12 research outputs found

    STARTUP LAWANG EKSPOR SEBAGAI PINTU UTAMA UMKM PERIKANAN PASURUAN GOES TO EKSPOR

    Get PDF
    Pandemi covid-19 telah mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional, salah satunya dengan meningkatkan ekspor. Kegiatan ekspor tidak hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar saja, melainkan juga para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menegah). Untuk meningkatkan ekspor, kementerian perdagangan bekerjasama dengan sekolah ekspor berusaha mencetak eksportir baru, salah satunya bermitra dengan program kampus merdeka melalui program studi independen bersertifikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan startup ekspor melalui program studi independen bersertifikat. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dengan metode kualitatif. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah terbentuknya startup ekspor yang bernama Lawang Ekspor. Lawang ekspor merupakan komunitas yang bekerja dengan konsep menjadi fasilitator ekspor bagi UMKM perikanan di Pasuruan. Untuk menunjang kegiatan ekspor, maka Lawang Ekspor bekerja sama dengan UMKM melakukan pengembangan produk berupa abon lele yang diproduksi oleh UMKM Fresh. Setelah produk siap kemudian dilakukan onboarding di marketplace dan pameran dagang dalam skala nasional dan internasional

    PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN BUAH KARIKA SEBAGAI PENUNJANG EKONOMI MASYARAKAT TENGGERTOSARI JAWA TIMUR

    Get PDF
    Abstrak: Buah Karika memiliki persebaran habitat yang sempit, hanya mampu tumbuh di daerah pegunungan dengan suhu rendah. Buah ini mampu tumbuh dengan baik di Tengger, sehingga sangat sesuai untuk dibudidayakan di Tosari. Keinginan warga untuk bisa mengolah Karika menjadi produk olahan pangan bernilai ekonomi sangat tinggi, dengan tujuan untuk meningkatkan value added. Salah satunya adalah Komunitas Baladaun Mertasari yaitu kelompok masyarakat yang melakukan pengolahan buah karikadan merupakan mitra dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini. Baladaun biasanya mengolah buah karika menjadi manisan karika dalam sirup. Banyak kendala yang dihadapi Baladaun dalam mengolah karika, yaitu, dalam proses produksi, ijin produksi, pemasaran, pendidikan, lingkungan, pertanian, dan sosial. PKM ini dilakukan dalam rangka pengembangan produk olahan buah karika baik berupa olahan pangan maupun non pangan. Tujuan dari PKM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam melakukan diversifikasi produk olahan buah karika, sehingga jenis produk olahan mitra semakin bertambah dan kualitasnya menjadi lebih baik. Metode yang digunakan meliputi observasi, Forum Group Discussion (FGD), Pelatihan, Seminar, Workshop, dan Pendampingan. Produk olahan berupa sirup, selai, permen jelly, dodol buah, dan sabun karika. Untuk menunjang keberlanjutan poduk, dalam kegiatan PKM ini ditunjang dengan kegiatan seminar bertema keamanan pangan, workshop pemasaran online, dan pendampingan pengurusan ijin produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pelaksanaan pengabdian menggunakan pendekatan partisipasi kelompok. Hasil PKM yang telah dilaksanakan berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kualitas produk mitra yang diukur berdasarkan pengisian kuisioner oleh mitra, serta peningkatan jenis produk yang tadinya hanya satu produk menjadi 6 produk. Abstract: Karika fruit has a narrow distribution habitat, only able to grow in mountainous areas with low temperatures. This fruit is able to grow well in Tengger, so it is very suitable for cultivation in Tosari. Citizens are able to process Karika into processed food products with very high economic value, with the aim of increasing added value. One of them is the Baladaun Mertasari Community, a community group that processes karika fruit, and is a partner in this Community Partnership Program Baladauns usually process karika fruit into karika sweets in syrup. Many ngehap related to Baladaun in cultivating karika, namely in the production process, production permits, marketing, education, environment, agriculture, and social. This PKM is carried out in the context of developing karika fruit processed products in the form of processed food and non-food products. The purpose of this PKM is to increase the knowledge and skills of partners in diversifying karika fruit processed products, so that the types of processed products of partners are increasing and the quality is better. The methods used include observation, FGD, training, seminars, workshops, and mentoring. Processed products are syrup, jam, jelly candy, fruit lunkhead, and karika soap. To support the sustainability of products, this PKM activity is supported by seminars on the theme of food safety, online marketing workshops, and assistance in obtaining a Home Industry Food production permit (PIRT). The implementation of the service uses a group participation approach. The results of the PKM that have been implemented are in the form of increased knowledge, skills and product quality as measured by filling out questionnaires by partners, as well as increasing types of products from only one product to 6 products

    Formulasi sabun karika (Carica pubescens) sebagai sabun kecantikan dan kesehatan

    Get PDF
    Soap is a mixture of sodium compounds with fatty acids that are used as a body cleansing agent, in the form of solid, foam, with or without other additives and does not cause irritation to the skin. To improve quality, bath soap can be given additional ingredients that contain vitamins and various nutrients needed by the skin such as the addition of extracts of karika fruit (Carica pubescens). The purpose of this research is to find out the right formulation in making karika soap. This research used an experimental method with randomized block design (RCBD), consisting of two factorial variations in the concentration of karika juice (0%, 100%, 80%, 60%) and variations in the concentration of NaOH (30%, 35%, and 40% ) so that 12 treatments were obtained each with 3 replications. The process of making soap uses the hot process method. Soap quality analysis is carried out by comparing the results of chemical tests for karika soap with SNI 06-3532-1994 (SNI for solid bath soap), foam stability test, soap hardness, and organoleptic test. The data obtained were analyzed using ANOVA with a confidence interval of 5%. If an effect is found on one of the variebel, a further Tukey test is performed. The results showed that the water content, pH, and free alkali did not meet SNI, while the amount of fatty acids and mineral oil was in accordance with SNI, the significant difference between treatments was only in the water content. Karika soap has abundant and stable foam. The higher concentration of karika juice make the lower hardness of the soap. Organoleptic test results showed a low level of preference for panelists on karika soap products. The suggestion from this research is that karika juice can be tried to applied it in the liquid bath

    PENGEMBANGAN DESA DIGITAL SEBAGAI UPAYA MENGANGKAT POTENSI LOKAL DESA KARANGREJO

    Get PDF
    Desa Karangrejo merupakan desa yang sedang berkembang dengan lokasi berada di Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya, dibutuhkan dukungan sistem teknologi dan informasi sebagai upaya mengenalkan potensi lokal desa kepada masyarakat umum. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan digitalisasi desa. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengembangkan desa digital sebagai upaya mengangkat potensi lokal desa Karangrejo. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini meliputi observasi, wawancara, FGD, dan dokumentasi. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar membuat situs web desa yang berisi informasi profil desa, kependudukan, potensi desa (potensi wisata, UMKM & produk unggulan, pangan lokal), pelayanan publik, berita, dan informasi kontak. Potensi wisata desa Karangrejo meliputi kolam renang Arsmaper79, Wisata Air Sumber keling, BUMDES Mavendra, dan Perkebunan Melon. Produk unggulan desa berupa hasil tenun dan peralatan kebersihan (selimut, kain lap, kain pel, sumbu kompor, wiper air, sapu ijuk, gantungan baju, dan keset). Produk tersebut diproduksi oleh 806 UMKM di desa Karangrejo dan telah menembus pasar internasional. Beberapa produk diekspor ke negara tetangga seperti Malaysia (bekerja sama dengan pihak luar desa). Potensi pangan lokal desa meliputi umbi-umbian, rempah rimpang, dan perkebunan melon. Potensi pangan lokal tersebut akan terus dikembangkan ke pengolahan produk sehingga dihasilkan produk pangan unggulan. Melalui situs web diharapkan dapat mengangkat potensi lokal desa dan mengenalkan desa Karangrejo kepada masyarakat luas, sehingga mempercepat kemajuan desa. Digitalisasi desa dapat dilengkapi dengan program lain seperti pembuatan e-commerce desa dan aplikasi desa berbasis android, sehingga layanan digital menjadi lebih efektif dan efisien

    Diversity of bird agroforestry species in Sapen Nusantara Conservation Park of Mount Arjuno, Pasuruan

    Get PDF
    The Sapen Nusantara Conservation forest park is agroforestry that has certain vegetation. The vegetation in Sapen Nusantara Protected forest park seems to support the existence of birds as wildlife that need a living habitat. The existence of bird species in Sapen Nusantara Protected forest park is very important in supporting agroforestry vegetation. However, until now the diversity of bird species there has not been identified and recorded properly. The forest is one of the buffer forests of Mount Arjuno protection forest, so the ecosystem must be maintained. This study aims to analyze the diversity of bird species in the agroforest forest area in Sapen Nusantara Conservation forest park, Ledug Village, Pasuruan. The research was conducted in July 2021 using the direct observation method (point count) on ecotourism routes by calculating and recording the trails traversed using GPS, sampling by observing walking along the path/road accompanied by predetermined observation points, identification based on MacKinnon et al., (2010) and information on the status of its protection. Data analysis used the Shannon-Wiener diversity index, evenness index, and species richness index. The results of the study identified 18 bird species from 16 families with a total of 169 individuals. Of all the birds found, 18 species are listed in IUCN status, and 4 are listed in the protected status PP No. P.106 of 2018 and 3 species are listed in the CITES category Appendix II. It is known that the Shannon diversity index (H'=2,547) is in the medium diversity category. species evenness index (E=0.9) with a high evenness category and stable community. Then the specific wealth index (R=3.31) with the category of species richness is classified as medium. The presence of birds in the Sapen Nusantara conservation park forest indicates that the ecosystem in the forest is still maintained and this cannot be separated from the role of the community, especially the Ledug Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), which manages and maintains the forest.&nbsp

    Formulasi Insektisida Nabati Kombinasi Daun Brugmansia suaveolens Bercht. & J. Presl dan Daun Swietenia macrophylla King untuk Mengendalikan Hama Hypothenemus hampei Ferr.

    Get PDF
    Hama utama yang menyerang tanaman kopi adalah Hypothenemus hampei Ferr. Keberadaan hama ini menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kopi. Pengendalian yang umum dilakukan adalah menggunakan insektisida sintetik yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Semnetara itu, tanaman kecubung gunung (Brugmansia Suaveolens) dan mahoni (Swietenia macrophylla) mengandung metabolit sekunder yang memiliki potensi sebagai bahan insektisida nabati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia dan efektivitas insektisida nabati kombinasi daun B. suaveolens dan daun S. macrophylla dalam mengendalikan H. hampei. Penelitian dilakukan selama November 2021 sampai Januari 2022 di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan dan Laboratorium Biologi ITSNU Pasuruan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima formulasi perbandingan daun B. suaveolens dan S. macrophylla, yaitu F1 (500 g : 0 g), F2 (350 g : 150 g), F3 (250 g : 250 g), F4 (150 g : 350 g), dan F5 (0 g : 500 g) serta pelakuan kontrol negatif (air) dan kontrol positif (insektisida berbahan aktif karbaril 85%), masing-masing diulang tiga kali. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder sedangkan uji efektivitas dilakukan untuk mengetahui tiga parameter uji yaitu intensitas serangan, lethal time (LT50), dan mortalitas. Data dianalisis menggunakan Anova dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima formulasi insektisida nabati mengandung senyawa fenol, tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, triterpenoid, dan steroid (kecuali F1 tidak mengandung saponin). Hasil uji efektivitas menunjukkan formulasi F2 dapat mengendalikan H. hampei dengan intensitas serangan sebesar 4,7 lubang gerekan mendekati kontrol positif (4,3 lubang gerekan), lethal time LT50 14,6 jam, dan mortalitas sebesar 53,3%

    Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Materi Gymnospermae di Kelas X SMA Negeri I Jombang

    No full text
    ABSRAK   Ainiyah, Roisatul. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Materi Gymnospermae di Kelas X SMA Negeri 1 Jombang. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. H. Istamar Syamsuri, M.Pd. (II) Balqis, S.Pd, M.Si.   Kata Kunci: Pengembangan Media Pembelajaran, Media Pembelajaran Interaktif, Gymnospermae   Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari saluran/sumber pesan melalui media tertentu kepada penerima pesan. Proses belajar mengajar merupakan tahap terpenting dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat berjalan optimal. Dalam perancangan kegiatan pembelajaran seorang guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang tidak terlepas dari media pembelajaran.  Pengadaan media pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan bantuan komputer. Komputer membantu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan cara memvisualisasikan objek yang sulit diamati secara langsung. Komputer memiliki kemampuan multimedia, yaitu kemampuan memadukan prinsip audio dan visual secara bersamaan dalam satu sistem. Dengan kemampuan ini komputer dimanfaatkan untuk mengembangkan media pembelajaran interaktif. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi kelas X SMA Negeri I Jombang menunjukkan bahwa beberapa materi mata pelajaran biologi sulit untuk disampaikan kepada siswa termasuk materi gymnospermae. Hal ini dikarenakan sulit menemukan tumbuhan yang tergolong gymnospermae karena termasuk tumbuhan langka, proses reproduksinya lama dan sulit diamati secara langsung. Dari uraian diatas pengembang mencoba melakukan penelitian pengembangan dengan tujuan mengembangkan media pembelajaran interaktif materi gymnospermae di kelas X SMA Negeri I Jombang. Penelitian ini tergolong penelitian pengembangan yang dikembangkan dengan model prosedural yang didasarkan pada tahapan pengembangan media pembelajaran oleh Sadiman (2008) dengan langkah-langkah: (1) analisis Kebutuhan dan karakteristik siswa; (2) merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas; (3) merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan; (4) mengembangkan alat evaluasi; (5) menulis naskah media; dan (6) mengadakan tes dan revisi. Hasil pengembangan media pembelajaran interaktif ini secara keseluruhan memenuhi kriteria valid dengan prosentase penilaian validator ahli media 97,06%, validator ahli materi 100%, dan hasil uji coba produk 94,55%. Sedangkan berdasarkan analisis data hasil pretes dan postes dengan uji t menunjukkan nilai signifikansi 0.00 < 0.05 yang berarti media interaktif ini efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran.  Media pembelajaran interktif ini dapat digunakan oleh siswa untuk belajar secara individual, mampu meningkatkan motivasi dan perhatian siswa, hemat waktu, dan sebagai media pembelajaran alternatif ketika kegiatan pembelajaran yang semestinya tidak dapat dilakukan. Tetapi media interaktif ini juga memiliki kekurangan, seperti hanya bisa diterapakan di sekolah yang memiliki laboraturium komputer atau ruang multimedia yang memadai dan memungkinkan siswa tidak melakukan pengamatan terhadap tumbuhan yang tergolong gymnospermae secara langsung (pembelajaran kontekstual yang seharusnya dilakukan). Adapun saran yang diajukan dari pengembangan media interaktif ini adalah hendaknya media ini hanya digunakan sebagai media alternatif ketika kegiatan pembelajaran yang semestinya tidak dapat dilakukan, kegiatan validasi dilakukan kepada lebih dari satu ahli, uji coba produk dapat dilakukan dengan skala yang besar, dapat menggunakan observer, dilakukan sekaligus bersamaan dengan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran dipadukan dengan sintak metode pembelajaran tertentu, dan pretes dan postes dalam media pembelajaran interaktif tidak hanya digunakan untuk mengukur efektivitas media tetapi juga digunakan untuk menilai hasil belajar kognitif siswa. 

    EFEKTIFITAS MIKROSATELIT INRA - 23 DAN INRA - 32 SEBAGAI PENANDA GENETIK KERBAU (Bubalus bubalis)

    Get PDF
    Penanda molekuler didefinisikan sebagai segmen DNA tertentu yang mewakili perbedaan pada tingkat genom. Mikrosatelit adalah salah satu penanda genetik. Mikrosatelit adalah sekuen DNA yang berulang, dimana satu motif mengandung satu sampai enam pasang basa yang diulang secara tandem dalam sejuml ah waktu. Saat ini banyak sekali penelitian yang dalam prosesnya melibatkan Penanda mikrosatelit. Informasi tentang keefektifan dan keinformatifan suatu mikrosatelit sangat dibutuhkan untuk membantu para peneliti dalam menentukan Penanda yang sesuai dengan kebutuhan penelitian mereka. Oleh karena itu penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas antara mikrosatelit INRA - 23 dengan INRA - 32. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah kerbau, terdiri dari 16 sampel dari dua populasi kerbau yang berbeda. Penelitian laboratorium dilakukan dengan pendekatan molekuler analisis DNA, meliputi kegiatan isolasi DNA, elektroforesis agarosa, PCR, dan elektroforesis poliakrilamid menggunakan dua macam primer, yaitu INRA - 23, dan INRA - 32. Data hasil pengamatan berupa pita ( band) DNA dianalisis menggunakan GENEPOP ver3.1d option 3 - 1 dan 3 - 3. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi alel pada lokus INRA - 23 populasi 2 lebih tinggi dibanding populasi 1 , s edangkan frekuensi alel pada lokus INRA - 32 populasi 1 lebih tinggi daripada populasi 2. Rerata nilai heterozigositas populasi 1 yang diharapkan lebih tinggi (60%) dibandingkan dengan nilai heterozigosi tas yang teramati (50%) (tingkat heterozigositas rendah). Sedangkan, rerata nilai heterozigositas populasi 2 yang teramati lebih tinggi (62,5) dari pada nilai heterozigositas yang diharapkan (56%) (tingkat heterozigositas tinggi ). nilai polimorfisme (PIC) pada populasi 1 (0,49%) lebih rendah dari pada populasi 2 (0,51%) . Dari sini dapat dikatakan bahwa lokus INRA - 23 lebih informatif dibanding lokus INRA - 32. Tetapi selisih nilai polimorfisme kedua lokus tersebut tidak terlalu tinggi, sehingga keduanya merup akan lokus yang cukup informatif untuk digunakan

    ANALISIS USAHA TERASI UDANG DI DESA TAMBAK LEKOK KABUPATEN PASURUAN

    Get PDF
    Potensi&nbsp; kelautan&nbsp; dan&nbsp; perikanan&nbsp; Kabupaten&nbsp; Pasuruan&nbsp; meliputi&nbsp; wilayah&nbsp; perairan&nbsp; laut&nbsp; yang mencapai&nbsp; sekitar&nbsp; 48&nbsp; km&nbsp; mulai&nbsp; Kecamatan&nbsp; Nguling,&nbsp; Lekok,&nbsp; Rejoso,&nbsp; hingga&nbsp; Bangil.&nbsp; Desa Tambaklekok&nbsp; merupakan&nbsp; desa&nbsp; pesisir&nbsp; di&nbsp; Kecamatan&nbsp; Lekok&nbsp; Kabupaten&nbsp; Pasuruan,&nbsp; dikenal &nbsp;sebagai tempat pengolahan hasil perikanan, seperti kerupuk ikan,&nbsp; keripik ikan,&nbsp; petis&nbsp; ikan,&nbsp; i kan &nbsp;asin,&nbsp; ikan&nbsp; asap,&nbsp; terasi,&nbsp; dan&nbsp; lain-lain.&nbsp; Terasi&nbsp; memiliki&nbsp; nilai&nbsp; ekonomis&nbsp; tingg i.&nbsp; Penduduk&nbsp; Desa &nbsp;Tambaklekok&nbsp;&nbsp; yang&nbsp;&nbsp; mata&nbsp;&nbsp; pencaharian&nbsp;&nbsp; sebagai&nbsp;&nbsp; nelayan&nbsp;&nbsp; mencapai&nbsp;&nbsp; 45%&nbsp;&nbsp; dari&nbsp;&nbsp; jumlah&nbsp;&nbsp; total &nbsp;penduduk, dan hanya ada 5 (lima) kepala keluarga yang memiliki usaha pembuatan terasi. Hal &nbsp;ini&nbsp; mengindikasikan&nbsp; wilayah&nbsp; Tambaklekok&nbsp; berpotensi&nbsp; bagi&nbsp; pengembangan&nbsp; usaha&nbsp; pembuatan &nbsp;terasi.Tujuan&nbsp; dari penelitian ini adalah menganalisis potensi kelayakan&nbsp; usaha pembuat an&nbsp; terasi &nbsp;udang&nbsp; di&nbsp; Desa&nbsp; Tambaklekok.&nbsp; Metode&nbsp; yang&nbsp; digunakan&nbsp; dalam&nbsp; penelitian&nbsp; ini&nbsp; adalah&nbsp; studi&nbsp; kasus, &nbsp;dengan&nbsp;&nbsp; melakukan&nbsp;&nbsp; pendekatan&nbsp;&nbsp; melalui&nbsp;&nbsp; observasi,&nbsp;&nbsp; wawancara,&nbsp;&nbsp; dan&nbsp;&nbsp; kuesioner.&nbsp;&nbsp; Analisis &nbsp;kelayakan&nbsp; usaha&nbsp; dilakukan&nbsp; dengan&nbsp; pendekatan&nbsp; harga&nbsp; produksi,&nbsp; Break&nbsp; Even&nbsp; Point&nbsp; (BEP),&nbsp; R/C &nbsp;Ratio (Return Cost of Ratio), B/C Ratio (Benefit Cost of Ratio).Hasil analisis finansi al diketahui &nbsp;bahwa&nbsp; dari&nbsp; perhitungan&nbsp; rata-rata&nbsp; nilai&nbsp; R/C&nbsp; ratio&nbsp; dan&nbsp; B/C&nbsp; ratio,&nbsp; yang&nbsp; dapat &nbsp;&nbsp;menentukan &nbsp;kelayakan usaha terasi di Desa Tambaklekok. Diketahui bahwa usaha terasi mendapat nila i B/C &nbsp;ratio &lt; 1 yaitu 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa usaha terasi di Desa Tambaklekok tidak layak &nbsp;dijalankan.&nbsp; Namun, jika&nbsp; menurut kriteria&nbsp; R/C ratio, nilai R/C ratio &gt; &nbsp;1 yaitu sebesar 1,82. Hal &nbsp;ini menunjukkan usaha terasi di Desa Tambaklekok dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan dan &nbsp;dikembangkan.Hasil&nbsp; tersebut&nbsp; menunjukan&nbsp; perhitungan&nbsp; rata-rata&nbsp; nilai&nbsp; R/C&nbsp; ratio,&nbsp; usaha&nbsp; teras i&nbsp; di &nbsp;Desa Tambaklekok termasuk kategori menguntungkan dan layak dilanjutkan. &nbsp;&nbsp

    Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus Linn) Sebagai Bahan Tambahan Pada Pakan Ternak Burung Puyuh

    No full text
    Keberadaan limbah rajungan dianggap sebagai permasalahan yang berpotensi mencemari lingkungan, salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah cangkang dengan jumlah cukup banyak. Salah satu pemanfaatan limbah cangkang rajungan adalah dengan dijadikan sebagai tepung. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mengolah limbah rajungan sebagai bahan tambahan pada ransum burung puyuh.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui kandungan kalsium yang ada dalam pakan. Data yang didapat dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menarik sebuah kesimpulan hasil penelitian.Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium setiap formula pakan ternak burung puyuh yang berbahan cangkang rajungan menunjukkan nilai yang berbeda, perlakuan R2 (dengan tambahan tepung cangkang rajungan 25%) merupakan perlakuan dengan kadar kalsium tertinggi yaitu 0,45%, kadar kalsium untuk 2 perlakuan lain yaitu R0 (tanpa tambahan tepung cangkang rajungan) dan R1 (dengan tambahan tepung cangkang rajungaan 15%) masing-masing memiliki kadar kalsium 0,20% dan 0,28%. Pada penambahan tepung cangkang rajungan 25% diduga akan memenuhi nutrisi pada pakan burung puyuh, akan tetapi jika dibandingkan dengan nilai kadar kalsium pada SNI 01-3931-2006 yakni antara 2,50-3,50% maka semua perlakuan tidak ada yang memenuhi syarat. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.Kesimpulan dari penelitian ini Pemberian tepung cangkang rajungan dengan level 25% tidak berpengaruh terhadap formula pakan ternak burung puyuh. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh. Adapun saran yang diberikan penulis adalah untuk penelitian selanjutnya bisa ditingkatkan level penggunaan tepung cangkang rajungan untuk perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh. &nbsp
    corecore