29 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Sari Buah Kersen terhadap Kadar Asam Urat pada Penderita Hiperurisemia

    Get PDF
    Hyperuricemia is a health condition characterized by increasing uric acid levels in the body. Jamaican cherry (Muntingia calabura) is vitamin C containing fruit that have lowering-purine effect.The aim of this study was to determine the effect of Kersen (Muntingia calabura) extract on uric acidlevels. This was experimental study with pretest-posttest control group design. Male and female aged above 50 years and not taking vitamins were reqruites as subjects . In this study, the subjects were divided into control and treatment group with the total of 17 subjects for each group. The subjects consume 40.5 grams Kersen. The uric acid level was measured by helath professionals using Easy Touch. The diference of uric acid level were analized using Wilcoxon test  and Man-Whitney test, and the correlation and effect of Kersen were analyzed using Partial Correlation test and LinearRegression Test. The results show that uric acid levels in the treatment group were above normal as well as the control group because at the beginning of the study there were differences in the subject selection of each group. The results show that there is an effect of granting cherry juice to uric acid level ( p 0.004).Keywords: Gout, Hyperuricemia, Cherry Fruit, Vitamin C

    Peningkatan Pengetahuan Mengenai Pembuatan MP-ASI Bagi Ibu-ibu Anggota Komunitas MP-ASI Homemade (KMHM) Jember

    Get PDF
    Stunting and underweight are nutritional problems in toddlers that are often experienced by Indonesian toddlers to date. Inappropriate feeding practices are the main cause of early nutritional problems in infants and toddlers. Fulfillment of nutrition in a child begins with exclusive breastfeeding for 6 months and continues with complementary feeding (MP-ASI). Ignorance and/or inability to prepare complementary foods that meet nutritional needs appropriately and hygienically is one of the causes of nutritional problems in toddlers. Education about infant and child feeding needs to be given as an effort to prevent nutritional problems. The purpose of this community service activity is to increase the knowledge of mothers under five about producing of MP-ASI for mothers who are members of the Homemade MP-ASI Community (KMHM). This training as an education in community service includes webinars via Zoom. The results of the training showed that there was an increase of participants’ knowledge. Based on the results of Wilcoxon test, it showed that there was an increase in the knowledge of mothers under five about processing and preparing MP-ASI properly

    Pengaruh Pemberian Klorofilin Berbagai Dosis Terhadap Indeks Fagositosis Makrofag Dan Kadar Nitric Oxide Pada Mencit BALB / c Yang Diinfeksi Dengan Salmonella Typhimurium

    Get PDF
    Latar Belakang : Respon imun tubuh terhadap infeksi Salmonella diantaranya mengaktifkan makrofag dan produksi NO. Klorofilin merupakan turunan dari klorofil yang memiliki sifat sebagai immunomodulator. Tujuan : Tujuan penelitian ini membuktikan pemberian klorofilin berbagai dosis berpengaruh terhadap indeks fagositosis makrofag dan kadar NO. Metode : The post test only controlled group design pada mencit Balb/c terbagi dalam 5 kelompok. Perbedaan indeks fagositosis makrofag dianalisis menggunakan uji one way anova. Perbedaan kadar NO diukur menggunakan dianalisis menggunakan uji Kruskall-Wallis. Hasil : Rerata indeks fagositosis makrofag 0,7(±0,80), 1,8(±0,80), 2(±0,22), 2,5(±0,43) dan 3,2(±0,68) masing-masing pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, klorofilin dosis 100 µg/g BB/hari, 200 µg/g BB/hari dan 380 µg/g BB/hari. Terdapat perbedaan rerata indeks fagositosis makrofag (p 0,000). Rerata kadar NO 0,4 µM(±0,1), 0,6 µM(±0,60), 0,8 µM(±0,64), 0,6 µM(±0,67) dan 0,4 µM(±0,26) masing-masing pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif , klorofilin dosis 100 µg/g BB/hari, dosis 200 µg/g BB/hari dan dosis 380 µg/g BB/hari. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata kadar NO (p 0,813). Simpulan : Ada perbedaan bermakna pada indeks fagositosis makrofag antara kelompok diberi klorofilin dengan kelompok tanpa klorofilin. Peningkatan dosis klorofilin meningkatkan indeks fagositosis makrofag. Tidak terdapat berbedaan bermakna pada kadar NO antara kelompok diberi klorofilin dengan kelompok tanpa klorofilin

    Phenylalanine and Tryptophan Intake of Hyperactive Children with Autism

    Get PDF
    Background: Hyperactive is behavior which demonstrates the attitude of more energy than normal behavior. Level of neurotransmitter dopamine and serotonin in the body may be the factor of this disorder behavior.  Level of phenylalanine and serotonin were found high in hyperactive children with autism. Level phenylalanine in the brain shows that it is not changed into tyrosine so dopamine can not be form. Serotonin derived from an amino acid tryptophan.Objective: To understand the association between phenylalanine and tryptophan intake to hyperactivity of  children with autism.Methods: A survey analytic research with cross sectional approach involving 20 subjects. Phenylalanine and tryptophan intake data was collected by Semi Quantitative-Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), and hyperactivity disorder of children with autism was measured based on DSM-IV guidelines. Results: Eight (40%) children had low hyperactivity, 9 (45%) children had moderate hyperactivity, 2 (10%) children had severe hyperactivity, and 1 (5%) child had very severe hyperactivity. Mean phenylalanine intake was 4899.74mg (±1543.42) with maximum and minimum intake respectively 7735.42mg and 1843.88mg. Tryptophan intake was 1153.91mg (±384.99) with maximum and minimum intake respectively 1953.89mg and 367.69mg. There was significant association between phenylalanine intake (p=0,034; r=0,477) and tryptophan intake and hyperactivity (p=0,026; r=0,492).Conclusion: There is an association between intakes of amino acid phenylalanine and amino acid tryptophan with hyperactivity of autistic childre

    Perbedaan Kandungan Gizi ASI (Air Susus Ibu) Pada Berbagai Suhu dan Lama Penyimpanan

    Get PDF
    ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik karena ASI mengandung zat gizi, hormon, faktor kekebalan tubuh, anti alergi, dan anti inflamasi. ASI mengandung hampir 200 unsur zat makanan. ASI perah dapat disimpan mulai dari beberapa jam hingga beberapa bulan, tergantung dari suhu penempatannya. Suhu dan lama waktu penyimpanan akan mempengaruhi kandungan zat gizi yang ada pada ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kandungan gizi ASI pada berbagai suhu dan lama penyimpanan. Variabel dalam penelitian ini adalah zat gizi makro yang terkandung dalam ASI, meliputi karbohidrat, lemak dan protein. Metode analisis protein menggunakan metode Kjedahk, metode analisis lemak menggunakan pendekatan metode Babcock dan metode analisis karbohidrat menggunakan metode indeks bias refraktometer. Kandungan protein pada sampel ASI berkisar antara 0,7940 – 0,8439 %, kandungan lemak pada sampel ASI berkisar antara 1,5 – 2,7 %, Kkandungan karbohidrat pada sampel ASI berkisar antara 9 – 9,23 %. Terjadi kenaikan kandungan protein ASI pada berbagai perlakuan suhu dan lama penyimpanan. Terjadi kenaikan kandungan lemak ASI pada berbagai perlakuan suhu dan lama penyimpanan. Terjadi penurunan kandungan karbohidrat ASI pada berbagai perlakuan suhu dan lama penyimpaan

    KANDUNGAN GIZI ASI (AIR SUSU IBU) PADA BERBAGAI SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN

    Get PDF
    ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik karena ASI mengandung zat gizi, hormon, faktor kekebalan tubuh, anti alergi, dan anti inflamasi. ASI mengandung hampir 200 unsur zat makanan. ASI perah dapat disimpan mulai dari beberapa jam hingga beberapa bulan, tergantung dari suhu penempatannya. Suhu dan lama waktu penyimpanan akan mempengaruhi kandungan zat gizi yang ada pada ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kandungan gizi ASI pada berbagai suhu dan lama penyimpanan. Variabel dalam penelitian ini adalah zat gizi makro yang terkandung dalam ASI, meliputi karbohidrat, lemak dan protein. Metode analisis protein menggunakan metode Kjedahk, metode analisis lemak menggunakan pendekatan metode Babcock dan metode analisis karbohidrat menggunakan metode indeks bias refraktometer. Kandungan protein pada sampel ASI berkisar antara 0,7940 – 0,8439 %, kandungan lemak pada sampel ASI berkisar antara 1,5 – 2,7 %, Kkandungan karbohidrat pada sampel ASI berkisar antara 9 – 9,23 %. Terjadi kenaikan kandungan protein ASI pada berbagai perlakuan suhu dan lama penyimpanan. Terjadi kenaikan kandungan lemak ASI pada berbagai perlakuan suhu dan lama penyimpanan. Terjadi penurunan kandungan karbohidrat ASI pada berbagai perlakuan suhu dan lama penyimpaan

    BODY MASS INDEX AND ITS CORRELATION TO BIOMARKER SIGNS OF METABOLIC SYNDROME

    Get PDF
    Metabolic syndrome is one of risk factor of non-communicable disease, such coronary heart disease (CHD) and Diabetes mellitus (DM). Metabolic syndrome characterised by appearance minimum 3 of these symptoms: high blood pressure, low HDL-cholesterol level, high LDL-cholesterol level, high triglyseride level, high fasting glucose level, high waist-hip ratio. Metabolic syndrome is often related to obesity. Adolescent with obesity has higher risk to be suffering from metabolic syndrome and have degenerative disease. This research aimed to identify correlation between Body Mass Index (BMI) and some biomarkes signs of metabolic syndrome in adolescences. This was an observational research conducted in Junior High School in Jember. Twenty three High School students were participated as subjects in this research. The were condestied in measurement of BMI/Age, and biomarkes signs (HDL-cholesterol level, LDL-cholesterol level, triglyseride level, and fasting glucose level) measured by laboratory. Prevalence of overweight in male and female adolescents are 13.3% and 18.4% respectively. Prevalence of obesity in male and female adolescents are 11.2% and 7.2% respectively. There is correlation between BMI and HDL-cholesterol level (p=0.043), but there are no correlation between BMI and other three biomarker :  LDLcholesterol level (p=0.380), triglyseride level (p=0.253), and fasting glucose level (p=0.253)

    Pengaruh Pemberian Klorofilin Berbagai Dosis Terhadap Indeks Fagositosis Makrofag Dan Kadar Nitric Oxide Mencit BALB/c Yang Diinfeksi Dengan Salmonella Typhimurium

    Full text link
    Background: Immune responses to eliminate Salmonella infection are by activating macrophage and by producing NO. Chlorophyllin is a chlorophyll derivate that has immunomodulator properties. Objective: The aim of this study was to prove effect of chlorophyllin in macrophage phagocytosis index and NO level. Methods: A post test only controlled group design was conducted in 5 groups Balb/c mice (negative control, positive control, dosage 100 µg/200 g BW, dosage 200 µg/200 g BW and dosage 380 µg/200 g BW). Macrophage phagocytosis index was measured by counting cells that phagocyte latexs particles. NO level was measured by Griess method. Macrophage phagocytosis index difference was analyzed by one way anova and NO level deference was analyzed by Kruskall-Wallis test (α 0,05). Results: Means of macrophage phagocytosis index were 0,7(±0,80), 1,8(±0,80), 2(±0,22), 2,5(±0,43) and 3,2(±0,68) respectively in negative control, positive control, chlorophyllin dosage 100 µg/g BW/day, 200 µg/g BW/day and 380 µg/g BW/day. There was a significant difference of macrophage phagocytosis index between group (p 0,000). Mean of NO level were 0,4 µM(±0,10), 0,6 µM(±0,60), 0,8 µM(±0,64), 0,6 µM(±0,67) and 0,4 µM(±0,26) respectively in negative control, positive control, chlorophyllin dosage 100 µg/g BW/day, 200 µg/g BW/day and 380 µg/g BW/day. There was no difference of NO level between group (p 0,813). Conclusion: There was a significant difference of macrophage phagocytosis index between chlorophyllin administered group and control. The higher chlorophyllin dosage, the higher macrophage phagocytosis index. Therewas no difference of NO level between chlorophyllin administered group and control

    Peningkatan Keterampilan Kader Dalam Pengukuran Panjang Badan Bayi Sebagai Upaya Deteksi Dini Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

    Get PDF
    Stunting atau pendek merupakan keadaan yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan. Keadaan ini berlangsung kronis karena disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian, serta gangguan perkembangan kemampuan motorik dan mental, oleh karena itu stunting pada bayi dan balita perlu menjadi perhatian khusus. Pemantauan pertumbuhan khususnya panjang badan dan atau tinggi badan seharusnya dilakukan sejak dini untuk menilai normal tidaknya pertumbuhan anak. Kecamatan Sumbersari memiliki prevalensi bayi dan balita stunting sebesar 18%, yang terdiri dari kategori sangat pendek dan pendek. Kegiatan pengukuran panjang badan hampir tidak pernah dilakukan pada saat jadwal posyandu, dikarenakan keterbatasan alat. Alat ukur panjang badan yang tersedia terbuat dari kayu, dengan karakteristik berat dan sulit dibawa. Keadaan ini menyebabkan kegiatan pengukuran panjang badan bayi dan balita tidak dapat dilakukan pada saat jadwal posyandu. Persoalan mitra yang muncul dari analisis situasi adalah kurangnya keterampilan kader dalam hal pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang badan bayi dan balita, upaya deteksi dini terhadap stunting tidak dapat terlaksana dengan baik karena kegiatan pengukuran panjang badan bayi dan balita tidak dapat terlaksana dan ketidaktersediaan alat ukur panjang badan pada setiap kegiatan posyandu. Luaran dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah alat ukur panjang badan bayi dan balita portable dan Buku petunjuk operasional. Kegiatan koordinasi dengan mitra meliputi pengumpulan data dan informasi dengan wawancara dan observasi. Kegiatan survey dan desain alat di bengkel menghasilkan output alat ukur panjang badan yang bayi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mitra. Kegiatan pengabdian ini telah menghasilkan alat ukur panjang badan bayi dan balita portable dan buku petunjuk operasional yang diberikan kepada 8 Posyandu di Desa Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Alat ukur tersebut telah dipergunakan dalam pengukuran panjang badan bayi dan balita saat kegiatan Posyandu.Stunting atau pendek merupakan keadaan yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan. Keadaan ini berlangsung kronis karena disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian, serta gangguan perkembangan kemampuan motorik dan mental, oleh karena itu stunting pada bayi dan balita perlu menjadi perhatian khusus. Pemantauan pertumbuhan khususnya panjang badan dan atau tinggi badan seharusnya dilakukan sejak dini untuk menilai normal tidaknya pertumbuhan anak. Kecamatan Sumbersari memiliki prevalensi bayi dan balita stunting sebesar 18%, yang terdiri dari kategori sangat pendek dan pendek. Kegiatan pengukuran panjang badan hampir tidak pernah dilakukan pada saat jadwal posyandu, dikarenakan keterbatasan alat. Alat ukur panjang badan yang tersedia terbuat dari kayu, dengan karakteristik berat dan sulit dibawa. Keadaan ini menyebabkan kegiatan pengukuran panjang badan bayi dan balita tidak dapat dilakukan pada saat jadwal posyandu. Persoalan mitra yang muncul dari analisis situasi adalah kurangnya keterampilan kader dalam hal pengukuran dan penggunaan alat ukur panjang badan bayi dan balita, upaya deteksi dini terhadap stunting tidak dapat terlaksana dengan baik karena kegiatan pengukuran panjang badan bayi dan balita tidak dapat terlaksana dan ketidaktersediaan alat ukur panjang badan pada setiap kegiatan posyandu. Luaran dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah alat ukur panjang badan bayi dan balita portable dan Buku petunjuk operasional. Kegiatan koordinasi dengan mitra meliputi pengumpulan data dan informasi dengan wawancara dan observasi. Kegiatan survey dan desain alat di bengkel menghasilkan output alat ukur panjang badan yang bayi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mitra. Kegiatan pengabdian ini telah menghasilkan alat ukur panjang badan bayi dan balita portable dan buku petunjuk operasional yang diberikan kepada 8 Posyandu di Desa Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Alat ukur tersebut telah dipergunakan dalam pengukuran panjang badan bayi dan balita saat kegiatan Posyandu

    Deteksi Dini Osteoporosis serta Upaya Pencegahannya dengan Pengaturan Diet dan Suplementasi Gizi di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jember

    Get PDF
    Community service of early detection of osteoporosis and its prevention efforts with diet and nutritional supplementation in the Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jember is done because of the importance of data about bone health in elderly whereas the UPT does not have. The absence of bone health data is shown based on the value of bone density to make elderly often experience sudden fractures. Data of  bone density can show the condition of elderly bone so that can be determined next step as effort of prevention and improvement of elderly bone density conditions such as supplementation and diet arrangement of elderly. While counseling on the elderly is aimed to elderly understand the importance of bone examination and consume supplements and foods provided UPT. Counseling on employees aims to UPT employees can create a diet menu in accordance with the needs of the elderly. This devotion is done by Bone Mass Density examination method and counseling to elderly about osteoporosis and UPT employees about diet arrangement in elderly and supplementation to elderly. The results achieved from this activity are: there are 30 elderly suffer from osteoporosis, 19 elderly on status osteopenia and 5 elderly at normal status; there is increased knowledge of elderly and UPT employees, osteoporosis leaflets, elderly medical records, and pocketbook elderly diet cycl
    corecore