71 research outputs found
EDUKASI ISI PIRINGKU KEPADA GURU DAN ORANGTUA UNTUK MENINGKATKAN KERAGAMAN MAKANAN DARI ASPEK SAYUR DAN BUAH PADA SISWA SD DI JAKARTA
Abstrak: Rendahnya keragaman makanan pada anak sekolah di perkotaan, terutama dari aspek sayur dan buah berhubungan dengan 2 masalah gizi sekaligus, yakni overnutrition (kegemukan, obesitas) dan undernutrition (defisiensi zat gizi mikro, anemia). Hubungan antara rendahnya keragaman makan dengan kegemukan dan defisiensi zat gizi mikro ini disebabkan kurangnya keragaman makanan dari aspek sayur dan buah yang merupakan sumber serat dan zat gizi mikro. Salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya keragaman makan dari sayur dan buah pada anak sekolah adalah peran guru dan orangtua, di mana rendahnya pengetahuan orangtua terkait pentingnya keragaman makanan menjadi faktor penting yang melatarbelakangi hal ini. Berbagai upaya edukasi “Isi Piringku” kepada guru dan orangtua di beberapa daerah terbukti mampu meningkatkan sikap dan perilaku orangtua terkait keragaman makan anak. Namun, edukasi yang diberikan terbatas pada bidang gizi, belum menegaskan situasi terkini kesehatan anak sekolah di perkotaan dan belum mengintegrasikan sisi parenting (konsultasi pendidikan bagi anak sekolah dasar). Oleh karena itu, dilaksanakanlah Program Kemitraan Masyarakat ini dengan metode edukasi “Isi Piringku” kepada guru dan orangtua siswa dengan paparan materi video dan booklet. Tujuan kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan guru dan orangtua. Hasil edukasi menunjukkan adanya peningkatan rerata skor pengetahuan dari 49,57 ± 11,29 menjadi 72,34 ± 10,36 (p value=0,000). Abstract: The low diversity of eating among school children in urban areas, especially from the aspect of vegetables and fruit, is associated with two nutritional problems, they areovernutrition (overweight, obesity) and undernutrition (micronutrient deficiency, anemia). The relationship between low dietary diversity and obesity and micronutrient deficiencies is due to the lack of diversity in eating from the aspect of vegetables and fruits which are sources of fiber and micronutrients. One of the factors that influence the low diversity of eating vegetables and fruit in school children is the role of teachers and parents, where the low knowledge of them regarding the importance of food diversity is an important factor behind this. Various efforts to educate teachers and parents about "The Contain of My Plate" in several areas have been proven to be able to improve parents' attitudes and behavior regarding the diversity of children's eating. However, the education provided is limited to nutrition, has not confirmed the current situation of school children's health in urban areas and has not integrated the parenting side (educational consultation for elementary school children). Therefore, this Community Partnership Program was implemented with the "Fill My Plate" education method for teachers and parents using educational video and booklet. The purpose of this activity is to increase the subjetct’s knowledge. The results showed that there was a significant increase of average score of knowledge from 49,57 ± 11,29 to 72,34 ± 10,36 (p value=0,000). The outputs of this PKM include educational video media, booklets, mass media publications, publications of nationally accredited journals and publications on the YouTube channel of the Uhamka Nutrition Studies Program
Kondisi Sosial Ekonomi dan Stres pada Wanita Hipertensi Anggota Majelis Taklim
Proportion of hypertension is always higher among women byincreasing population age. This study focused on hypertension and it\u27s risk factor in 105 adult women who are members of Majelis Taklim Al-Amin Cilandak, South Jakarta. An observational study using a cross sectional design was performed and stimulated based on Indonesian Base Health Research 2007. This research result showed that the prevalence of hypertension is 41.7%, which is higher than DKI Jakarta (28.6%) and Indonesia (31.7%). In this research, hypertension is correlated with low socioeconomic status and stress. Therefore, it is recommended to run health promotion and stress management in majelis taklim
PENDAMPINGAN PENILAIAN STATUS HIDRASI MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN ASUPAN CAIRAN ATLET SEPAKBOLA U13-18
Abstrak: Dehidrasi pada atlet tidak hanya menurunkan fungsi kognitif dan fisiologis yang mengganggu performa olahraga, melainkan juga berdampak fatal seperti heat illness dan heat stroke. Pada olahraga dengan durasi lebih dari 30 menit seperti sepakbola, dehidrasi menjelang, saat dan setelah pertandingan dan latihan akan menurunkan kinerja atlet. Salah satu penyebab dehidrasi atlet usia muda adalah kurangnya asupan cairan akibat rendahnya pengetahuan terkait hidrasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa edukasi hidrasi pada atlet mampu meningkatkan asupan cairan. Oleh karena itu dilakukanlah PKM ini dengan melakukan pendampingan penilaian status hidrasi guna mencegah dehidrasi pada atlet sepak bola usia 14-18 tahun di Laskar Muda FC Jakarta Barat. Tujuan kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dan asupan cairan atlet. Metode PKM yang akan digunakan adalah penyuluhan, pelatihan pengukuran tingkat dehidrasi, penyebaran media poster dan stiker urine colour chart. Terjadi peningkatan rerata skor pengetahuan atlet dari pretest ke postest secara signifikan (57,34 ± 11,34 menjadi 85,20 ± 14,63; P value=0,000) dan penurunan proporsi atlet dengan asupan cairan kurang dari 67,5% menjadi 39,3%.Abstract: Dehydration in athletes not only decreases cognitive and physiological functions that interfere with sports performance, but also has fatal consequences such as heat illness and heat stroke. In sports with a duration of 30 minutes such as football, longer dehydration, during and after matches and training will reduce athlete performance. One of the causes of dehydration in young athletes is lack of fluid intake due to low hydration. Previous research has shown that hydration education in athletes can increase fluid intake. Therefore, this PKM was carried out by providing assistance in assessing hydration status to prevent dehydration in soccer athletes aged 14-18 years at Laskar Muda FC, West Jakarta. The purpose of this activity is to increase the knowledge and fluid intake of athletes. The PKM method that will be used is counseling, training on measuring the level of dehydration, distributing poster media and urine color chart stickers. There was a significant increase in the average knowledge score of athletes from pretest to posttest (57.34 ± 11.34 to 85.20 ± 14.63; P value = 0.000) and a decrease in the proportion of athletes with fluid intake less than 67.5% to 39, 3%
Relationship Between Muscle Dysmorphia and other Factors with Supplement Consumption Among Selected Gym Members in Jakarta
Ergogenic supplements can enhance exercise performance. However, many gym members use them without consulting professionals such as nutritionists/dietitians, increasing the risk of adverse effects. This study investigates the consumption of ergogenic supplements and factors associated with them among members of selected fitness centers in Jakarta. This cross-sectional study was conducted on 116 participants from 3 fitness centers in Jakarta. The independent variables studied were Muscle Dysmorphia, Exercise Addiction, self-esteem, body image, age, gender, exercise duration, exercise experience, exercise intensity, and social media exposure. Data was collected via interviews based on a prepared questionnaire. Results showed that 67.2% of the respondents had used ergogenic supplements, with the majority using whey protein for muscle enhancement reasons. The main sources of information were friends (39.7%) and the internet (37.2%). The chi-square test showed a significant relationship between male gender (OR = 3.055; 95%CI: 1.298—7.188), exercise experience of 7—12 months (OR = 5.4; 95%CI: 1.621—17.991), and >1 year (OR = 5.091; 95%CI: 1.910—13.571) with supplement consumption. In conclusion, this study unveils a high prevalence of ergogenic supplement consumption, particularly whey protein for muscle enhancement, among fitness center members
Peer Review Buku P E N Y A K I T T I D A K ME N U L A R : P E R A N G I Z I D A N P A N G A N H A L A L ( P A N D U A N U N T U K O R A N G T U A D A N G U R U SMP - SMA )
Peer review dilakukan oleh Kaprodi dan wakil dekan II FIKES UHAMKA
Keduanya memiliki jabatan akademik lektor
Kaprodi adalah juga seorang pengelola jurnal ARGIPA UHAMK
Peer Review Jurnal: INDEKS MASSA TUBUH, ASUPAN PROTEIN DAN KEKUATAN OTOT PADA PEREMPUAN REMAJA AKHIR DI PERKOTAAN
Secara global terjadi penurunan kekuatan otot genggaman tangan/Hand Grip Strength (HGS) pada perempuan remaja akhir,
khususnya yang tinggal di perkotaan. Rendahnya HGS pada usia ini berhubungan dengan risiko kesehatan dan kemampuan
fisik di usia-usia selanjutnya. HGS dikaitkan dengan berbagai faktor, di antaranya indeks massa tubuh (IMT) dan asupan
protein, namun hasil penelitian yang ada belum konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran HGS dan
hubungannya dengan IMT dan asupan protein pada perempuan remaja akhir di perkotaan yang merupakan mahasiswi Prodi
Gizi FIKES UHAMKA Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan desain studi potong
lintang. Sebanyak 164 sampel diperoleh secara purposive sampling. Uji chi square dilakukan untuk melihat perbedaan
proporsi low HGS pada berbagai kelompok IMT dan asupan. Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata skor HGS sebesar
21,70 ± 7,09 kg, dimana 48,7% responden tergolong low HGS. Tidak ada perbedaan signifikan proporsi low HGS antara
IMT normal dengan IMT tidak normal (kurang dan lebih) (p=0,481;OR=0,758). Namun, proporsi low HGS secara signifikan
lebih tinggi pada mereka yang memiliki asupan protein defisit dibandingkan yang normal (p value =0,000;OR=9,0). Oleh
karena itu, asupan protein yang adekuat diperlukan untuk menjaga kekuatan otot pada remaja akhir di perkotaan.
Kata kunci: Kekuatan otot, hand grip strength, IMT, asupan protein, remaja akhi
IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI DNA MITOKONDRIA (MTDNA) PADA ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII) DI TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (THPS) SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI DNA MITOKONDRIA (mtDNA) PADA ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii)DI TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (THPS)SUMATERA UTARAABSTRAKOrangutan sumatera (Pongo abelii) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang terancam punah. Konservasi sebagai salah satu cara untuk pelestarian satwa ini akan lebih terarah dan tepat guna apabila karakteristik dan keragaman genetiknya diketahui secara pasti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi gen Cytochrome b (Cyt b) DNA Mitokondria (mtDNA) pada Orangutan sumatera (Pongo abelii) di Taman Hewan Pematang Siantar (THPS) untuk mendapatkan informasi kekerabatan dan keragaman genetik. Sampel yang digunakan adalah feses dan urin yang berasal dari tiga ekor Orangutan sumatera yang dikoleksi secara non invasif dari Orangutan sumatera yang berada di Taman Hewan Pematang Siantar (THPS). Rancangan penelitian dilakukan identifikasi dan karakterisasi gen Cyt b melalui beberapa tahapan yaitu isolasi DNA menggunakan PureLinkR Genomic DNA Mini Kit dari Invitrogen,, amplifikasi DNA dengan metode Polimerase Chain Reaction (PCR), elektroforesis produk PCR, sekuensing dan analisis bioinformatika dan konstruksi pohon filogenetik menggunakan software MEGA 10.0. Gen Cyt b (585 pb) berhasil di amplifikasi pada semua sampel DNA. Berdasarkan hasil analisis keragaman genetik gen Cyt b menunjukkan bahwa ada keragaman genetik dari 3 ekor Orangutan sumatera yang berada di THPS, hal ini ditandai dengan adanya kluster terpisah pada filogram yang dianalisis dengan metode Neighbor joining tree dan dibandingkan dengan gen Cyt b pada Pongo pygmeus dan Homo sapiens. Kesimpulan berdasarkan Hasil analisis struktur pohon filogenetik menunjukkan bahwa ketiganya masih berada dalam kelompok Pongo abelii, namun isolat Cyt b2 berada pada kluster yang berbeda dari Cyt b1 dan Cyt b3, hal ini dipengaruhi oleh jarak genetik dari masing-masing isolat tersebut. Kata kunci : Pongo, Pongo abelii, Cytochrome b, mtDNA, sekuensing
Pola pendidikan orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja di Desa Hutapungkut Jae Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah pola pendidikan yang
diterapkan orangtua dalam membentuk kepribadian remaja di desa Hutapungkut Jae.
Orangtua sebagai pendidik dalam rumah tangga bertanggungjawab atas anak-anaknya
dan sudah menjadi tugas utama bagi orangtua untuk menanamkan dan membina
pendidikan agama kepada anak-anaknya. Sikap remaja terhadap pendidikan agama
juga selalu mengalami kebimbangan dengan kata lain tidak istiqomah. Biasanya sifat
bimbang tersebut terjadi setelah pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
mencapai kematangan sehingga ia mampu mengkritik, menolak, dan menerima apa
yang diterangkan kepadanya.
Rumusan masalah penelitian ini 1) Bagaimana pola pendidikan orangtua
dalam pembentukan kepribadian remaja di desa Hutapungkut Jae. 2) Bagaimana
kepribadian remaja di desa Hutapungkut Jae. 3) Upaya orangtua dalam pembentukan
kepribadian remaja di desa Hutapungkut Jae. Penelitian ini bertujuan, pertama untuk
mengetahui bagaimana pola pendidikan orangtua dalam pembentukan kepribadian
remaja di desa Hutapungkut Jae. Kedua, untuk mengetahui bagaimana kepribadian
remaja di desa Hutapungkut Jae. Ketiga, untuk mengetahui upaya orangtua dalam
pembentukan kepribadian remaja di desa Hutapungkut Jae.
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif. Strategi yang digunakan
dalam menyajikan data adalah deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan apa adanya.
Sumber data yang dibutuhkan yaitu primer dan skunder. Metode pengumpulan data
yang dipakai adalah wawancara dan observasi. Pengelolaan dan analisis data
menggunakan teknik analisis atau model analisis data. Teknik menjamin keabsahan
data dilakukan dengan cara perpanjangan, dan ketekunan pengamatan.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa pola pendidikan orangtua dalam
pembentukan kepribadian remaja di desa Hutapungkut Jae adalah melalui
keteladanan, kebiasaan, nasehat dan hukuman. Di mana orangtua menerapkan pola
pendidikan melalui keteladanan, pembiasaan, nasehat, dan hukuman. Kepribadian
remaja di desa Hutapungkut Jae tidak seperti bagaimana yang diharapkan orangtua,
upaya orangtua dalam pembentukan kepribadian remaja adalah memberikan
peringatan untuk selalu berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman, dan juga
membimbing, menasehati, dan mengawasi remaja dalam pergaulan
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU AKTIFITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI EDUKASI BERBASIS PRAKTIK
Abstrak: Rendahnya tingkat aktifitas fisik pada anak usia sekolah merupakan faktor risiko kejadian gizi lebih dan obesitas yang merupakan pintu gerbang penyakit degeneratif di usia-usia selanjutnya. Secara global maupun di Indonesia, tingkat aktifitas fisik anak sekolah masih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan promosi aktifitas fisik yang efektif untuk mendorong perubahan pengetahuan dan perilaku. Promosi aktifitas fisik pada kegiatan ini dilakukan melalui metode edukasi berbasis praktik yang terdiri dari penyuluhan, praktik, dan pendampingan pada siswa SD Islam Assa’adah Cilandak, Jakarta Selatan. Hasilnya menunjukkan peningkatan rerata skor pengetahuan (6,63 ± 0,655 menjadi 10 ± 10, p value=0,000) dan perilaku aktifitas fisik (2,17 ± 0,612 menjadi 2,63 ± 0,392, p value=0,031) pre dan post edukasi. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi berbasis praktik merupakan upaya promotif yang efektif dalam meningkatkan aktifitas fisik siswa usia sekolah.Abstract: low level of physical activity among school children has been the risk factor of overweight and obesity that lead to degenerative diseases in later life. In the last decade, across the globe, physical activity among school children remains low, especially in Indonesia. Therefore the effective promotion is extremely needed to encourage the change of knowledge and behavior. Physical activity promotion has been conducted by deliver practice based health education including counseling, practices, and accompaniment targeted school children at Assa’adah Islamic Elementary School in Cilandak, South Jakarta. The result shows an increase of knowledge score (6,63 ± 0,655 to 10 ± 10, p value=0,000) and physical activity score (2,17 ± 0,612 to 2,63 ± 0,392, p value=0,031) between pre and post education. It suggested that practice based health education is an effective promotion in escalating physical activity among school children
- …