17 research outputs found

    PENGOPTIMALAN PERAN KELUARGA DALAM MANAJEMEN CAIRAN BAGI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISA

    Get PDF
    Abstrak: Manajemen cairan pada pasien gagal ginjal dengan terapi hemodialisa masih menjadi masalah yang sangat penting karena tingkat kepatuhannya merupakan hal yang paling sulit dilakukan bagi pasien, apalagi jika mengkonsumsi obat-obatan yang membuat selaput lendir kering seperti diuretik. Pasien kesulitan untuk mengontrol rasa haus dan berusaha untuk minum. Kondisi ini membutuhkan peran keluarga dalam membantu pasien mengatur cairannya. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang manajemen cairan pada pasien gagal ginjal dengan hemodialisa. Pengabdian ini dilakukan dengan metode penyuluhan tentang konsep gagal ginjal kronik, hemodialisis dan manajemen cairan pada pasien gagal ginjal dengan hemodialisis, dilanjutkan dengan simulasi yaitu memperagakan cara manajemen cairan yang harus dikonsumsi pasien berdasarkan berat badannya. Penyuluhan kesehatan ini dilakukan kepada 18 (delapan belas) anggota keluarga yang mendampingi pasien selama dirawat di rumah sakit. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sebelum pemberian materi, nilai yang diperoleh keluarga pada konsep gagal ginjal kronis sebesar 88, pada konsep hemodialisis nilainya sebesar 84, sedangkan pada konsep manajemen cairan nilai keluarga adalah nol. Setelah pemberian penyuluhan terjadi peningkatan nilai pada ketiga topik penyuluhan tersebut. Perbedaan yang sangat signifikan terdapat pada topik manajemen cairan dimana nilai keluarga yang awalnya adalah 0 berubah menjadi 90 atau mampu menjawab semua pertanyaan yang ada di kuesioner.Abstract: Fluid management in patients with kidney failure with hemodialysis therapy is still a very important problem because the level of compliance is the most difficult thing for patients to do, especially when taking drugs that dry out the mucous membranes such as diuretics. The patient has difficulty controlling thirst and tries to drink. This condition requires the role of the family in helping the patient manage his fluids. This community service aims to increase family knowledge about fluid management in kidney failure patients with hemodialysis. This service is carried out by counseling methods on the concept of chronic kidney failure, hemodialysis and fluid management in kidney failure patients on hemodialysis, followed by a simulation, namely demonstrating how to manage fluids that patients must consume based on their body weight. This health counseling was carried out to 18 (eighteen) family members who accompanied the patient during his hospitalization. Data collection using a questionnaire. Before giving the material, the value obtained by the family on the concept of chronic kidney failure was 88, on the concept of hemodialysis the value was 84, while on the concept of fluid management the family value was zero. After giving counseling there was an increase in value on the three topics of counseling. A very significant difference is found on the topic of fluid management where the family value which was originally 0 changed to 90 or was able to answer all the questions in the questionnaire

    LAPORAN AKHIR SKIM RISET DASAR Analisis Dimensi Psikologis Tim Kesehatan Pasca Pandemic COVID-19 di Sumatera Barat

    Get PDF
    Sejak kemunculan infeksi coronavirus novel 2019 (2019-nCoV) 2019 di Wuhan, Cina, pada bulan Desember 2019, infeksi ini menyebar dengan cepat ke seluruh Cina dan banyak negara lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan nama baru untuk penyakit epidemi yang disebabkan oleh 2019-nCoV yaitu penyakit coronavirus (COVID-19). Sebagai pandemic ataupun wabah, COVID-19 akan memberikan dampak psikologis pada individu. Dampak tersebut tidak hanya terjadi di masyarakat. Tenaga kesehatan garis depan termasuk perawat juga mengalami stress psikologis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis Dimensi Psikologis Tim Kesehatan Pasca Pandemic COVID-19 di Sumatera Barat. Metode penelitian ini menggunakan Model penelitian Sequential Explonatory design dicirikan dengan melakukan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua. Penelitian tahap ke-1 fokusnya hanya kepada penemuan konsep dimensi psikologis tim kesehatan pasca pandemic penyakit COVID-19. Sedangkan model desainnya (prototype) akan dilanjutkan dan diusulkan pada penelitian tahap ke-2. Penelitian dilakukan di seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang merupakan rujukan perawatan pasien COVID-19 di seluruh Indonesia. Populasi penelitian ini adalah tim kesehatan yaitu perawat yang menjadi satgas (Satuan Tugas) penanganan wabah penyakit COVID-19 yaitu perawat. Jumlah sampel yang didapat sebanyak7 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah dimensi psikologis tim kesehatan pasca pandemic COVID-19 yang terdiri dari reaksi psikologis tim kesehatan, morbiditas psikologik. Analisis menggunakan uji deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (85,7%) dan berpendidikan terakhir adalah DIII (85,7%), mempunyai umur rata 28 tahun dengan standar deviasi 2,944. Sedangkan untuk lama menjadi satuan tugas penanganan covid rata-rata 2,71 tahun dengan nilai tertinggi 3 tahun dan nilai terendah 3 tahun. Rata-rata gangguan psikologis pada perawat yang pernah menjadi tim kesehatan penanganan covid berada di nilai 1 dengan standar deviasi sebesar 0,816. Reaksi psikologis jangka panjang dari perawat yang pernah menjadi tim kesehatan penanganan covid-19 seluruhnya berada dalam gejala post trauma sindromatik. Disarankan untuk melanjutkan penelitian ini dengan uji kualitatif sehingga dapat ditelusuri penyebab gangguan reaksi psikologis pada perawat yang pernah menjadi satuan tugas penanganan covid-19

    LAPORAN AKHIR Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) Pengaruh terapi abdominal massage dengan metoda tensegrity terhadap konstipasi dan bising usus pasien pasca stroke

    Get PDF
    Konstipasi merupakan masalah umum di negara-negara barat, dimana prevalensinya rata-rata 16% pada orang dewasa dan 33,5% pada individu yang lebih tua dari 60 tahun (Bharucha, Pemberton, & Locke, 2013). Orang dengan penyakit saraf pusat atau cedera memiliki risiko yang jauh lebih tinggi dari inkontinensia feses dan konstipasi dibandingkan dengan populasi umum. Tania et al. (2016) menemukan bahwa prevalensi konstipasi pada pasien yang dirawat dengan stroke kronis dalam fase rehabilitasi sebesar 31% dengan intensitas berkisar dari sedang sampai berat. Sedangkan prevalensi konstipasi di Indonesia, menurut penelitian Kosasih et al., prevalensi konstipasi pada pasien stroke sebesar 60%. Konstipasi dapat diatasi dengan terapi massage abdomen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pengaruh terapi abdominal massage dengan metoda tensegrity terhadap konstipasi dan bising usus pasien pascastroke Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pendekatan the one group pretest – posttest design yaitu pada desain ini pada sekelompok subjek penelitian dilakukan dua kali pengukuran yaitu pretest dan post test pada pasien pasca stroke yang mengalami konstipasi. Intervensi yang dilakukan berupa terapi abdominal massage dengan metoda tensegrity dua kali dalam seminggu selama tiga minggu. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 13 orang dengan menggunakan rumus perkiraan besar sampel untuk satu sampel populasi dengan α=0,05 dan β= 90%. Kriteria inklusi bersedia menjadi subjek penelitian, sadar, usia antara 18 dan 65 tahun. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan riwayat penyakit neoplastik pada kolon, penyakit koroner yang tidak stabil; krisis hipertensi; pasien dengan riwayat transplantasi hati dan hepatitis akut, operasi bedah abdomen (kecuali appendektomi atau kolesistektomi lebih dari lima tahun sebelumnya) dan pasien dengan pemberian parenteral yang berkepanjangan. Pengukuran konstipasi menggunakan constipation Scoring System (CSS, 1996). Analisis menggunakan uji statistik t-test menggunakan tingkat kemaknaan 0,05 dan derajat kepercayaan CI 95%. Setelah dilakukan penelitian pemberian message abdominal pada pasien stroke yang mengalami konstipasi dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu lebih dari separuh subjek berjenis kelamin laki-laki, mempunyai pendidikan tamat SMA dan mempunyai pekerjaan sebagai PNS, wiraswasta atau petani. Berdasarkan umur, minimum subjek penelitian berumur 24 tahun, maksimum 60 tahun dan rata-rata umurnya 43 tahun. Terdapat penurunan dan perbedaan total skoring konstipasi pasien sebelum perlakuan abdomen message dengan sesudah dilakukannya perlakuan berupa abdominal message dengan metode tensegrity. Namun, tidak ada penurunan yang signifikan pada setiap indicator konstipasi yang diukur. Walaupun terdapat penurunan total skoring konstipasi pada penelitian ini namun perlu penelitian yang lebih lanjut tentang efek message abdominal dengan metode tensegrity ini dengan mempertimbangkan dan mengontrol factor lain seperti cairan, asupan serat, lokasi lesi stroke, teknik dan lamanya pemberian perlakua

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN 2016

    Get PDF
    Abstrak Timbang terima adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. ketidak akuratan informasi dalam melakukan timbang terima dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian yang menyebabkan kecacatan atau kematian disebabkan karena buruknya komunikasi. Peneltian bertujuan mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima pasien. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian dilakukan di RSUD Pariaman Sampel 86 perawat dengan teknik pengambilan sampel Total sampling. Penelitian dilakukan bulan Juni 2016. Peneltian menggunakan kuesioner, analisa data menggunakan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian faktor pengetahuan rendah (57,0%), dengan Sikap perawat pelaksana  baik (61,6%), (59,3 %) mendapat dukungan dari pimpinan. (60,5 %) tidak mendapat dukungan dari teman sejawat. sebagian besar dari perawat (65,3 %) kurang baik dalam pelaksanaan timbang terima pasien. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan dukungan teman sejawat dengan  pelaksanaan timbang terima, tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dan dukungan pimpinan dengan pelaksanaan timbang terima. Pengetahuan lebih dominan berhubungan dengan pelaksanaan timbang terima pasien. Saran untuk pelayanan keperawatan agar melakukan audit keperawatan tentang kualitas pelaksanaan timbang terima dan melakukan supervisi berjenjang pada semua aspek dalam pelaksanaan timbang terima. Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Dukungan Pimpinan,dukungan teman sejawat, pelaksanaan timbang terima ABSTRAKWeighing is oral communication from information about patients performed by nurses at the turn of the shift. inaccurate information in weighing up can have a serious impact on patients, almost 70% of events that cause disability or death are caused by poor communication. The research aims to find out the factors that are related to the implementation of patient weighing. The design of this study was cross sectional. The study was conducted in RSUD Pariaman. Samples were 86 nurses with a total sampling technique. The study was conducted in June 2016. The study used a questionnaire, data analysis using univariate, bivariate and multivariate. The results of the study of knowledge factors were low (57.0%), with the attitude of nurses implementing good (61.6%), (59.3%) receiving support from the leadership. (60.5%) did not receive support from colleagues. most of the nurses (65.3%) were not good at implementing patient weighing. There is a meaningful relationship between knowledge and support of peers with the implementation of the weighing scale, there is no meaningful relationship between the attitude and support of the leadership with the implementation of the weighing scale. Knowledge is more dominant related to the implementation of patient weighing. Suggestions for nursing services in order to conduct a nursing audit about the quality of implementation of weighing scale and conducting tiered supervision on all aspects of the implementation of weighing scale. Keywords: Knowledge, Attitude, Leadership Support, peer support, implementation of weighingDaftar pustaka : 72 (2000 – 2015)

    Ventilasi Mandiri terhadap Stres pada Penyintas COVID-19 dengan Diabetes Mellitus

    Get PDF
    This study aims to determine the effect of self-ventilation on stress and blood sugar levels in survivors of Covid-19 with diabetes mellitus. This research method is a quasi-experimental design with a nonequivalent control group design. The results showed that the average stress of respondents in the intervention group before self-ventilation was 36.44, with a standard deviation of 1,917. After self-ventilation, the moderate pressure was 29.56 with a standard deviation of 3,124 (95% CI 5,376 - 8,384). In conclusion, there was an effect on the average stress of COVID-19 survivors with diabetes mellitus in the intervention group. In contrast, in the control group, there was no effect of self-ventilation on the moderate pressure of COVID-19 survivors with diabetes mellitus.   Keywords: Diabetes mellitus, COVID-19 survivors, stress, self-ventilation &nbsp

    The Effect of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) on the Self Concept of Breast Cancer Patients with Mastectomy

    Get PDF
    Mastectomy is a breast cancer surgical therapy that can lead to permanent changes in a woman’s appearance. This change can cause negative changes in a woman’s self-concept. If the disruption of self-concept continues, it will cause emotional weakness. Individuals will be depressed and feel anxious continuously, emotional frustration is getting worse, making individuals create self-destruction. For this reason, therapy is needed that can overcome this negative self-concept problem from Emotional Freedom Technique (SEFT) Spiritual Therapy. The aim of this study was to identify the effects of SEFT therapy on self-concept in women with breast cancer with a mastectomy. This study used a quasi-experimental design with one group pretest-posttest design approach with inclusion criteria willing to be a research subject, aware, no hearing loss or cognitive impairment of self-concept, never had SEFT therapy, interacted with family and community at least 1 week after mastectomy . This therapy was carried out for 3 days in 33 subjects. Data were analyzed by Chi square statistical test with 95% CI with a significance of p <0.05. The results of this study were before given SEFT treatment from 33 respondents, there were 4 respondents (12.1%) who had a positive self-concept, and the majority of 29 respondents (87.9%) had negative self-concept. After SEFT treatment there was an increase in self-concept of respondents with positive self-concept as many as 10 people (30.3%) and still had negative self-concept as many as 23 people (69.7%). The results of the analysis showed that there were differences in self-concept before and after SEFT with a value of p = 0.05. Nurses are encouraged to exercise this ability and use this therapy as a therapy to prevent self-concept disorders in breast cancer patients with mastectomy

    Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Konstipasi pada Pasien Stroke di RS Islam Siti Rahmah Padang

    Get PDF
    AbstrakKonstipasi merupakan keluhan yang sangat sering pada pasien stroke, jika tidak diatasi akan menyebabkan komplikasi penyakit lainnya. Konstipasi pada pasien stroke bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya diperberat oleh aktivitas fisik yang kurang. Tujuan: Menentukan korelasi  aktifitas fisik terhadap konstipasi pada  pasien stroke di RS Islam Siti Rahmah Padang. Metode: Subjek penelitian adalah pasien stroke sebanyak 54 orang. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengukuran konstipasi menggunakan Constipation Scoring System (CSS) dan untuk menilai aktifitas fisik digunakan International Physical Activity Quosioner (IPAQ). Analisa statisitik dilakukan dengan uji korelasi Spearmen. Hasil: Responden dengan aktifitas rendah dan mengalami konstipasi berjumlah 34 orang (87,18%). Hal ini menunjukan terdapat hubungan yang kuat dan bersifat positif antara aktivitas fisik dan konstipasi pada pasien stroke (p = 0,000, r = 0,608). Simpulan: Terdapat hubungan aktifitas fisik terhadap konstipasi pada pasien stroke di RS Islam Siti Rahmah padang

    Keperawatan Sistem Kardiovaskuler

    No full text
    v, 119 hlm,; 15 x 23 c
    corecore