17 research outputs found

    PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS MULTIKULTURAL UNTUK EDUKASI PERDAMAIAN (STUDI KASUS DI UNIVERSITAS SAMUDRA, KOTA LANGSA)

    Get PDF
    Masyarakat multikultur Aceh belum pada kondisi state of being peace akibat pergolakan masa lalu. Penelitian ini bertujuan menganalisis multikulturalisme dan edukasi perdamaian dalam proses kegiatan pembelajaran sejarah. Pertanyaan penelitian adalah: (1) bagaimana persepsi dosen dan mahasiswa terhadap nilai-nilai multikulturalisme, (2) bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah berbasis nilai multikultural sebagai edukasi perdamaian, (3) bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah berbasis nilai multikultural sebagai edukasi perdamaian, (4) bagaimana pelaksanaan pembelajarannya (5) bagaimana evaluasinya, dan (6) Bagaimana hambatannya.Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, dengan desain embedded case study. Analisis data melalui dua paradigma, yakni: critical discourse analysis (CDA), dan interaktif. CDA berperan untuk menggali makna baik berasal dari teks pekerjaan dan makna yang diucapkan. Dengan landasan itu dapat diketahui pemikiran mereka.Hasil penelitian menunjukkan: (1) Multikulturalisme dipandang dosen dan mahasiswa sebagai ideologi yang berpegang pada keberagaman etnisitas, etnoreligiusitas, dan etnokultural. (2) Sintak pembelajaran meliputi apersepsi, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, yang dalam proses kegiatan pembelajaran dibingkai dengan strategi ENACT (exploring, narrowing, analyzing, creating dan teaching). (3) Evaluasi meliputi aspek materi ajar dan penilaian diperoleh reratanya 4,58; penilaian sintak diperoleh reratanya 4,68; penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran diperoleh reratanya 4,65; penilaian evaluasi pembelajaran diperoleh reratanya 4,53; (4) Dalam pelaksanaan exploring dituntut penggalian data historis; proses penyempitan data pada narrowing menghasilkan tema bahasan baru yang lebih spesifik; analyzing adalah menganalisis tema bahasan baru secara mendalam; creating menemukan temuan argumentatif dari tema bahasan baru yang diuraikan dalam kertas kerja mereka; dan teaching adalah kompetensi mengartikulasikan temuan-temuan dalam forum di kelas (5) Ketercapaian ENACT menunjukkan adanya peningkatan kompetensi kognitif dan afektif, terutama kompetensi melihat realitas historis masyarakat Aceh yang multicultural, serta pemahaman pentingnya perdamanaian, dan; (6) Hambatan pembelajaran ini adalah keterbatasan sumber primer, kesulitan dalam menyempitkan tema bahasan menjadi tema bahasan baru, misalnya: ada kesamaan tema, kesulitan analisis baik berkaitan dengan teks dan konteks. Hambatan ini dibuktikan dari kuantitas mahasiswa yang memenuhi ancangan CDA yaitu sejumlah 30 mahasiswa serta temuan mahasiswa sejumlah enam temua

    PERAN SEKOLAH DINIYAH PUTRI PADANG PANJANG DALAM INTERNALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ISLAM PADA PEREMPUAN MINANGKABAU (1923-1955)

    Get PDF
    Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyyah.  Sekolah Diniyah Putri Padang Panjang adalah lembaga pendidikan agama yang berpedoman kepada Al-Qur'an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Rahmah El Yunusiyyah bercita-cita agar perempuan memperoleh hak nya dan kesempatan secara penuh untuk menuntut ilmu dan menciptakan lingkungan belajar dan sistem pendidikan yang khas. Pendidikan karakter juga salah satu pendidikan yang diterapkan oleh Rahmah El Yunusiyyah, pendidikan ini berbasis ke Islaman yang diterapkan oleh sekolah Diniyah Putri Padang Panjang yang bertujuan untuk menjadikan perempuan yang memiliki jiwa karater Islam yang berprinsip sesuai dengan karakter agama

    The Development of Multicultural Discourse in the Historical Learning: A Case Study on Samudra University Langsa Aceh

    Get PDF
    The research analyzed the efforts conducted in the domain of historical learning in a university, especially related to how the past memory influences the recent multicultural discourses. The method used in this research is qualitative descriptive analysis with case study approach. The research was divided into three parts: (1) collecting data, (2) analyzing data, and (3) reporting the results of the research. Subjects of the research were selected by using purposive sampling technique; they were the 4th semester students up to the 6th semester students of the History Education Department in Samudra University Langsa Aceh. The research resulted findings that conceptually the students had understood about the concept of multicultural. Nevertheless, multicultural discourse had not touched the context of locality. Historical learning was designed to develop and expand the students’ multicultural discourse. The design of historical learning contains the learning strategy of ENACT, consisting of six stages: apperception, exploration, narrowing, analyzing, creating and teaching. Historical learning forms the students’ multiculturalism discourse, built from a historical understanding and the dynamics of Acehnese society. The students viewed that multicultural is a social condition, formed from historical process. Conflict understood by students as the dynamics which is inseparable from a multicultural society. However, the students considered that conflict caused many endless problems, therefore, the students’ multicultural discourse tended to lead to peace condition. Keywords: Historical Learning, ENACT, Multicultural

    Local Based Natural Wisdom of the Linge Aceh Tengah District Community as Landslide Mitigation Disaster

    Get PDF
    The regency of  Aceh Tengah is one of the districts within Aceh Province which is a highland area, hills and coastal areas which are plantation and agricultural areas. The district of Aceh Tengahhas 14 districts with a total of 295 villages with the number of landslides nearing 1240 landslides. Geographical condition of this region which is in the mountains area consists of hills, valleys and forest areas with high rainfall, causing this area often experience natural disasters of floods and landslides. causing this area often experience natural disasters of floods and landslides. therefore, this article aims to expose the local nature-based wisdom of the Linge District community. Disaster mitigation system based nature is actually part of the local wisdom that developed in Indonesia and have been hereditary. Local wisdom to read and avoid the impact of disasters is also in Linge District, Regency of Aceh Tengah. In this region, people observed orangutan sounds as a sign of the emergence of heavy rain and floods and landslides. They play an important role in disaster preparedness, risk management around areas considered vulnerable. Keywords: Local Wisdom, Natural Production, Arul Item, Disaster Mitigation, Landslid

    PELATIHAN PERSIAPAN KULIAH KE LUAR NEGERI BAGI ALUMNI DAN MASYARAKAT

    Get PDF
    Kegiatan untuk melanjutkan studi ke luar negeri sangat didambakan dan menjadi primadona bagi kalangan masyarakat di Kota Langsa. Permasalahan yang dihadapi mitra yaitu alumni lulusan Universitas Samudra serta masyarakat kota langsa secara umum adalah kurangnya pengetahuan ataupun sosialisasi yang diadakan berkaitan dengan informasi baik dalam hal persiapan untuk pendaftaran, beasiswa yang tersedia beserta persyaratan dokumen untuk berangkat ke negara tujuan. Metode penyelesaian masalah  dalam menangani permasalahan mitra berkaitan dengan motivasi untuk dapat melanjutkan studi ke luar negeri adalah dengan melakukan pelatihan persiapan melanjutkan studi ke luar negeri secara formal dengan mengundang peserta mitra yang berasal dari alumni dan masyarakat di Fakultas Ekonomi Universitas Samudra. Metode yang digunakan berupa tiga tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan evaluasi. Hasil dari monitoring ini diperoleh telah ada mitra yang menembus beasiswa dan mayoritas masih berusaha untuk memilki persyaratan wajib berupa pemenuhan skors ambang batas persyaratan beasiswa dari tes TOEFL ITP

    PENYELESAIAN KONFLIK KEPEMILIKAN TANAH “DALAM KAJIAN HISTORIS KASUS RE-EGENDOM KE ULAYAT DI GAMPONG GAJAH MEUNTAH KEC. SUNGAI RAYA KAB. ACEH TIMUR

    Get PDF
    Cases of land ownership conflicts often occur in Aceh, sometimes even pose a serious threat to the management of plantation companies, both private and state-owned. This threat is no joke, so the very undesirable thing is the release and transfer of ownership to the total community. The people of Gajah Meuntah Village are villagers who have lived for years mixed with plantation ownership of PT. Patria Kamou. It is difficult to distinguish which property belongs to the garden and which belongs to the village. The community believes that their lands and villages were stolen by the plantations in 1988, with PT. Gajah Meuntah became PT. Patria Kamou. Citizens' movement as a form of struggle began in 2010 but has always been stymied. After the period ended December 31, 2013, the turmoil emerged with extraordinary power, namely demanding re-egendom to the communal land. The negotiations were initiated by the Langsa Regional Police Station, and subsequently measured by the Aceh Regional Office in 2015, accompanied by the YARA Team.Kasus konflik kepemilikan tanah sering terjadi di Aceh, bahkan terkadang menjadi ancaman serius bagi pengelola perusahaan perkebunan baik swasta maupun milik negara. Ancaman ini tidak main-main, sehingga hal yang sangat tak diinginkan yakni lepasnya dan pindahnya kepemilikan kepada warga masyarakat secara total. Masyarakat Desa Gajah Meuntah merupakan warga desa yang hidup bertahun-tahun yang tercampur dengan kepemilikan perkebunan PT. Patria Kamou. Sulit dibedakan mana yang hak milik kebun dan mana yang hak milik desa. Masyarakat menyakini bahwa tanah dan desa mereka pernah diserobot oleh pihak perkebunan di tahun 1988, bergantinya PT. Gajah Meuntah menjadi PT. Patria Kamou. Gerakan warga sebagai bentuk perjuangan sudah dimulai pada tahun 2010 namun selalu terhalang. Setelah masa berakhir 31 Desember 2013, maka gejolak tersebut muncul dengan kekuatan luar biasa, yakni menuntut re-egendom ke tanah ulayat. Negoisasi yang diprakarsai oleh Polres Langsa, dan selanjutnya dilakukan pengukuran oleh pihak Kanwil Pertanahan Aceh tahun 2015, didampingi oleh Tim YARA

    The use of historical evidence of the Tamiang kingdom on the east coast of Aceh as a source for learning local history for high school students

    Get PDF
    The Tamiang Islamic Kingdom is one of the oldest kingdoms in the east coast of Aceh, bordering Haru Bay and Kampai Island of Pangkalan Susu, and to the north as the front line of defense in the Malacca Strait, part of the sovereignty of the Samudra Pasai Islamic Kingdom, 12th century AD. In 1350, the country of Tamiang faced the challenge of the expansion of Majapahit under Patih Gaja Mada, wanting to unite all regions in the archipelago based on the "Palapa Oath" during the time of King Hayam Wuruk Mahapatih Ratu Tribhuwanatunggadewi. This study uses a descriptive qualitative research method. Data collection was carried out by means of literature study, document analysis and utilizing historical evidence of the Tamiang kingdom on the east coast of Aceh. The results showed that the students' low skills in reading and analyzing historical sources were due to the lack of use of historical evidence as a source of learning local history. Therefore, the research contributes to using historical evidence of the Tamiang kingdom on the east coast of Aceh as a source for learning local history for high school students to improve Use Primary Source Evidence skills

    KULI CINA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR ABAD 18

    Get PDF
    Ramainya selat Malaka sebagai jalur perhubungan Asia-Eropa pada abad 18, menyebabkan wilayah pesisir Sumatra dan Semenanjung Malaya menjadi incaran pengembangn bisnis masyarakat Eropa untuk membangun industri yang mengusahakan komoditas yang laku di dunia seperti tembakau, karet, tebu dan kopi. Dalam analisis Sartono Kartodirjo dalam buku Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial Ekonomi hal 80, dengan pemberlakuan Undang-Undang Agraria Tahun 1870, suatu alat produksi pokok yaitu tanah diliberalisasikan, maka peluang terbuka untuk membuka lahan perkebunan seluas-luasnya akan sangat mungkin dilaksanakan. Salah satu perusahaan yang berkembang saat itu adalah Deli Maatschappij, perusahaan perkebunan ini membuat terobosan baru dengan menjadikan Sumatra Timur sebagai Sentra industri perkebunan tembakau yang maju. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari peran tenaga kerja kuli tembakau Cina yang didatangkan dari Pinang dan Singapura. Banyaknya pekerja kuli Cina yang didatangkan pada masa itu, yang pada awalnya adalah tenaga kerja kuli yang cukup terampil dan rajin, ternyata lambat laun didatangkan oleh makelar yang tidak mempertimbangkan kualitas. Hal tersebut berimbas pada kerugian yang dialami oleh perusahaan perkebunan. Sehingga dalam perusahaan perkebunan tersebut terjadi banyak penganiayaan dan kekerasan dari para tuan tanah ataupun tandil terhadap para pekerja kuli CIna. Pada tahun 1915 tatkala Koeli Ordonantie dihapus, Poenali Sanctie tetap dipertahankan karena pemerintah Belanda tetap menganggap bahwa Sumatra adalah ladang devisanya. Banyak dari para pekerja kuli Cina yang seharusnya kembali ke daerah asal ternyata lebih memilih untuk tetap berada di Sumatra Timur sebagai pedagang, petani dan lain-lain

    PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA SISWA SMP SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NASIONALISME

    Get PDF
    Konsep pendidikan multikultural pada dasarnya apabila diterapkan dengan baik, akan meningkatkan kemampuan baik pengetahuan ataupun sikap siswa. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan pula kapasitas siswa dalam membuka pikiran dan perspektif global tentang isu-isu seperti pemerataan dan keadilan, agama, etnisitas, kerjasama dan konflik, perdamaian, rasisme, budaya dan identitas, hak-hak sipil dan tanggung jawab, kepemimpinan, dan kewarganegaraan. Dengan kata lain, melalui pendidikan multikultural peserta didik diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai, memiliki kompetensi yang baik, bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokratis, humanisme dan pluralisme di sekolah dan ke depan diharapkan akan diaplikasi di luar sekolah, oleh karena itu tujuan pokok dari pendidikan multikultural adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi dan sekaligus humanisme. Pendidikan di alam demokrasi seperti Indonesia harus berorientasi pada kepentingan bangsa yang berlatarbelakang multi-etnic, multi-religion, multi-language dan lain-lain.  Ini berarti, penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan ragam kondisi bangsa yang heterogen. Disinilah perlunya guru ips smp untuk memodifikasi ataupun mengembangkan cara mengajar yang memasukkan lebih banyak informasi budaya pluralistik dan perspektif, yakni dengan cara memasukkan unsur pedagogi kritis, dan membentuk komunitas. Hal tersebut penting sebagai upaya diupayakan agar peserta didik dapat mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Untuk itulah pembelajaran IPS berbasis pendidikan multikultural perlu dilaksanakan, hal ini dikarenakan siswa perlu diajarkan bahwa semua sejarah perlu ditafsirkan melalui berbagai sudut pandang dan dari waktu yang berbeda dan tempat.  Akhirnya, jika siswa menyadari banyak sudut pandang yang berbeda yang terdapat di dunia ini, mereka dapat mulai memiliki pemahaman multikultural dengan menerima dan menegaskan perbedaan
    corecore