pengabdian ini dilakukan dengan metode penyuluhan, pada tahap ini disampaikan materi tentang tehnik-tehnik pembedahan hewan coba dan metode pratekum, yaitu melakukan praktek pembedahan hewan coba untuk mengamati struktur jantung dan frekwensi denyut jantung. Hewan coba yang digunakan dalam pengabdian ini adalah 10 ekor mencit (Mus musculus) strain BALB/C dan 10 ekor dan katak (Rana Sp). Pengabdian ini dapat disimpulkan: Kegiatan pengabdian ini sangat bermanfaat bagi siswa Klas VII SMP Negeri 7 Mataram sebagai pengetahuan dan ketrampilan terkait dengan tehnik pembedahan hewan coba. Siswa telah memahami tehnik-tehnik pembedahan hewan coba, dapat melakukan pembedahan hewan coba dengan baik dan benar, serta mengetahui struktur jantung Katak dan Mencit. Hasil praktekum diperoleh Mencit memiliki rata-rata denyut jantung 102 per menit, sedangkan denyut jantung Katak reratanya 69 per menit. Kata Kunci: Katak (Rana sp),Mencit (Mus musculus),dan Frekwensi denyut jantun

    Perbandingan antara Frekwensi Denyut Jantung Katak (Rana sp.) dengan Frekwensi Denyut Jantung Mencit (Mus musculus) Berdasarkan Ruang Jantung

    Get PDF
    Hewan poikilotherm dan homeotherm memiliki mekanisme regulasi denyut jantung berbeda. Katak (Rana sp.) dan mencit (Mus musculus) memiliki ruang jantung berbeda, ruang jantung katak sebanyak 3 ruangan dan mencit 4 ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) strain BALB/C dengan berat badan 25 – 30 gr. dalam keadaan sehat, sebanyak 20 ekor dan katak (Rana sp.) dewasa dengan berat badan 25 – 50 gr. sebanyak 20 ekor. Dilakukan pembiusan dan pembedahan pada setiap sampel untuk mendapatkan frekwensi denyut jantung per menit.Hasil penelitian diperoleh mencit memiliki rata-rata denyut jantung 107,90±16,026 per menit, sedangkan denyut jantung rata-rata katak 64,000±8,535 per menit. Perbedaan rata-rata denyut jantung kedua sampel tersebut signifikan (t=11,228; db=38; P<0,01). Ada perbedaan secara signifikan frekwensi denyut jantung katak (Rana sp.) dengan frekwensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang jantung.Beratbadan katak (Rana sp.) dan mencit (Mus musculus) tidak berhubungan secara signifikan terhadap denyut jantung
    corecore