3,144 research outputs found

    Model Komunikasi Jejaring Sosial dan Media Massa dalam Konteks Pesan Publik

    Get PDF
    Peran media sosial dalam komunikasi massa membentuk korelasi yang kuat terhadap media lainnya. Pesan yang terdistribusi melalui platform jejaring sosial kerap menjadi sumber yang berarti pada proses organisasi media massa dalam menciptakan dan menyebarkan pesan kepada publik. Melalui riset kualitatif dengan teknik deskriptif, artikel ini mencoba menelusuri bagaimana pesan-pesan komunikasi massa diproduksi melalui dua media yang berbeda. Kata kunci: pesan, jejaring sosial, media massa, korelasi, dan publik

    Makkiyah – Madaniyah Asy Syatibi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Pemikiran Islam Substantif Dan Kultural

    Get PDF
    This writing studies Syatibi’s thought on the appropriation of both the Qur’an and Hadith of the makkiyah period as “the root” (usul) and those of the madaniyyah as “the branch” (furu’). Such thought implies the function of the makkiyah texts as “the principle”, and the madaniyah ones as “the implementation”.  This paper then questions the extent to which such thought by Syatibi is relevant with the renewal of Islamic law in contemporary Muslim societies. It uses literary study as its research method, and does its data analysis qualitatively. This research finds out that, Syatibi views the makkiyah texts as an ushul that constitutes a subsistence of maqasid syariah (purposes of the law),  while the madaniyah texts as a furu’, one that forms the implementation of that maqasid syairah. Using his theory of istiqrai makwani, Syatibi views the makkiyah texts as a deductive justification which consists of legal norms between human beings. The teachings of morality and ethics contained in the makkiyah justification are fixed, while those of the madaniyah justification are dynamic and contingent. The consequence is that any form of obligation and prohibition in Islamic law which are derived from the madaniyah justification is dynamic and are changing according to its spatial and historical contexts: hence the compatibility of the texts with the principle of maqasid syariah

    The Philosophical Meanings Of The Ma'duangan Ceremonial Culture (Patang Puloan) In Batunoni Village Anggeraja District Enrekang Regency

    Get PDF
    Tradition is a word that cannot be separated from a nation, including the Indonesian nation which is a compound country with the largest multiculture in the world. Indonesia has more than 17,000 islands stretching from Sabang to Merauke, where each region has a different culture. This research aims (1) to find out the implementation of ma'duangan tradition in Enrekang regency. (2) to know the philosophical meaning and values contained in the implementation of the Ma'duangan or Patang puloan tradition. This study is ethnographic research. Data collection techniques are carried out by means of interviews and documentation, the data analysis used is qualitative descriptive analysis. The results of this study show that: (1). The implementation of the Ma'duangan or Patang Puloan tradition is the culmination of events in a series of events/rituals of death ceremonies in Batunoni Village which starts from sangbonginna (first night) which consists of two types of activities, namely day and night activities, mangbongi tallu (third night), mangbongi pitu (seventh night), and mangpatang puloan (fortieth night) consisting of two stages of the event, the first is mangpellao (lowering), the second is manggere tedong (slaughtering buffalo). (2) The philosophical meaning contained in the ma'duangan event; a. The value of togetherness and a sense of solidarity. b. Foster cooperation in the form of gotong royong. c. The value of trust is recommended to the community to maintain the noble values contained in the implementation of the Ma'duangan tradition (patang puloan) as a guideline in public life, despite the development of the times (Globalization), education and religion (belief) which is very influential on society to make changes

    Budaya Syawalan atau Lomban di Jepara: Studi Komparasi Akhir Abad Ke-19 dan Tahun 2013

    Full text link
    Lomban atau syawalan di Jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun yang silam. Pada tahun 1868, kegiatan syawalan berlangsung semarak dengan didukung oleh bupati, lurah, dan masyarakat. Pesta rakyat Jepara ini dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah seperti Rembang, Semarang, dan Juwana. Kegiatan yang dilakukan tujuh hari setelah lebaran pada tahun 1868 tidak terjadi di daerah lain. Bila dibandingkan aktivitas lomban tahun 1868 dengan tahun 2013 terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya, kegiatan syawalan diwarnai oleh aktivitasi budaya melarung kepala kerbau. Bupati serta pejabat yang lain dan masyarakat guyub rukun mendukung aktivitas lomban ini. Perbedaannya adalah pada tahun 2013 terdapat pengembangan kegiatan antara lain pentas wayang kulit dan hiburan. Namun demikian, esensi dari kegiatan lomban masih tetap sama yaitu meminta kepada yang Maha Kuasa agar kegiatan mencari rezeki di laut pada tahun mendatang semakin mudah. Kata

    PERANCANGAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN SEI. LUKUT DENGAN STRUKTUR KOMPOSIT (PEMBEBANAN BERDASARKAN SNI 1725:2016)

    Get PDF
    Jembatan lukut terletak di Jalan Simpang Pramuka di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Jembatan ini penghubung jalan Simpang Pramuka Menuju ke Kota Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak. Jembatan Sungai Lukut  ini memiliki bentang panjang 20 m dengan lebar 11 m dan terbuat dari beton bertulang, kondisi jembatan ini masih baik dengan kokoh dikarenakan masih baru dibangun. Perubahan standar pembebanan dan belum ada data atau informasi yang jelas tentang desain jembatan tersebut, maka dilakukan rencana ulang yang menggunakan beban SNI 1725:2016 dan diterapkan pada jembatan komposit. Pada perencanaan ini dilakukan pembebanan analisa terbaru yakni menggunakan pembebanan jembatan SNI 1725:2016, slab beton mengacu SNI T-12-2004 dan girder baja mengacu pada RSNI T-03-2005.   Hasil yang diperoleh adalah berupa tulangan utama negatif dan positif slab D16-250 mm dan tulangan bagi D13-300 mm. Trotoar diperoleh tulangan utama D16-200 mm dan tulangan bagi Ø10-250 mm. Untuk tiang Railing mendapatkan tulangan lentur 4Ø10 dan tulangan geser Ø6-150 mm. Plat injak diperoleh tulangan arah memanjang dan melintang D16-250 mm. Ukuran girder yang digunakan ukuran profil WF 800x 300x14x26 mm dan dimensi diafragma yang digunakan ukuran profil WF 450x200x9x14 mm dengan sambungan type Extended End-Plate
    corecore