23 research outputs found

    Peranan Frekuensi Penyiangan Manual terhadap Penurunan Resiko Kebakaran pada Hutan Tanaman

    Full text link
    Salah satu aspek penting di dalam membangun suatu model hutan tanaman beresiko kebakaran rendah adalah melakukan aktivitas pemeliharaan. Penelitian model hutan ini memfokuskan pada pengaruh beberapa tingkat frekuensi penyiangan tebas total gulma bawah tegakan hutan tanaman terhadap tinggi gulma, bobot basah gulma, kerapatan, pertumbuhan dan ketahanan hidup tanaman terhadap kebakaran. Melalui eksperimen faktor tunggal yang terdiri dari penyiangan setiap 6, 5,4 dan 3 bulan yang diatur dengan model rancangan acak kelompok telah dihasilkan keragaman respon pertumbuhan gulma dan tanaman akibat penyiangan sehingga berhubungan dengan kerawanan kebakaran. Data menunjukan bahwa tingkat frekuensi penyiangan berpengaruh terhadap tinggi, kerapatan gulma dan berat basahnya. Sedangkan perlakuan penebasan tersebut juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pokok, panjang hangus batang setelah terbakar serta kematian tanaman akibat kebakaran. Penyiangan tanaman setiap 3 bulan telah menghasilkan tinggi (33,9 cm) serta berat basah (121,9 gram) gulma terendah dan panjang hangus batang pohon terpendek (64,8 cm) yang identik dengan ketahanan hidup pohon terhadap kebakaran

    Pengaruh Penutupan Mulsa Organik Terhadap Perkembangan Gulma Hutan Tanaman Nyawai (Ficus Variegata Bl)

    Full text link
    Pengendalian gulma pada saat pembangunan hutan tanaman penting dilakukan untuk mengurangi persaingan tumbuh dan menurunkan bahaya kebakaran. Studi perlakuan penutupan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan perkembangan gulma telah dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh mulsa organik terhadap perkembangan gulma bawah tanaman nyawai. Percobaan disusun secara faktorial dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Hasil-hasil menunjukkan bahwa diantara 10 jenis gulma alami yang tumbuh di sekitar hutan kintap sebagai areal penelitian, didominasi oleh rumput Imperata cylindrica dan Clibadium Surinamense. Pemberian mulsa organik di sekitar tanaman berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman jenis gulma yang tumbuh, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu gulma yang tumbuh di sekitar tanaman nyawai. Mulsa I. cylindrica dan C. Surinamense menghasilkan jenis gulma tumbuh terendah. Mulsa alang-alang mengalami pengurangan biomassa paling lambat dibanding mulsa lainnya. Pengaruh penutupan mulsa tidak signifikan baik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter batang maupun diameter tajuk nyawai. Pengaruh interaksi antara jenis mulsa dengan ketebalannya tidak nyata terhadap semua parameter yang diuji. Mulsa Piper aduncum menghasilkan pospor dan Kalium tertinggi terhadap tanah dan mulsa C.Surinamense memberikan pH dan Nitrogen tertinggi. Penggunaan mulsa alang-alang untuk menghambat gulma pada tanaman nyawai disarankan

    Studi Kearifan Lokal Penggunaan Api Persiapan Lahan: Studi Kasus di Hutan Mawas, Kalimantan Tengah

    Full text link
    Pada dasarnya kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh multi-faktor yang sangat kompleks mencakup aspek fisik yaitu bahan bakar dan iklim, ekologi, sosial ekonomi dan budaya anthropologis masyarakat, teknologi dan sistem kelembagaan serta intensitas pengelolaan hutan dan lahan termasuk aspek silvikultur. Dari sekian banyak permasalahan, awal kebakaran berasal dari api kecil dengan sumber-sumber pemicu di masyarakat, sehingga nilai-nilai kearifan lokal menjadi sangat penting untuk dikaji. Hasil studi kearifan lokal menunjukkan bahwa di lima desa kawasan hutan Mawas masih terdapat nilai-nilai kearifan yang dianut yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran diantaranya adanya nilai-nilai yang disampaikan melalui tekad, perkataan dan tindakan dari generasi ke generasi tentang pencegahan, penerapan pembakaran terkendali saat pembukaan ladang untuk bertani, dan adanya tindakan sanksi bagi yang melanggar adat. Namun demikian, penurunan nilai-nilai tersebut tengah terjadi akibat jumlah penduduk yang semakin meningkat, menjauhnya jarak ladang, dan semakin meluasnya kepemilikan lahan. Nilai-nilai kearifan lokal di desa Mantangai Hilir, Katunjung, Lawang Kajang, Madara, dan Batampang sebaiknya dipertahankan dan dijadikan landasan pengelolaan kebakaran, khususnya dalam menerapkan strategi pencegahan kebakaran hutan rawa gambut berbasis masyarakat

    ANALISIS POLA KEPUTUSAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENJAMIN KESELARASAN TI DENGAN TUJUAN FUNGSI BISNIS ENTERPRISE

    Get PDF
    Saat ini teknologi informasi (TI) memiliki peran yang penting dalam meningkatkan keunggulan bersaing bagi organisasi atau enterprise, karena TI dapat menciptakan value bagi organisasi. Suatu organisasi untuk dapat bertahan hidup dan bersaing, sangat bergantung pada TI sebagai salah satu enabler untuk pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi. Tak terkecuali dengan Institusi X, merupakan sebuah organisasi yang mempunyai fungsi sebagai aparatur konsultatif perwakilan Kantor Pendidikan dan Kebudayaan setempat, yang menjadikan TI sebagai inti dan penunjang proses bisnisnya. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu pengelolaan TI yang ada secara terstruktur. Tata kelola TI merupakan struktur hubungan dan proses untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi untuk mencapai tujuannya, dengan menambahkan nilai ketika menyeimbangkan risiko dibandingkan dengan TI dan prosesnya. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pola keputusan tata kelola TI, untuk menetapkan suatu rekomendasi yang berupa pemetaan dan penetapan 5 (lima) kunci keputusan dengan pola keputusan TI, terdiri dari prinsip TI, arsitektur TI, infrastruktur TI, aplikasi bisnis dan investasi TI, serta unsur-unsur yang terlibat dapat berperan sesuai kapasitas dan tujuannya masing-masing. Rekomendasi tata kelola TI dibuat guna menjamin bahwa TI selaras dengan tujuan serta sasaran fungsi bisnis yang ada di Institusi X, sehingga kinerja TI menjadi optimal dan patuh terhadap regulasi yang berlaku. Kerangka kerja tata kelola TI yang digunakan dalam penelitian ini, adalah menggunakan pendekatan tata kelola TI Peter Weill dan Jeanne W. Ross, dari MIT, Boston, Massachusetts

    Alternatif Pemilihan Sistem Antrian Call Centre Sebagai Pusat Pelayanan Informasi Bencana Alam

    Full text link
    Call centre sebagai pusat pelayanan informasi bencana alam memegang peranan yang sangat penting. Keakuratan Informasi serta pelayanan terhadap pelanggan atau pengguna layanan yang terbaik menjadi fokus utama Perusahaan atau instansi penyedia layanan call centre ini. Operator call centre memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan operasional call centre. Tugas utama operator yaitu menerima panggilan, berinteraksi dengan pelanggan atau pengguna layanan melalui media telepon, memberikan solusi keluhan serta memberikan informasi yang dibutuhkan. Interaksi pelanggan atau pengguna layanan dengan operator, menimbulkan beban kerja mental yang tinggi, hal tersebut terjadi pada saat operator menerima panggilan yang sulit. Selain tingginya beban mental, beban kerja waktu operator dinilai tinggi dan tidak merata, karena sistem antrian yang ada tidak memperhatikan beban kerja waktu operator. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pilihan sistem antrian panggilan masuk (incoming call) pada operator call centre, sehingga beban kerja waktu operator optimal dan lebih merata. Beban kerja yang optimal diharapkan dapat meningkatkan performansi operator, sehingga tingkat pelayanan terhadap pelanggan atau pengguna layanan meningkat. Metodologi penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan. Tahap pertama studi terhadap sistem antrian yang sedang berjalan melalui pengamatan data CMS (call management system). CMS merupakan software untuk merekam segala aktifitas operator. Tahap kedua membuat formulasi perhitungan beban kerja waktu. Tahap ketiga perbandingan antara metode sistem antrian yang digunakan (metode sirkular) dengan metode sistem antrian usulan (sistem antrian berbasis beban kerja waktu). Hasil penelitian diperoleh bahwa metode sirkular menunjukkan beban kerja waktu antar operator tidak terdistribusi merata setiap harinya, sedangkan dengan menggunakan sistem antrian berbasis beban kerja waktu, distribusi antar operator tiap harinya terdistribusi merata

    PENGEMBANGAN APLIKASI BERBASIS DIGITAL UNTUK PEMBUATAN SURAT PADA DESA LIMBASARI PURBALINGGA

    Get PDF
    Aktivitas surat menyurat menjadi aktivitas yang setiap hari ada pada kegiatan administratif di kantor kelurahan atau kantor desa. Kegiatan surat menyurat yang saat ini dilakukan pada Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga masih menggunakan formulir kertas sebagai media pengajuan surat oleh warga Desa. Penggunaan kertas yang semakin tinggi dirasa kurang efisien dan perlu adanya perbaikan dalam pengelolaan pembuatan surat agar dapat lebih mudah untuk dibuat. Salah satu cara untuk mempermudah aktivitas administarsi kantor kelurahan adalah dengan cara digitalisasi. Dari hal tersebut maka dalam pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk pengembangan aplikasi pembuatan surat digital berbasis website untuk digunakan warga Desa Limbasari, Kabupaten Purbalingga. Dari hasil observasi yang dilakukan mendapati formulir yang digunakan oleh kantor kelurahan untuk warga membuat surat, dari hal tersebut muncul peluang untuk mendigitalisasi form tersebut dalam bentuk aplikasi berbasis website. Perancangan server dan user interface dibuat untuk kebutuhan rancangan website yang akan dibuat. Uji user experience juga dilakukan pada warga dan admin perangkat Desa Limbasari untuk dapat memastikan desain aplikasi mobile yang dirancang mudah digunakan dan mudah dipahami oleh pengguna. Dari hasil pengembangan aplikasi berbasis website permohonan surat maka jadilah sebuah website yang dapat digunakan oleh warga untuk membuat permohonan surat secara digital kepada kantor kelurahan sehingga warga dan perangkat kelurahan yang ada lebih mudah untuk membuat dan memanajemen aktivitas permohonan pembuatan surat dari warga Limbasari

    PENGGUNAAN MOBILE SOCIAL NETWORK SEBAGAI SISTEM PERINGATAN DINI PADA BENCANA

    Get PDF
    Jejaring sosial atau yang biasa disebut Social Network saat ini menjadi hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Pada awalnya, jejaring sosial hanya digunakan sebagai media eksistensi dan pengakuan diri bagi pemiliknya, dimana penggunaan jejaring sosial sangat dimudahkan dengan munculnya media-media jejaring sosial yang sangat besar, diantaranya adalah Facebook dan Twitter . Hadirnya Facebook dan Twitter meningkatkan tingkat penggunaan jejaring sosial di masyarakat, dikarenakan kedua jejaring sosial ini dapat diakses menggunakan telepon seluler yang mana hampir semua individu telah memilikinya, sehingga penggunaan jejaring sosial di telepon seluler menjadi penyumbang utama peningkatan tingkat penggunaan social network di Indonesia. Dengan melihat hal tersebut, dimana penggunaan mobile social network telah menyentuh hampir semua individu, maka penggunaannya dapat digunakan sebagai sistem peringatan dini dalam bencana, dikarenakan jejaring sosial bersifat online dan realtime, sehingga dengan pengaturan content yang tepat dan akurat, maka informasi tentang suatu bencana yang terjadi dapat di teruskan ke individuindividu pengguna mobile social network dalam waktu yang sangat singkat, dan dengan tingkat penyebaran yang sangat luas. Dengan informasi yang tepat dan akurat mengenai suatu bencana, dapat menghindarkan kepanikan di masyarakat dikarenakan tidak ada informasi yang tepat mengenai bencana yang terjadi
    corecore