4 research outputs found

    KEHIDUPAN MASYARAKAT GUNUNG MERAPI SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN LUKISAN

    Get PDF
    Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan, 1) Tema penciptaan yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat disekitar Gunung Merapi 2) Konsep penciptaan lukisan yang terinspirasi dari masyarakat disekitar Gunung Merapi 3) Teknik visualisasi karya seni yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat disekitar Gunung Merapi 4) Bentuk penciptaan lukisan yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat disekitar Gunung Merapi Metode penciptaan karya lukisan melalui tahap observasi antara lain dengan studi pustaka, pengamatan secara langsung kehidupan masyarakat dan dokumentasi, selanjutnya tahap improvisasi yakni dalam proses berkarya, penulis melalui sketsa yang spontan, sesuai dengan yang diharapkan penulis dan tahap visualisasi yakni pengungkapan perasaan dalam bentuk lukisan dengan pendekatan Naturalistik Dekoratif. Setelah dilakukan pembahasan maka kesimpulannya adalah 1) Tema lukisan merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat di lereng Gunung Merapi dimana penulis hidup di wilayah tersebut, 2) Konsep lukisan yang saya ciptakan merupakan representasi dari kehidupan masyarakat lereng Gunung Merapi dan di visualkan secara Naturalistik Dekoratif, 3) Teknik visualisasi karya seni penulis menggunakan media pastel diatas kertas dengan menggunakan teknik Kurik, dimana teknik ini menjadi ciri khas dalam setiap lukisan penulis, 4) Bentuk lukisan yang diciptakan penulis adalah penggambaran figur manusia, binatang dan alam dalam gaya Naturalistik Dekoratif, seluruhnya berjumlah 12 karya dengan judulnya, Angon Bebek, Mencari Katak, Mencari Ikan di Tepi Sungai, Bermain Jathilan, Menggembala Sapi, Mencari Berkat, Gunung Merapi dalam Puncak Aktivitas, Sepi Ditinggal Ngungsi, Mengungsi #1, Mengungsi #2, Pengungsian

    Pendidikan Budaya Visual: Pengetahuan Guru Seni Rupa SMA di Jakarta

    Get PDF
    Seiring perkembangan seni rupa kontemporer, pada 1970an lahir pendekatan baru yang disebut budaya visual (visual culture). Pada awal 1980an wacana budaya visual mulai memasuki wilayah pendidikan seni rupa, disebut pendidikan seni rupa berbasis budaya visual (Visual Culture - Art Education/VCAE). Istilah VCAE sudah lazim disebutkan dalam medan perbincangan pendidikan seni rupa dunia, namun di Indonesia masih sangat jarang terdengar. Untuk itu dilakukan penelitian pendapat tentang VCAE dari guru seni rupa yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMA DKI Jakarta. Tujuan penelitian untuk memetakan kebutuhan sebagai landasan dalam membangun konsepsi model pembelajaran VCAE SMA. Desain penelitian dengan pendekatan deskriptif, dan metode gabungan kuantitatif-kualitatif. Partisipan merupakan guru seni rupa perwakilan 5 wilayah DKI Jakarta, masing-masing dua guru, total partisipan 10 guru. Teknik perolehan data survei digunakan dalam metode kuantitatif, dan teknik pertanyaan terbuka untuk menjaring data kualitatif. Kedua jenis data dideskripsikan, dianalisis, dan ditafsirkan. Hasilnya secara umum guru Seni Budaya SMA mendukung penerapan materi seni budaya sebagai pengembangan pelajaran seni rupa

    Mitos Nyai Kendhit Sebagai Subjek Drawing

    Get PDF
    Tema mitos Nyai Kendhit berawal dari renungan atas eksploitasi alam di kawasan Merapi, khususnya di Kabupaten Magelang yang mengakibatkan kerusakan lingkungan alam yang seharusnya tidak terjadi jika dilakukan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan. Sikap eksploitatif tersebut tidak lepas dari fenomena kehidupan era globalisasi yang mengubah pola hidup tidak lagi mengacu pada moril, emosi dan kebiasaan atau tradisi, tampak juga pada masyarakat Jawa dimana pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih mengedepankan raisonalitas yaitu berkehendak atas pertimbangan, efisiensi, dan materiil, sehingga memicu persoalan lingkungan sosial dan krisis lingkungan alam yang silih berganti seakan tidak memberikan jeda. Konsep ide dalam penciptaan karya seni yang berjudul Mitos Nyai Kendhit Sebagai Subjek Drawing berpijak pada pesan etika moral dari mitos Nyai Kendhit, dengan tujuan menjadikan pesan etika moral dalam mitos Nyai Kendhit sebagai refleksi, serta menjadi media sosialisasi nilai budaya kearifan lokal mengenai etika moral hubungan harmonis antara manusia dengan alam khususnya air, ditengah pola kehidupan saat ini yang penuh ego dan sifat eksploitasi. Oleh sebab itu diharapkan melalui karya yang berjudul Mitos Nyai Kendhit Sebagai Subjek Drawing dapat mendorong timbulnya kesadaran humanistik dan menghargai lingkungan alam dalam menjalani hidup bahkan saling melengkapi antara nilai-nilai budaya masa lalu dengan budaya hari ini. Sebagai kesimpulan dari penciptaan karya drawing ini, sebagai berikut: konsep pada penciptaan karya seni yang berjudul Mitos Nyai Kendhit Sebagai Subjek Drawing, mengangkat tentang pesan etika moral yang tersembunyi dalam mitos Nyai Kendhit dengan gaya visual surrealis, simbolis dan bernuansa metafisik. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya seni drawing ini menggunakan metode yang ditawarkan oleh David Campbell yakni, preparation, concentration, incubation, illumination, verification. Penciptaan karya ini telah berhasil menyelesaikan 10 karya drawing, dengan judul: Terbuai; Dewi Penjaga; Binasa Bersama; Siklus; Membangun Kekacauan; Perpaduan;Senjata Makan Tuan; Melihat Lebih Dalam; Tutur Karena; Akulah Penyeimbang

    Catra Budaya, media informasi warisan budaya takbenda volume 1 tahun 2021

    No full text
    Majalah Catra Budaya hadir sebagai media informasi warisan budaya takbenda di daerah serta bagaimana upaya menjaga dan melestarikan keberadaannya setelah ditetapkan sebagai WBTb Indonesia. Muatan artikel ditulis oleh para pelaku budaya, pemerhati budaya, komunitas, dan penggiat budaya yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Komposisi artikel didasarkan pada keterwakilan lima domain pada warisan budaya takbenda
    corecore