17 research outputs found
Intervensi Komunitas Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah Pada Kelompok Marginal Piyungan Yogyakarta
Majelis Pemberdayaan Muhammadiyah Pimpinan Pusat (MPM PP) Muhammadiyah telah melaksanakan intervensi untuk memperbaiki kualitas kesejahteraan hidup para kaum marginal, yakni pemulung di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan dengan menerapkan dua model intervensi komunitas, yakni model pengembangan masyarakat lokal dan model perencanaan sosial. Kajian ini hendak menggambarkan keterkaitan antar komponen model intervensi komunitas dalam merealisasikan kombinasi model-model intervensi komunitas yang diterapkan sebagai usaha memperbaiki kesejahteraan kelompok marginal tersebut. Kajian ini adalah kajian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Uraian komponen model intervensi akan dideskripsikan dalam komponen model intervensi yang dikembangkan oleh Jack Rothman dan kawan-kawan. Hasil kajian menggambarkan bahwa kombinasi kedua model intervensi diselenggarakan karena tuntutan struktur dan masalah yang ada juga mencerminkan kebutuhan lahirnya kedua model intervensi tersebut, sehingga terjadi sinergi tujuan model-model intervensi yang diterapkan. Tentu dengan demikian, menjadikan komponen strategi dasar, taktik dan teknik perubahan yang diterapkan juga akan terhubung pada tujuan-tujuan tersebut. Selain itu terjadi pemanfaatan komponen intervensi secara lebih efisien, karena dapat menunjang penerapan model-model intervensi secara sekaligus
Pengembangan Aplikasi Easy Tenses Berbasis Android Sebagai Media Pembelajaran Digital Bahasa Inggris
Learning media innovation is in line with developments in information technology. Many of the innovations being developed now utilize the fields of multimedia and mobile devices. These two fields have proven capable of producing interesting learning media and making it easier for students to learn learning material digitally. One of the learning materials that requires digital media is English. Many English learning applications have been developed but are not yet in accordance with the learning plans of teachers and students so they are not used directly in class. Based on these problems, this research developed an application for learning English digitally that can be used directly in classroom learning. Application development is carried out using the waterfall method and is adjusted to the learning plans of school teachers. The results of application implementation are tested on all users through user assistance and filling out surveys. From the results of testing the application using black box testing, it was found that the percentage of 100% of the functions ran as expected. From the results of the application validation test, a score of 86.5% was obtained for material suitability from material experts, 83.8% for media suitability from media experts, 82.6% for useability from educators' assessments, and 81% for useability from students' assessments. From the overall validation test results carried out on material experts, media experts, educators and students, the overall average validation results were 84.37%, which shows that the Easy Tenses application created can be categorized as very suitable for use.
Keywords: Applications, English, Digital media, Multimedia, Waterfall Method.Inovasi media pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Inovasi yang banyak dikembangkan sekarang memanfaatkan bidang multimedia dan perangkat bergerak. Kedua bidang tersebut terbukti mampu menghasilkan media pembelajaran yang menarik dan mempermudah siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara digital. Salah satu materi pembelajaran yang membutuhkan media digital adalah Bahasa Inggris. Aplikasi pembelajaran Bahasa Inggris banyak dikembangkan namun belum sesuai dengan rencana pembelajaran para guru dan siswa sehingga tidak digunakan secara langsung di kelas. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini mengembangkan aplikasi untuk mempelajari Bahasa Inggris secara digital yang mampu digunakan secara langsung pada pembelajaran di kelas. Pengembangan aplikasi dilakukan dengan metode waterfall dan disesuaikan dengan rencana pembelajaran dari guru sekolah. Hasil implementasi aplikasi diujikan ke seluruh pengguna melalui pendampingan pengguna dan pengisian survey. Dari hasil pengujian aplikasi secara blackbox testing didapatkan persentase 100% fungsi berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil uji validasi aplikasi diperoleh nilai 86.5 % untuk kelayakan materi dari ahli materi, 83.8 % untuk kelayakan media dari ahli media, 82.6% untuk kelayakan penggunaan dari penilaian pendidik, dan 81% untuk kelayakan penggunaan dari penilaian peserta didik. Dari keseluruhan hasil pengujian validasi yang dilakukan terhadap ahli materi, ahli media, pendidik dan peserta didik didapatkan rata-rata keseluruhan hasil validasi sebesar 84.37% yang menunjukkan bahwa aplikasi Easy Tenses yang dibuat dapat dikategorikan sangat layak untuk digunakan
Ajaran komunisme dan Islam dalam perspektif H. M. Misbach (1876-1926)
Dalam tulisan-tulisannya, H. M. Misbach (1876-1926) sering menyebutkan keselarasan antara Komunisme dan Islam. Ia menyatakan bahwa kawan yang Komunis namun menyerang Islam, maka ia bukan Komunis sejati. Sebaliknya, kawan yang Islam namun tidak menyetujui Komunisme, maka ia bukan Muslim sejati. Kini pemikiran H. M. Misbach diangkat kembali oleh kelompok-kelompok kiri, baik komunisme radikal, reformis kiri, dan teologi pembebasan lainnya untuk melegitimasi pergerakan mereka. Oleh karenanya, penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana sebenarnya keselarasan ajaran Komunisme dan Islam menurut H. M. Misbach. Dalam penelitian ini akan diuraikan bagaimana ia memahami Komunisme dan Islam, kemudian dianalisis persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya berdasarkan perspektif H. M. Misbach. Dengan demikian akan diketahui sejauhmana keselarasan kedua ajaran tersebut. Penelitian ini adalah penelitian library research, berbentuk studi tokoh. Adapaun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis. Penelitian ini merekonstruksi tulisan-tulisan H. M. Misbach yang tertulis dalam surat kabar Medan Moeslimin dan Islam Bergerak, dan merekonstruksi sepak terjangnya yang tercatat dalam tulisan-tulisan sekunder lainnya, yang berkaitan dengan ekspresi pemahamannya terhadap Islam dan Komunisme. Penelitian ini menunjukkan bahwa H. M. Misbach adalah tokoh yang kuat memegang nilai-nilai Islam, namun terbuka terhadap ilmu-ilmu lain yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan keislaman. Pertemuannya dengan Komunisme telah membuka sebab-sebab keterpurukan umat, dan memperjuangkan secara radikal dan non-kooperatif terhadap penjajahan kapitalisme. Namun nampak H. M. Misbach kurang memahami bagaimana utuhnya Komunisme itu. Jika ditelaah kesamaan antara Komunisme dan Islam dalam pandangan H. M. Misbach, maka kesamaannya hanyalah pada kritik terhadap kapitalisme, namun pada pandangan filsafat materialisme-dialektika-historis, cita-cita ekonomi-politik, dan revolusi kelasnya, nampaknya kedunya mengalami perbedaan-perbedaan
PRAKTIK KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DALAM ORGANISASI ISLAM (STUDI TENTANG KEPEMIMPINAN UMAR BIN KHATTAB DALAM PERISTIWA PEMBEBASAN IBUKOTA PERSIA – MADAIN)
This study aims to describe the practice of transformational leadership, specificallyregarding the practice of the components of transformational leadership applied byUmar bin Khattab in the event of the liberation of the Persian capital-Madain. This study method is qualitative-non-experimental-descriptive. The data collection used thedocumentation method with secondary data sources, namely the life history of Umar bin Khattab written by historians such as Muhammad Husain Haekal, Ali Muhammad AshShalabi, and Musthafa Murad. Data analysis used the Miles and Huberman model, with the components theory of transformational leadership developed by Bass and Avolio as a theoretical framework. The findings show that the leadership components of Umar bin Khattab were used in overcoming pessimistic situations due to Persian forces. Umar showed a leadership that was able to change the great vision of Muslims in facing Persian rule and had clear steps to realize it, was consistent in realizing dreams, was able to arouse and maintain the motivation of members by attending especially in difficult situations, and providing guidance to get out of difficulties. In the event that he cannot attend in person, long-distance communication is maintained. He appointed representatives who were believed to be able to transform leadership at lower levels. Umar succeeded in reviewing opportunities to improve the situation in ways that were outside the habits of his predecessors, one of which was by using an army of apostates who had repented. Thus Umar bin Khattab applied the four components of transformational leadership, namely idealized influence, inspirational motivation, individualized consideration, and intellectual stimulation.Keywords: Umar bin Khattab, Transformational Leadership, Components of Transformational Leadershi
Paradigma Kesejahteraan Sosial Islam: Tinjauan Sejarah Praktik Pemerintahan Umar bin Khattab
AbstractThis study aims to explain the paradigm of social welfare in Islam, especially that which has been practiced in the history of Umar bin Khattab's government. This study is a qualitative study with a literature study approach. Meanwhile, the data analysis uses Miles and Huberman's model analysis, which the data will be reviewed with modern social welfare paradigms, such as the residual paradigm, the institutional paradigm, and the developmental paradigm. The results of the study show that the Islamic social welfare paradigm during the reign of Umar bin Khattab fits into the developmental paradigm, which has also used by ideal pilot countries for the social welfare sector. Caliph Umar had a welfare system and institution, baitul mal and diwan-diwan which regularly, permanently and proactively provided universal social welfare assistance and services for all members of society, including for non-Muslims. Caliph Umar's social welfare development efforts were not only curative, short-term and emergency consumption aimed at disadvantaged groups, but there were also efforts to promote a kind of social insurance. Caliph Umar also was implementing universal public policies, making social investments and comprehensive socio-economic development. This Islamic social welfare paradigm is based on the principle of cooperation, social solidarity, and the principle of socio-economic justice for all members of society. All of them also is based on spirituality, responsibility towards Allah and awareness of the hereafter.Keywords: Social Welfare, Umar bin Khattab, Residual Paradigm, Institutional Paradigm, Developmental Paradigm AbstrakKajian ini bertujuan untuk memaparkan paradigma kesejahteraan sosial dalam Islam, khususnya yang telah dipraktikkan dalam sejarah pemerintahan Umar bin Khattab. Kajian ini adalah kajian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Adapun analisis data menggunakan analisis model Miles and Huberman, dengan mengkaitkan data temuan dengan teori paradigma-paradigma kesejahteraan sosial modern seperti paradigma residual, paradigama institusional dan paradigma developmental. Hasil kajian menunjukkan paradigma kesejahteraan sosial Islam di masa pemerintahan Umar bin Khattab sejurus dengan paradigma developmental, yang juga dipakai di negara-negara percontohan ideal di bidang kesejahteraan sosial modern. Khalifah Umar telah memiliki sistem dan lembaga kesejahteraan berupa baitul mal dan diwan-diwan yang secara reguler, permanen dan mapan proaktif menyediakan bantuan dan layanan kesejahteraan sosial secara universal bagi segenap anggota masyarakat, termasuk bagi non-muslim. Usaha pembangunan kesejahteraan sosial Khalifah Umar tak hanya yang bersifat konsumsi kuratif, jangka pendek dan darurat yang ditujukan kepada kelompok-kelompok tak mampu saja, namun juga ada usaha untuk memajukan semacam asuransi sosial, selain juga melaksanakan kebijakan-kebijakan publik yang universal, melakukan investasi sosial dan pembangunan ekonomi-sosial yang komprehensif. Paradigma kesejahteraan sosial Islam ini dilandasi oleh prinsip kerjasama, solidaritas sosial, serta prinsip keadilan sosial-ekonomi bagi semua anggota masyarakat yang dilandasi atas tanggungjawab spiritual terhadap Allah dan keakhiratan.Kata kunci: Kesejahteraan Sosial, Umar bin Khattab, Paradigma Residual, Paradigama Institusional, Paradigma Developmenta
Ethnomathematics in Javanese Death Commemoration
In Java, there is a tradition called death commemoration. In Javanese society, death commemoration consists of geblag (commemoration afther funeral), commemoration at 3rd day of the death, 40th day of the death, 100th day of the death, 1 year, 2 years, and 1000th day of the death. This was a descriptive research. It used ethnography method. The data was collected by interview, observation, and literature study. The result said that to decide the day and pasaran of death commemoration, it is need to use modulo concept. We used modulo 7 to decide the day, because there are seven days in a week and to decide the pasaran we used modulo 5 because there are five pasarans. It means that death commemoration tradition in Javanese society applied mathematical concept. Then, death commemoration tradition in Javanese is a part of ethnomathematics
Development of Two-Dimentional Geometry Module based on APOS Theory for 4th Grader Students
This study aims to produce two-dimentional geometri module based on the APOS theory for 4th grader students is valid and feasible. This research method is research and development (R&D) using a 4D development model (define, design, develop, and disseminate). However, in this study, the 3-D development was modified, namely the disseminate stage was not carried out due to limited time, energy, and cost in carrying out this research. The subject of this research is the 4th grader of Semarang State Islamic Elementary School (MIN Semarang). Based on the results of the study, it was found that (1) module assessment by material and media expert the quality of the module quality by material and media expert validators is in the very good category with a value of 4,7 and 4,4. (2) Student learning outcomes from field trials obtained an average of 79,8 with a completeness level of 78.6%. It can be concluded that the product of two-dimentional geometri module based on the APOS theory is valid and feasible for use in learnin