7 research outputs found

    Kajian Kekerasan terhadap Anak Perempuan melalui Focus Group Discussion

    Get PDF
    Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2017-2018 menunjukkan kasus kekerasan pada anak di dunia pendidikan menunjukkan sebanyak 161 kasus yang terdiri dari 77 kasus bullying (47,95%), 54 kasus tawuran (33,6%), dan 30 kasus anak korban kebijakan (18,7%). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kekerasan yang dialami oleh anak perempuan dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan serta kesejahteraan anak. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman paparan kekerasan yang pernah dialami meliputi kekerasan fisik, psikis, dan cyberbullying. Dampak kekerasan terhadap anak dirasakan oleh korban juga pelaku kekerasan. Dampak yang dialami korban antara lain anak menjadi sering merenung dan pendiam, depresi, stress, susah tidur, menghindari keramaian, ingin melakukan tindakan yang sama sebagai balas dendam, memar dan luka. Dampak bagi pelaku antara lain penyesalan, ditegur dari sekolah, dikeluarkan dari sekolah, pengucilan dari masyarakat, dan penilaian yang buruk dari masyarakat. Rancangan penyelesaian masalah berdasarkan hasil penelitian yaitu lebih memaksimalkan lagi peran tim guru bimbingan konseling dan peran sekolah dalam mencegah terjadinya kekerasan dengan menetapkan aturan tertulis dan memasukkan materi pelajaran mengenai dampak kekerasan pada anak perempuan. Kata Kunci : Kajian Kekerasan, Anak Perempuan, Focus Group DiscussionData from the Indonesian Child Protection Commission (KPAI) in 2017-2018 shows that there are 161 cases of violence against children in the world of education, consisting of 77 cases of bullying (47.95%), 54 cases of the brawl (33.6%), and 30 cases of child victims of policy (18.7%). This study aims to examine violence experienced by girls and how it impacts the health and well-being of children. The results showed that experiences of exposure to violence that have been experienced include physical, psychological, and cyberbullying violence. The impact of violence against children is felt by victims as well as perpetrators of violence. The impacts experienced by the victims include children becoming often brooding and quiet, depression, stress, insomnia, avoiding crowds, wanting to take the same action as revenge, bruises, and wounds. The impact on the perpetrator includes remorse, a  reprimand from school, expulsion from school, exclusion and poor judgement from the community. The problem-solving design is based on the research results, namely to further maximize the role of the counseling guidance teacher team and the role of schools in preventing violence by establishing written rules and including subject matter regarding the impact of violence on girls. Keyword: Violence Study, Girls, Focus Group Discussio

    The Level of Maternal Knowledge about Complications in Pregnancy toward the Increase of Low Birth Weight Cases

    Get PDF
    Background: Based on Metro City Health Office reports, there was an increase in the proportion of LBW cases from 75 cases per 1.000 live births in 2015 to 87 cases per 1.000 live births in 2016. Metro City Health Service stated that one of the causes was the low level of maternal knowledge, especially regarding the consumption of balanced nutrition during pregnancy. This study aimed to investigate the relationship between the level of maternal knowledge and Low Birth Weight (LBW). Method: The study design was case-control, where low birth weight as a case and normal weight as a control. Study sample was 102, consisting of 51 cases and 51 control. Dependent variable was low birth weight, independent variable was the level of maternal knowledge. Data was obtained by interviewing the mothers, and secondary data was collected from community health center records. Data was analysed by bivariate and multivariate analysis. Results: Bivariate analysis showed that the OR level of maternal knowledge was 2,598 (95% CI: 1,126-5,995). The results of multivariate analysis showed that OR level of maternal knowledge was 2,646 (95% CI: 1,092-6,410). Conclusion: Mother's level of knowledge is a risk factor for LBW in Metro City

    Regional Mapping of Smoking Behavior Determinant of Indonesia’s High School Students (Analysis Of Global School-Based Health Survey 2015)

    Get PDF
    Indonesian Global School-based Health Survey (GSHS) 2015 was divided into three regions. The survey showed that main problem behavior among students was smoking. Cigarette contain dangerous substances that can cause diseases. This study was conducted to analyze regional mapping of smoking behavior determinant of Indonesia’s high school students based on Indonesian GSHS 2015. This study uses cross-sectional approach with logistic regression and descriptive design with geographic information system using classification function. 8.634 samples were selected by Probability Proportionate to Size method. The result showed that smoking behavior determinant were have been physically attacked (OR 2,03), have been bullied (OR 1,2), drug use (OR 9,8) and alcohol use (OR 13,4). Highest prevalence of students have been physically attacked and smoking was in Sumatera region (16%). Highest prevalence of students have been bullied and smoking was in Sumatera region (13,9%). Highest prevalence of students were drug use and smoking was in Sumatera region (93,3%). Highest prevalence of students were alcohol use and smoking was in Sumatra region (64%). Alcohol use was strongly associated with students’ smoking behavior. Each of the highest determinants of smoking was in Sumatera region. We advise students to avoid determinant of smoking behavior, especially alcohol use.Survei Kesehatan Berbasis Sekolah 2015 di Indonesia dibagi dalam tiga region. Survei tersebut menunjukkan masalah kesehatan utama pelajar adalah merokok. Rokok mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemetaan determinan perilaku merokok pada pelajar menurut Survei Kesehatan Berbasis Sekolah 2015. Penelitian dilakukan dengan dua tahap, yakni penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional menggunakan Uji Regresi Logistik, dan penelitian deskriptif dengan sistem informasi geografis menggunakan fungsi klasifikasi. Sampel sebanyak 8.634 siswa yang dipilih menggunakan teknik Probability Proportionate to Size. Determinan perilaku merokok pelajar di Indonesia, yaitu pernah diserang secara fisik (OR 2,03), pernah di-bully (OR 1,2), konsumsi obat terlarang (OR 9,8), dan konsumsi alkohol (OR 13,4). Prevalensi tertinggi pelajar yang pernah diserang serang secara fisik dan merokok berada di region Sumatera (16%). Prevalensi tertinggi pelajar yang pernah di-bully dan merokok berada di region Sumatera (13,9%). Prevalensi tertinggi pelajar yang pernah mengonsumsi obat terlarang dan merokok berada di region Sumatera (93,3%). Prevalensi tertinggi pelajar yang pernah mengonsumsi alkohol dan merokok berada di region Sumatera (64%). Determinan perilaku merokok pada pelajar adalah konsumsi alkohol. Masing-masing determinan perilaku merokok tertinggi berada di region Sumatera. Sebaiknya pelajar dapat menghindari determinan perilaku merokok, terutama konsumsi alkohol

    Pelatihan Keterampilan Hidup untuk Melindungi Remaja dari Kekerasan

    Get PDF
    Kekerasan terhadap Anak dapat terjadi dimana saja baik di sekolah, rumah, ataupun di ruang publik. Bentuk tindak kekerasan dapat berupa kekerasan verbal ataupun non-verbal dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Dampak kekerasan dialami baik oleh korban, pelaku, ataupun saksi dengan besaran dampak dari yang ringan sampai berat termasuk percobaan bunuh diri dan kehamilan remaja. Strategi yang dapat mencegah, menangani, dan menanggulangi kekerasan adalah pelatihan kecakapan hidup. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kecakapan hidup remaja berkaitan dengan upaya melindungi dari kekerasan. Metode pelaksanaan kegiatan terdiri dari brainstorming, penyuluhan, diskusi, dan simulasi. Media yang digunakan antara lain modul, lembar balik, dan lembar simulasi. Peserta kegiatan pengabdian terdiri dari 33 remaja yang aktif mengikuti kegiatan Pramuka dan PMR. Evaluasi hasil kegiatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner pre-test dan post-test, kuis bergambar, dan praktik. Hasil kegiatan ini terdiri dari identifikasi paparan kekerasan yang dialami peserta, persepsi peserta mengenai peranan kecakapan hidup dalam melindungi diri dari kekerasan, dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan peserta berkaitan dengan 12 macam kecakapan hidup. Terdapat peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan ini. Diharapkan manfaat kegiatan dapat dirasakan oleh seluruh peserta dan membantu mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak

    Implementasi Program Puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal, Emergensi Dasar (PONED) di Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    Setiap kehamilan dan persalinan merupakan kejadian berisiko, oleh karena itu setiap ibu hamil dan bersalin harus berada sedekat mungkin dengan pelayanan obstetri emergensi dasar. Unit pelayanan kesehatan yang dekat dan mampu terjangkau oleh masyarakat puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar. Di Kabupaten Banyumas ada 13 puskesmas mampu PONED. Puskesmas dalam pelaksanaannya perlu adanya satu langkah evaluasi guna meningkatkan ataupun mempertahankan satu mekanisme yang sudah baik atau kurang baik. Tujuannya adalah untuk melihat implementasi pelayanan puskesmas mampu PONED di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan unit analisis adalah dokter, bidan, kepala puskesmas, pasien, dan kepala seksi gizi dan kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, alat yang digunakan adalah tape recorder dan pedoman wawancara. Sistem pendukung pelayanan PONED tersedia, namun ketersediaan pelayanan belum seluruhnya tersedia yakni, alat, obat, dan infrastruktur. Pengelolaan rujukan kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal belum berjalan dengan baik sesuai dengan kasus, cenderung melakukan rujukan dini. Dukungan pemerintah dan support insentif sangat berpengaruh pada motivasi kerja petugas pelayanan

    ANALISIS DESKRIPTIF KEMATIAN IBU SELAMA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2022

    Get PDF
    Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesejahteraan masyarakat suatu negara. AKI di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 207 per 100.000 KH berada diatas target Renstra yaitu 190 per 100.000 KH. Data terbaru kasus kematian ibu di Kabupaten Banyumas berdasarkan informasi dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Kabupaten Banyumas selama tahun 2022 ditemukan 24 kasus baru kematian ibu yang tersebar di 14 Puskesmas. Tujuan penelitian ini adalah eksplorasi deskriptif kematian ibu di Kabupaten Banyumas tahun 2022. Penelitian ini menggunakan studi case series pada 24 kasus kematian ibu hasil dari AMP (Audit Maternal Perinatal). Lokasi penelitian di 14 puskesmas wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Kematian ibu di Kabupaten Banyumas tahun 2022 berdasarkan usia tertinggi pada usia 20-35 tahun (58,3%) dengan tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah SMP (45,8%). Tiga penyebab kematian ibu tertinggi adalah Preeklampsia/eklampsia (45,8%), perdarahan (29,2%), dan penyakit infeksi (12,5%). Kematian ibu yang ditolong oleh dokter 16 orang (66,7%), dan ditolong oleh bidan 8 orang (33,3%). Jumlah paritas terbanyak pada anak ≤ 4 (91,7%). Periode maternal terbanyak kematian ibu di masa nifas (70,8%). Tempat meninggal ibu terbanyak di RS ( 87,5%), perjalanan (8,3%), dan di rumah (4,2%). Kematian ibu berdasarkan riwayat penyakit penyerta (37,5%), Kurang Energi Kronis (66,7%), dan anemia (58,3%). Frekuensi ANC terbanyak ≥ 6 kali (75%) serta pernah menggugurkan kandungan sebesar 16,7%. Kematian ibu di Kabupaten Banyumas tahun 2022 banyak disebabkan oleh preeklampsia/eklampsia, KEK, dan anemia. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, sehingga dapat digunakan untuk pembuatan kebijakan dan intervensi yang efektif dan efisien dalam menurunkan AKI Kabupaten Banyumas.Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of the welfare of a country's society. MMR in Indonesia in 2020 reached 207 per 100,000 KH, which is above the Strategic Plan target of 190 per 100,000 KH. The latest data on cases of maternal death in Banyumas Regency based on information from the Family Health and Community Nutrition Section of Banyumas Regency during 2022 found 24 new cases of maternal death spread across 14 Community Health Centers. The aim of this research is a descriptive exploration of maternal deaths in Banyumas Regency in 2022. This research uses a case series study on 24 cases of maternal deaths resulting from AMP (Maternal Perinatal Audit). The research locations were 14 community health centers in the Banyumas District Health Service area. Maternal deaths in Banyumas Regency in 2022 based on age were highest at 20-35 years old (58.3%) with the highest level of education being junior high school (45.8%). The three highest causes of maternal death are preeclampsia/eclampsia (45.8%), bleeding (29.2%), and infectious diseases (12.5%). 16 maternal deaths were assisted by doctors (66.7%), and 8 people were assisted by midwives (33.3%). The highest number of parities in children ≤ 4 (91.7%). The maternal period with the most maternal deaths was in the postpartum period (70.8%). The most common places of maternal death were hospitals (87.5%), travel (8.3%), and at home (4.2%). Maternal death was based on history of comorbidities (37.5%), Chronic Energy Deficiency (66.7%), and anemia (58.3%). The highest frequency of ANC was ≥ 6 times (75%) and 16.7% had ever had an abortion. Many maternal deaths in Banyumas Regency in 2022 are caused by preeclampsia/eclampsia, CED, and anemia. The author hopes that this research can be useful and become reference material for further research, so that it can be used to create effective and efficient policies and interventions in reducing the MMR in Banyumas Regency
    corecore