14 research outputs found

    Faktor yang Mempengaruhi Penegasan Privasi pada Transformasi Ruang Huntap Dongkelsari

    Get PDF
    Huntap is designed as a house that can be improved from time to time until it becomes permanent settlement in accordance with the wishes of its inhabitants. People who live in huntap initially lived in large houses with large yards with a spread pattern of settlements and at the time of relocation of these communities had to be moved and lived in settlements with limited land area with cluster-shaped settlement patterns. This study aims to determine the factors and elements that influence the privacy affirmation in the space transformation of the Huntap Dongkelsari. Factors affecting privacy affirmation can be divided into territorial, security, and personal factors. Elements of privacy affirmation can be elements that explicitly mark boundaries and privacy (such as boxes, fences, and partition walls in the form of brick or plywood) and elements that implicitly mark boundaries and privacy (such as wooden cabinets, chicken coops, fish ponds, and drilled wells). The use of these elements is influenced by the need for privacy, the need for security, occupant’s experience and habits conducted in the previous house

    ANALISIS SPASIAL KERENTANAN DISTRIK JAYAPURA SELATAN TERHADAP BENCANA TSUNAMI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

    Get PDF
    Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga sering terjadi gempa bumi yang dapat menyebabkan tsunami. Salah satu daerah rawan tsunami di Papua adalah daerah pesisir di Kota Jayapura. Tindakan mitigasi bencana tsunami salah satunya adalah dengan membuat peta tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami. Pada artiket ini akan memaparkan tingkat kerentanan lingkungan terhadap bencana tsunami di Distrik Jayapura Selatan, melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan survey lapangan yang akan diketahui faktor penyebab tingginya nilai kerentanan. Analisa spasial kerentanan wilayah terhadap bencana tsunami dilakukan dengan overlay parameter kerentanan wilayah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).Parameter yang digunakan dalam menganalisis kerentanan tsunami adalah elevasi daratan, kemiringan lahan, penggunaan lahan, jarak dari garis pantai dan jarak dari sungai. Distrik Jayapura Selatan menunjukkan bahwa nilai atau kategori kerentanan lingkungan terhadap bencana tsunami di wilayah Distrik Jayapura Selatan didominasi oleh tingkat kerentanan 4,98% Sangat Tinggi, 12,65% Tinggi, 30,02% Sedang, Rendah 48,61% dan 3,74% Sangat Rendah. Dengan kondisi kerentanan lingkungan tersebut maka wilayah Distrik Jayapura Selatan dikategorikan sebagai daerah yang rentan terhadap bencana tsunami

    Karakter Visual Kawasan Lapangan Merdeka Kota Medan Ditinjau dari Elemen Fisik Peninggalan Pemerintahan Kolonial Belanda

    Get PDF
    Kawasan Lapangan Merdeka Kota Medan merupakan salah satu kawasan peninggalan Pemerintahan Kolonial Belanda di Provinsi Sumatera Utara. Kontinuitas dan eksistensi bangunan – bangunan lama masih terlihat sampai saat ini dan masuk ke dalam bangunan cagar budaya Kota Medan yang harus dilindungi sebagai saksi monumental dari sejarah kawasan bekas pusat Pemerintahan Kolonial Belanda. Seiring berjalannya waktu, kawasan yang awalnya merupakan pusat pemerintahan berkembang menjadi kawasan komersil. Perkembangan kawasan cenderung memperlemah karakter visual Kawasan Lapangan Merdeka, perkembangan tersebut meliputi bangunan – bangunan lama yang berubah secara fisik maupun fungsi dan adanya bangunan baru yang tidak mengikuti citra kolonial kawasan. Perkembangan dan proses modernisasi Kawasan Lapangan Merdeka menjadi dasar persoalan pelestarian dalam mempertahankan karakter visual Kawasan Lapangan Merdeka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elemen – elemen apa saja yang membentuk karakter visual Kawasan Lapangan Merdeka sebagai kawasan peninggalan Kolonial Belanda. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif – kualitatif dengan landasan teori dan permodelan elemen fisik untuk proses analisis. Berdasarkan hasil dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh adalah Berdasarkan analisis dari teori dan temuan di lapangan, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter visual Kawasan Lapangan Merdeka Kota Medan sangat kuat dipengaruhi oleh Elemen Fisik kawasan. Bangunan lama peninggalan Pemerintahan Kolonial Belanda yang cukup banyak secara visual sangat menonjol sehingga menjadi kesan utama yang ditangkap oleh pengamat. Faktor penentu karakter visual Kawasan Lapangan Merdeka yaitu pola karakter visual kawasan melalui prinsip ketinggian antar deret bangunan, alignment (kesegarisan) antar deret bangunan, shape (bentuk) fasad berupa pelubang bidang dinding, bentuk atap antar deret bangunan dan ruang antar bangunan (jarak) dari deret bangunan

    The effect of spatial configuration in the thermal area of Fort Oranje public space in Ternate City

    Get PDF
    Crowded city will be impact to the temperature of urban areas. This condition is commonly known as the urban heat island effect. It’s impact to the activity that happened in the urban space. Recently, Fort Oranje (urban space/square) that has history value has been revitalized as an urban public space that is crowd visited by Ternate’s people. Therefore, the thermal comfort becomes an important thing and that is available to the users. The research is aim to know the influence of space configuration change to the aspect of thermal comfort in the urban public space. The method that is used in this research is empirical measurement and simulation method using Envi-MET software. This method is used to simulate the condition of thermal area in Fort Oranje. The result of this research showed that space configuration that change before and after the development of Ternate waterfront city impact to the thermal conditions in Fort Oranje public space

    Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Untuk Kegiatan Sosial Di Perkampungan Di Kota Yogyakarta (The Use Pattern of Open Space for Social Activity in Kampungs in Yogyakarta)

    Get PDF
    ABSTRAK The aim of this research is to examine the patterns of social activity and the use patterns of open space for social activity of the people in kampungs in Yogyakarta. Three kampungs in the center of the city which are considered as the representative of other kampungs in Yogyakarta are used as the case study. They are: Kampung Suryoputran, a traditional kampung in the Kraton areaKampung Pajeksan in the commercial area of Malioboroand Kampung Ledok Tukangan in the river bank area of Code River. This research found that patterns of social activities are: 1) active pattern (moving), which is divided into two (regularly active and irregularly active)and 2) passive pattern (not moving). Patterns of open spaces are: 1) linier pattern2) centered patternand 3) clustered pattern. Finally, the use patterns of open space for social activity of the kampung people are: I) Linier space pattern is particularly used for social activities with active patterns (regularly and irregularly actives) and passive patterns2) Centered space pattern is used more for social activities with passive patternsand 3) Clustered pattern is particularly used for social activities with active patterns (regularly and irregularly actives). Keywords: Ruang terbuka, perkampunga

    Efektivitas Participatory Design di Kampung Kota

    Full text link
    Permasalahan dikampung kota tidak tersedianya ruang-ruang publik dan kepadatan yang mengakibatkan kerapatan bangunan rumah, penataan kampung yang tepat dapat menjamin keberlanjutan. Dalam menata kampung kota perlu partisipasi masyarakat sebagai perancang untuk memenuhi kebutuhan serta sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Hal tersebut perlu adanya pengamatan dan penilaian efektivitas untuk mencapai dan memaksimalkan participatory design tersebut. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana efektivitas participatory design di kampung kota Pakuncen, Yogyakarta yang tidak memiliki ruang publik dikarenakan keterbatasan lahan. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan analisa data menggunakan Moleang. Penilaian efektivitas menggunakan teori dari Duncan yang dikutip oleh Richard Steers melalui tiga parameter yaitu Pencapaian Tujuan, Integrasi dan Adaptasi. Hasil temuan dari penelitan ini menunjukan bahwa efektivitas participatory design di Kampung Pakuncen cukup terbilang efektiv. Hal ini disebabkan oleh tercapainya tujuan yang masyarakat butuhkan dan kepuasan masyarakat terhadap hasil dari pembangunan, namun jangka waktu yang dibutuhkan untuk meyakinkan warga cukup lama. Dilihat dari keunikan nya yaitu menabung seribu perhari untuk membangun balai pertemuan warga yang awalnya tidak dimiliki oleh masyarakat karna ketidak tersedianya lahan namun dengan semangat yang tinggi, keterlibatan masyarakat secara penuh dan aktifnya warga dalam mengikuti setiap proses diskusi dapat menentukan keberhasilan setiap proses dari participatory design ini

    Measuring urban slum area imageability through visual indicators

    No full text
    Imageability is the quality of a place that makes it recognizable, memorable, and different from other places. It determines the character and identity of city space. On the other hand, slum settlements are a severe problem in several countries worldwide. Urbanization makes urban space denser and causes disorder if there is no good urban spatial development. This condition then affects the image of the city, which becomes less good, disorganized, and has no character. In its role, good quality (non-slum) urban settlement will improve the image of the city. However, in the context of slum settlements in Indonesia, under certain conditions, it can have good imageability as part of the identity of urban settlements. This paper aims to assess the imageability of the slum area of Mojo Village, Surakarta City, which will be used as a basis for settlement upgrading. This study uses a qualitative method with a visual assessment survey using the main parameters of the condition of the open spaces and buildings. A visual assessment survey is a survey to assess visual quality by observers with predetermined assessment criteria. This study found that predominantly settlement neighborhoods have low imageability, but some places have high imageability. © Published under licence by IOP Publishing Ltd

    Pengaruh Wisata terhadap Perubahan Spasial Permukiman di Desa Wisata Adiluhur, Kebumen

    Full text link
    Sektor pariwisata kini sangat berkembang dan menjadi sektor unggulan dalam pengembangan suatu wilayah. Salah satu pengembangan wisata aternatif yaitu melalui Desa Wisata. Desa Adiluhur ditetapkan sebagai Desa Wisata karena mengembangkan sektor pariwisata pada permukimannya. Berkembangnya pariwisata maka mempengaruhi perkembangan akomodasi wisata yang diiringi oleh berlangsungnya Perubahan pada fisik lingkungan permukiman. Perubahan fisik permukiman di Desa Adiluhur meliputi berkembangnya pembangunan dan terbentuknya ruang atau bangunan baru pada permukiman. Pengembangan wisata berdampak pada terbentuknya aktivitas dan pengelolaan wisata yang mempengaruhi Perubahan fisik dan spasial permukiman. Adanya wisata di Desa Adiluhur yang berdampak pada Perubahan spasial permukiman, maka pertanyaan penelitian adalah Bagaimana spasial permukiman Desa Adiluhur sebelum dan setelah ditetapkan sebagai Desa Wisata dan bagaimana pengaruh wisata terhadap Perubahan spasial permukiman Desa Wisata Adiluhur? Berdasarkan analisis terdapat momentum waktu Perubahan spasial permukiman yaitu dari sebelum dan setelah ditetapkan sebagai Desa Wisata Adiluhur. Pengaruh wisata terhadap Perubahan spasial permukiman setelah ditetapkan sebagai Desa Wisata Adiluhur yaitu terjadi Perubahan fisik area terbangun, terbentuknya elemen wisata pada permukiman, terbentuk aktivitas dan pengelolaan wisata serta terjadi Perubahan elemen fisik permukima

    The Change of Space Use of Shared Space from Landed to High-Rise Settlement

    No full text
    Indonesia is entering an era of urban settlement transformation from horizontal landed living settlement to low-rise settlement, into the construction of vertical high-rise settlement. This resulted in the landed settlement residents that being moved to high-rise settlement, they have encountered a change of high-rise vertical living culture that different from their living culture before. This study aims to find out the use of shared space in landed living and high-rise settlement. The research method used in this research is qualitative descriptive study. The site of the research is in the landed settlement of Kampung Pulo and the high-rise settlement of Jatinegara Barat. Kampung Pulo settlement is a residence of Jatinegara Barat residents before they are moved. The result of the research shows the change of space use for shared space from landed to high-rise settlement; (1) landed settlement more accommodate the diversity of communal activities than high- rise settlement. (2) in the landed settlement there is a territory transition space that accommodates the needs of interaction, homebased business activities, and play, whereas high-rise settlement there is no more transition space, so the need for interaction and play is contained in the public space, while the trading activities needs are mostly found within the private area. (3) In landed settlements, the shared space used for communal activities is more multifunctional than high rise settlement
    corecore