30 research outputs found
Reconstruction of Islamic Religious Education to Encountering Terrorism and Islamic Radicalism
The aim of this research is to explain the importance of reconstructing Islamic Religious Education (hereafter IRE) by creating tolerant and inclusive teachers. Besides that, this research also describes some steps which can be done by teachers in fighting terrorism and radicalism. This is literature research. The data was collected through the documentation method. These research findings revealed that the reconstruction of IRE is important and urgent to do. Recently, IRE is not effective enough to produce a tolerant and inclusive person. It can be seen that many terrorism perpetrators and Islamic radicalism are from both senior high school and university students. Besides that, the failure can be also observed from the result of the institutionâs survey showing the low level of tolerance among students. Reconstruction of IRE covers some aspects such as curriculum, teacher, material, method, media, and evaluation. Without ignoring other aspects, IRE teachers have an important role in fighting terrorism and radicalism. It is to those who have tolerant and inclusive character. To yield a tolerant and inclusive person, it needs contribution from some parties such as higher education institutions, government, and society. There are some steps that can be taken by IRE teachers in fighting terrorism and radicalism, namely: (1) IRE teachers must be able to create a multicultural atmosphere; (2) IRE teachers must become good figures for their studentâs concerning tolerance. The significant role of IRE teachers is expected to eradicate terrorism and radicalism at the educational institution level. If IRE teachers are not inclusive, IRE will be a good place to rise terrorism and Islamic radicalism
PEMIKIRAN K.H. A.WAHID HASYIM TENTANG RELASI ISLAM DAN NEGARA
This article describes the thought and political wisdom of K.H.A. Wahid Hasyim about the relationship between Islam and the state. As one of the founders of the Nation, A. Wahid Hasyim was known as a true nationalist figure. This is among others can be seen from its acceptance of the overall chest to the deletion of the Jakarta Charter and the entire formula that explicitly contains Islam in the opening and body/main text of UUD 1945. Although he was one of the people who persistently proposed Islam as the basis of the country, but in his perspective, the unity of the nation of Indonesia is much more important than formal recognition of Islam. The acceptance of Pancasila and the UUD 1945 by A. Wahid Hasyim (as well as several Islamic figures at the time) signifies that they are willing to sacrifice for the interes of the nation. Keywords: ideologization of Islam, formalization, state, nationalis
PENAFSIRAN KONTEKSTUAL AL-QURâAN: TELAAH ATAS PEMIKIRAN ABDULLAH SAEED
This article discusses Abdullah Saeed's thought on contextual exegesis of the Quran. The background of Abdullah Saeed's thought on the importance of conducting contextual exegesis was based on the solid domination of literal (textual) commentary of the Quran, particularly regarding ethics-legal verses. Based on Saeed's point of view, ethic-legal verses commentary must account for social changes to support the close relationship between Quran and the current Muslims. Several intellectual figures influenced Abdullah Saeed's thoughts related to contextual exegeses, such as Fazlur Rahman, Ghulam Ahmad Parvez, Nasr Hamid Abu Zayd, Mohammed Arkoun, Farid Esack, and Khaled Abou El Fadl. The theoretical foundations of the Quran contextual exegesis proposed by Abdullah Saeed can be traced back through his notion on revelation concept, the flexibility of meaning, and text meaning as a commentary.
Pengaruh variasi tegangan listrik terhadap ketebalan dan kuat lekat pada baja karbon rendah dengan proses elektroplating
Elektroplating adalah proses penegndapan ion-ion logam dengan cara elektro lapisan logam yang diplating agar tidak mudah korosi. Baja merupakan logam paduan antara Besi (Fe) dan Karbon (C), dimana besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya,. Adapun dari penelitian menggunakan bahan baja plat ST-41, larutan asam sulfat dan jarak anoda yang ditetapkan 5 cm. Tujuan penelitian pelapisan ini untuk membentuk permukaan dengan sifat atau dimensi yang berbeda dengan logam dasarnya. Terjadinya endapan pada proses disebabkan adanya ion-ion pada elektrolit tersebut akan mengendap pada katoda, proses elektrokimia akan mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Metode penelitian ini menggunakan variasi tegangan pelapisan 7,5 Volt, 8,5 Volt, dan 9,5 Volt kemudian dilakukan pengujian ketebalan dan kuat lekat. Hasil penelitian ini didapatkan hasil tegangan pelapisan 7,5 menit dengan ketebalan rata rata 0,121 mm rata rata nilai kuat lekat 23,33 MPa, tegangan pelapisan 8,5 Volt dengan ketebalan rata rata 0,139 mm rata rata nilai kuat lekat 25,06 MPa, tegangan pelapisan 9,5 volt dengan ketebalan rata rata 0,148 mm rata rata nilai kuat lekat 26,27 MPa
Islam dan Bina Damai: Ikhtiar Membumikan Doktrin Islam yang Rahmatan Lil âAlamin
Pasca tumbangnya rezim Orde Baru, terorisme dan radikalisme Islam di Indonesia tumbuh subur secara signifikan. Tindakan terorisme dan radikalisme berdampak buruk terhadap Islam. Publik internasional terutama publik Barat melabeli Islam sebagai teroris, agama pedang, dan predikat negatif lainnya. Artikel ini mendiskusikan fakta-fakta bahwa Islam merupakan agama damai. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai dimensi yaitu: semantik, teologi/doktrin, sejarah, dan mistik (tasawuf). Selain memaparkan topic-topik tersebut, artikel ini lebih lanjut mendeskripsikan bagaimana mendakwahkan doktrin Islam yang damai tersebut kepada masyarakat Muslim Indonesia melalui keluarga, institusi pendidikan, ulama, dan lembaga/organisasi-organisasi Islam
ISLAM PURITAN VIS A VIS TRADISI LOKAL : MENEROPONG MODEL RESOLUSI KONFLIK MAJELIS TAFSIR AL QURAN DAN NAHDLATUL ULAMA DI KABUPATEN PURWOREJO
Tradisi lokal, dalam hal ini adalah budaya Jawa, masih memiliki posisi tawar yang cukup kuat meskipun terpaan berbagai arus baru terus saja menggerogoti nilai-nilai tradisi Jawa yang dianggap adiluhung. Keinginan sebagian masyarakat untuk menjaga tradisi Jawa masih dapat dilihat. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai budaya Jawa yang mendarah-daging dalam masyarakat dianggap telah terbukti mampu membawa manusia pada tata kehidupan yang âselamatâ. Tradisi Jawa tidak bisa lepas dari konsep slamet (Keselamatan) sebab dalam nalar orang Jawa hidup di dunia dengan selamat adalah lebih penting dari segalanya. Manusia Jawa tidak menentukan tujuan hidup yang muluk-muluk, yang penting selamat, tidak perlu rakus tapi harus bisa nrimo ing pandum (menerima suratan takdir). Konsep slamet ini adalah ruh tradisi jawa. Menurut Geertz, bagi orang Jawa slamet dimaknai sebagai âtidak ada apa-apaâ atau tidak terkendala oleh masalah. Semua tradisi, upacara, ritual dan perayaan dalam budaya Jawa senantiasa dimaksudkan untuk memohon keselamatan. Oleh karena itu tradisi-tradisi tersebut sering disebut sebagai slametan. Tradisi slametan dan konsep-konsep budaya yang terkait dengannya, banyak dipengaruhi oleh peradaban-peradaban besar yang telah berkembang di tanah Jawa, yaitu setidaknya ada tiga peradaban Hindu, Buddha, dan Islam. Ketiganya, oleh orang Jawa terdahulu dikelola secara arif dan bijaksana sehingga terbentuk tradisi hasil akulturasi yang unik namun terbukti telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan keselamatan
Berebut Ladang Dakwah Pada Masyarakat Muslim Jawa: (Studi Kasus Terhadap Konflik Majelis Tafsir Al-qur'an (Mta) Dan Nahdlatul Ulama (Nu) Di Kabupaten Purworejo
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konflik antara warga Majelis Tafsir Al-Qur'an (MTA) dan Nahdlatul Ulama (NU) di berbagai daerah seperti di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Konflik ini berlangsung pada tahun 2011 dan terjadi antara lain di Kelurahan Pangenjurutengah Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Pengumpulan data lapangan menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara.Penelitian ini menghasilkan: Pertama, konflik antara warga MTA dan NU di Kabupaten Purworejo dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan teologis, terutama menyangkut tradisi lokal. Orang-orang MTA menganggap bahwasannya upacara-upacara keagamaan yang dilakukan orang-orang NU sebagai perbuatan bid'ah yang tidak ada tuntunannya dalam Al-Qur'an dan Hadis. Warga NU merasa keberatan dengan materi dan metode pendekatan yang dilakukan MTA dalam melakukan dakwah karena MTA tidak menghormati perbedaan fiqhiyah, cenderung melecehkan ajaran kelompok lain, provokatif, menyebarkan kebencian, dan permusuhan di kalangan umat Islam. Kedua, resolusi konflik MTA dan NU di Purworejo dilakukan melalui dialog. Dialog difasilitasi oleh Pemkab Purworejo mengundang pihak-pihak yang berkonflik, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), berbagai ormas keagamaan, dan sejumlah stakeholders. Kesepakatan damai akhirnya tercapai melalui dialog. Pihak MTA meminta maaf dan berjanji akan mengevaluasi metode-metode dakwah supaya tidak provokatif, menyebarkan kebencian, dan mencela âamaliyah kelompok Islam lainnya
RESOLUSI KONFLIK AGAMA: PERSPEKTIF FILSAFAT PERENIAL
Abstract: This article offers religious conflict resolution in the perspective of perennial philosophy. Essentially, perennial philosophy provides spaces of respect for religious diversity and plurality. The inner dimension (esoteric) which becomes the point of orientation and foothold of this philosophy enables it to be an instrument to minimize and even reduce conflicts between religious believers. The esoteric dimension offered by perennial philosophy allows all religions to coalesce and unite. Perennial philosophy presupposes that there are many paths to achieving truth, but all of these paths ultimately lead to one point, namely God