20 research outputs found
Profil Guru Profesional Pasca Sertifikasi (Studi Kasus di SMP Negeri 2 Girimarto, Wonogiri)
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ciri-ciri guru professional,
mengetahui tanggapan guru pada program kebijaksanaan sertifikasi guru, upaya
guru dalam mempertahankan keprofesionalannya di SMP Negeri 2 Girimarto,
Wonogiri. Penelitian ini menggunakan sumber data dari informan atau nara
sumber, peristiwa, serta dokumentasi. Teknik pengumpulan datanya menggunakan
wawancara, observasi, dan mengkaji dokumen atau arsip. Untuk
keabsahan data menggunakan uji kredibilitas data yang meliputi perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan, dan trianggulasi, yaitu trianggulasi sumber
data dan teknik pengumpulan data. Analisisnya menggunakan analisis interaktif
yang digunakan untuk memaparkan data yang diperoleh melalui wawancara,
observasi, dan mengkaji dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.
Ciri-ciri guru professional di SMP Negeri 2 Girimarto, Wonogiri adalah memiliki
empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, dan selalu berusaha menerapkan
empat kompetensi tersebut di dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat; 2. Guru bersertifikasi di SMP Negeri 2 Girimarto, Wonogiri
memberikan tanggapan positif atas upaya pemerintah untuk mensejahterakan
kehidupan guru dengan program sertifikasi porotfolio dan prajabatan guru karena
selain mensejahterakan guru, sertifikasi juga mem-perjelas bahwa guru adalah
pekerjaan yang membutuhkan kemampuan profesional; 3. Guru bersertifikasi di
SMP Negeri 2 Girimarto, Wonogiri selalu berusaha mengupdate wawasan,
dengan cara selalu membaca, menggunakan ke-majuaan teknologi, mengikuti
seminar, KKG, penataran dan pelatihan-pelatihan sebagai upaya mempertahankan
keprofesinalannya
Implementasi Rehabilitasi Pecandu Narkotika Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagai Upaya Non Penal Badan Narkotika Nasional,
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan tentang implementasi rehabilitasi bagi pecandu narkotika yang terdapat dalam pasal-pasal di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika yakni hak yang didapat oleh pecandu narkotika sebagai upaya non penal Badan Narkotika Nasional dalam penanganan maslah penyalahgunaan narkotika, institusi penerima wajib lapor sebagai lembaga yang menerima laporan guna melaksanakan rehabilitasi terhadap residen atau pecandu narkotika yang nantinya mendapatkan hak pemulihan yang disebut dengan rehabilitasi Berdasarkan hal tersebut diatas, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah :(1)Bagaimana implementasi rehabilitasi pecandu narkotika dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebagai upaya non penal Badan Narkotika Nasional?(2)Bagaimana mekanisme Badan Narkotika Nasional dalam penanganan rehabilitasi terhadap pencandu narkotika?
Kemudian penulisan karya tulis ini menggunakan metode yuridis sosiologis yakni selain berdasarkan peraturan perundang-undangan, juga berdasarkan fakta di lapangan terkait rehabilitasi pecandu narkotika. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan wawancara dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode analisa data data deskriptif kualitatif yaitu analisis terhadap data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan informasi yang bersifat ungkapan dari responden. Pendekatan ini dilakukan dengan ketentuan Rehabilitasi sebagai upaya non penal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika oleh Badan Narkotika Nasional, yakni penekanan dalam pasal 54-59 Dari hasil penelitian dengan metode di atas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa Badan Narkotika Nasional melaksanakan atau menerapkan ketentuan Rehabilitasi sebagai upaya non penal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, penekanan rehabilitasi sebagai upaya non penal dengan mengimplementasikan rehabilitasi pecandu narkotika serta penaganan rehabilitasi baik medis dan rehabilitasi sosial, memberikan mekanisme dalam rehabilitasi pecandu narkotika yang diharapkan dapat memulihkan pecandu narkotika dari ketergantungan zat-zat berbahaya narkotika serta memulihkan agar pecandu narkotika dapat kembali dalam kehidupan masyarakat secara sehat dan terlepas dari ketergantungan narkotika
PENGARUH PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING TERHADAP INCONTINENCE URINE PADA LANSIA WANITA: NARRATIVE REVIEW
Latar belakang: Incontinence urine sendiri adalah keadaan dimana
terjadinya keluhan pengeluaran urin secara involunter yaitu mengeluarkan
secara spontan dan tidak dapat di sadari, banyaknya insidensi incontinance
urine di dunia dan terlebih banyak yang terkena adalah wanita lanjut usia.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka adanya intervensi pelvic
floor muscle training. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh dari pelvic floor
muscle training terhadap incontinence urine pada lansia wanita, posisi dan
dosis pada intervensi. Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian
narrative review, dengan framework PICO (Population/Patients/Problem,
Intervention, Comparison, Outcome) pencarian jurnal dilakukan di Pubmed,
Sciencedirect, dan Google Schoolar, sesuai dengan keyword yang di
tentukan yaitu: Pelvic Floor Muscle Training, Incontinence Urine, Kegel
Exercise, Elderly Women, dengan kreteria sesuai dengan inklusi. Penelitian
ini menggunakan artiket full text tentang intervensi pelvic floor muscle
training, diterbitkan minimal dalam rentan waktu 2011-2021 dan metode
yang digunakan adalah experimental study dan randomize control trial.
Hasil: 10 literatur yang dianalisa menyatakan bahwa pelvic floor muscle
training berpengaruh terhadap incontinence urine pada lansia wanita. Posisi
intervensi duduk, berdiri, berbaring dan bisa ditambah posisi berlutut. dosis
intervensi 12x pengulangan, 3 sesi, durasi 45 menit dan dilakukan selama 12
minggu. Kesimpulan: Pelvic floor muscle training dapat menurunkan
incontinence urine pada lansia wanita. Saran: Pelvic floor muscle training
dapat menjadi intervensi alternative untuk menurunkan incontinence urine
pada lansia wanita
Spatial variation of trace metals within intertidal beds of native mussels (Mytilus edulis) and non-native Pacific oysters (Crassostrea gigas): implications for the food web?
Abstract Pollution is of increasing concern within coastal regions and the prevalence of invasive species is also rising. Yet the impact of invasive species on the distribution and potential trophic transfer of metals has rarely been examined. Within European intertidal areas, the non-native Pacific oyster (Crassostrea gigas) is becoming established, forming reefs and displacing beds of the native blue mussel (Mytilus edulis). The main hypothesis tested is that the spatial pattern of metal accumulation within intertidal habitats will change should the abundance and distribution of C. gigas continue to increase. A comparative analysis of trace metal content (cadmium, lead, copper and zinc) in both species was carried out at four shores in south-east England. Metal concentrations in bivalve and sediment samples were determined after acid digestion by inductively coupled plasma-optical emission spectrometry. Although results showed variation in the quantities of zinc, copper and lead (mg m-2) in the two bivalve species, differences in shell thickness are also likely to influence the feeding behaviour of predators and intake of metals. The availability and potential for trophic transfer of metals within the coastal food web, should Pacific oysters transform intertidal habitats, is discussed