309,819 research outputs found

    Balinese Temples

    Full text link
    There is a temple; the name is Pura Dalem. It is the Kerambitan Temple by the post office. The name of the god there is Dewi Durga. Dewi Durga is like a body guard, and protects all of Kerambitan. [excerpt

    Kajian Etika dalam Novel Dadisme Karya Dewi Sartika

    Get PDF
    Etika merupakan bagian penting dalam karya sastra. Di dalamnya memuat tentang berbagai tata nilai kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya. Persoalan etika seringkali digunakan sebagai pengkajian sistem nilai yang digunakan untuk memberikan penilaian secara universal. Oleh karena itu, etika bersifat sosial, nilainilainya disebarkan melalui antarhubungan individu dalam masyarakat. Dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika banyak mengungkap berbagai etika yang menyatu dalam kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia. Novel Dadaisme karya Dewi Lestari mengungkapkan berbagai persoalan etika yang berkaitan dengan (1) tokoh bertindak secara profesional; (2) tokoh bertindak santun terhadap sesama manusia. Untuk mengungkapkan masalah tersebut digunakan pendekatan etika normatif, teknik pembacaan secara mendalam dan dialektik dengan memperhatikan etika yang terdapat dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) tokoh bertindak secara profesional selama menjalankan tugas; (2) tokoh bertindak santun terhadap sesama manusia diwujudkan melalui kebiasaan berbicara, sikap penghormatan terhadap orang lai

    Strisadhu

    Get PDF
    Abstract Untuk menguji kesetiaan Dewi Uma, Dewa Siwa memberikan titah kepada Dewi Uma untuk turun ke marcepada (bumi) untuk mencari empehan lembu (susu). Namun dalam perjalanannya Dewi Uma bertemu dengan pengembala lembu, banyak syarat yang diberikan pengembala lembu kepada Dewi Uma, sehingga terjadilah percintaan diantara mereka. Namun dibalik semua itu yang mana Dewa Siwa sebenarnya adalah nyuti rupa menjadi pengembala lembu itu sendiri, marah dan murka terhadap Dewi Uma . Dengan kemurkaannya itu Dewa Siwa pun mengutuk Dewi Uma menjadi durga yang disimbulkan dengan Rangda

    DEWA-DEWI MESIR KUNO SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI KRIYA KAYU

    Get PDF
    Mesir kuno memiliki gaya yang aneh daripada karya seni peradaban kuno lainnya. Selain mewujudkan dewa-dewi mereka dengan unsur binatang, orang Mesir kuno juga menggambar dengan bentuk anatomi yang tidak masuk akal. Meski demikian, orang-orang Mesir kuno sangat mengagungkan dewa-dewi mereka, terbukti dari karya-karya seni mewah yang mereka tinggalkan menunjukkan bahwa sang seniman Mesir kuno membuat karya yang pantas untuk dipersembahkan bagi para raja dan dewa. Keanehan-keanehan inilah yang justru membuat seni Mesir kuno sangat unik dan khas yang membuat perupa tertarik untuk mengangkat “Dewa-Dewi Mesir Kuno Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Kriya Kayu”. Metode penciptaan yang perupa lakukan terdiri dari tiga tahapan, yakni eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Karya terdiri dari enam dewa-dewi Mesir kuno, yaitu Osiris – dewa kehidupan dunia dan akhirat, Isis – dewi langit, Seth – dewa kehancuran dan badai, Bast – dewi kesenangan dan cinta, Sekhmet – dewi api dan perang, serta Hathor – dewi persalinan dan kelahiran. Karya-karya tersebut dipasangkan karya tambahan sebagai pendukung karya utama yaitu dengan simbol nekhbet yang berbentuk burung kondor (burung bangkai) sebagai simbol dewa-dewi Mesir Hulu dan uraerus yang berbentuk ular sebagai simbol dewa-dewi Mesir Hilir.Kata kunci: Mesir kuno, Kriya kayu, Dewa-dew

    Sri Mulih Pendawa Sebagai Sarana Pelengkap Grebeg Sekaten Di Keraton Kasunanan Surakarta

    Get PDF
    Lakon Sri mulih Pendawa merupakan garapan baru yang menggabungkan lakon versi Jawa dengan versi Mahabarata. Keluarga Pendawa mengalami Ă‚ ketidak tenteraman karena Ă‚ Dewi Sri dan Sardono murca bersama dengan Ă‚ lumbung padinya dari Ă‚ tempat Ă‚ penyimpanan. Ă‚ Dewi Sri bertempat di keraton Pundak Sitegal suatu keraton baru yang dipimpin seorang raksasa yang arif bijaksana. Untuk mengembalikan Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran dan kebahagian hadir seorang tokoh Probokusuma berasal dari kahyangan Untoro Segoro yang mencari pengakuan putera janaka. Probokusumo akan diterima sebagai anak janaka jika dapat mengembalikan Dewi Sri. Atas pertolongan Ă‚ Burung Goh Endro Probokusuma dapat memboyong Dewi Sri setelah kembang Ajari Tangan dapat dibawa bersama Sardono. Kembalinya Dewi Sri dan Sardono bersama lumbung padi, Lesung dan alat penunbik padi Ă‚ ketempat penyimpanan sebagai tanda kemakmuran, kebahagianan dan ketenteraman keraton Amarta.Ă‚ Sri Mulih Pendawa play is a new performance that blends Javanese version play and Mahabarata version. Pendawa families went through tumultuous life because Dewi Sri and Sardono were wrathful with their rice mill out of its storage. Dewi Sri dwelled in Pundak Sitegal palace, a new royal palace led by a noble and wise king. To return Dewi Sri as a goddess of prosperity and happiness, a figure named Probokusuma came from Untoro Segoro heaven, who searched for admittance of Janaka son. Probokusuma would be admitted as Janaka son if he could return Dewi Sri. By dint of Goh Endro bird, Probokusuma could carry away Dewi Sri after Sardono had brought Ajari Tangan flower. The return of Dewi Sri and Sardono with the rice mill, trough and rice masher to the storage represents prosperity, happiness, and convenience of Amarta royal palace

    DEWI SRI SEBAGAI FIGUR IBU MITOLOGIS: TINJAUAN NARASI DAN VISUAL FOLKLOR JAWA TIMUR

    Get PDF
    Dewi Sri is a character in Javanese mythology. This goddess is close to the Javanese community, especially the farming community. Dewi Sri as the goddess of rice is widely written in ancient literature as well as in oral literature (folklore). In practice, Dewi Sri is often mentioned in traditional rituals and beliefs of the Javanese people. The cult of Dewi Sri is proof of the existence of a deity in the form of mother in the belief system of patriarchal Javanese society. The research on Dewi Sri as a mythological mother figure is important as a source of creating works of art or digital literature based on local wisdom. So, the focuses of this research is to find the character of Dewi Sri based on narratives and visual review and to analyse Dewi Sri as a mythological mother. This is a qualitative research with a social representation  approach. The data is in the form of text or verbal speech. Sources of data are the people of East Java. Data collected by interview and literature study. The result shows that Dewi Sri has a feminine character as the positive mother archetype in Jung's concept. Visually, Dewi Sri is depicted with feminine symbols of adult women, which is visually different from the ancient art works. Meanwhile, the divine figure of Dewi Sri that found was a mythological mother and spiritual figure with a feminine opposition as "Mother Goddess". Javanese belief that Dewi Sri gives bless with fertility. The conclusion is that figure of Dewi Sri can be used as a source of creating art and literature based on local wisdom

    Somya Rupa (Babak 1)

    Get PDF
    Deskripsi karya : Dikisahkan Dewi Uma diiringi oleh para bidadari sedang mengasuh putranya yang bernama Sang Hyang Rare Kumara, didampingi oleh Sang Hyang Siwa di sorga (Siwaloka). Tiba-tiba Sang Hyang Rare Kumara terjatuh dari pangkuan ibundanya, yang mengakibatkan kepalanya pecah dan mengeluarkan darah segar. Seketika Dewi Uma merangkul kembali putranya yang masih bayi itu, namun anehnya darah Sang Hyang Rare Kumara berbau harum. Sertamerta dicicipinya darah tersebut oleh Dewi Uma. Melihat gelagat tak wajar itu Sang Hyang Siwa marah, beliau mengutuk Dewi Uma menjadi Dewi Durga, seorang raksasi yang sangat mengerikan, kemudian menyuruh Dewi Durga turun ke bumi menghuni kuburan (Setra Gandamayu). Pada suatu saat Sang Hyang Siwa sangat merindukan Dewi Uma. Karena rindunya yang tak tertahankan, maka beliau merubah wujutnya menjadi Sang Hyang Kala Rudra, seorang raksasa yang besar yang menakutkan. Sang Hyang Kala Rudra kemudian turun ke Marcapada (dunia) menemui istrinya, Dewi Durga. Pertemuan antara Sang Hyang Kala Rudra dan Dewi Durga mengakibatkan guncangan yang sangat luar biasa. Wabah penyakit menyebar ke mana-mana, banyak terjadi pembunuhan, kebakaran hutan, banjir, maupun gempa bumi. Sang Hyang Tri Semaya, yaitu Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Wisnu, dan Sang Hyang Iswara, turun ke dunia untuk menetralisir keadaan tersebut dengan menyelenggarakan berbagai bentuk kesenian, yakni Sang Hyang Brahma menjadi Telek (peret), Sang Hyang Wisnu menjadi Topeng (tekes), Sang Hyang Iswara menjadi Barong (iswari) dan dalang (redep). Berkat peran Sang Hyang Trisemaya, maka keadaan dunia menjadiberangsur-angsur pulih kembali. Sang Hyang Kala Rudra dan Dewi Durga kembali ke wujud semula, yakni Sang Hyang Siwa dan Dewi Uma, yang berwajah lemah lembut (somya rupa). Selanjutnya kesenian dijadikan salah satu unsur tuntunan sekaligus tontonan

    Patra Yudha

    Get PDF
    Abstract Perilaku yang didasari dengan rasa emosi, akan menghasilkan suatu kegagalan dan penyesalan bagi dirinya sendiri. Disinilah rasa tenang dan sikap yang rendah hati, begitu berarti dalam menyikapi suatu masalah. Hal inilah yang dialami oleh Dewi Srikandi, saat perang tandingnya melawan Dewi Larasati dalam mengadu keahliannya memanah satu helai rambut. Dewi Srikandi mengalami kegagalan atas rasa emosi yang berlebihan saat melawan Dewi Larasati
    • …
    corecore