9 research outputs found
Aesthetical Transformation of Ramayana Performing Arts in Indonesia and Thailand
Over the years, the methods of preserving traditional performing arts have undergone a transformation in many states of Southeast Asia. In that, the performing art societies in Indonesia and Thailand have also made a shift in their conservation strategy from organizing the performing arts as a sacred rite with few participants to massive shows to entertain bigger audiences. This research intended to review the role of Maecenas (art protector) in enforcing the existence of Ramayanaperforming arts in three destinations in Indonesia and Thailand, namely Uluwatuâs Kecak Ramayana in Bali and Prambananâs RamayanaBallet in Central Java, both located in Indonesia, and Khon Theater in Bangkok, Thailand. The research used a qualitative descriptive method with a functional theory approach. Data were collected through interviews, observation, and document review, following which they were analysed through interpretation. The result of the research showed that the aesthetical transformation of Ramayana performing arts in Indonesia and Thailand is determined by three factors, namely locality, time, and management.
Keywords: performing arts, Ramayana, art protector, conservatio
Penguatan Kompetensi Produksi Batik Gepyok pada Ibu-Ibu di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIa Kota Malang
Kegiatan pengabdian ini sebagai meningkatkan kompetensi narapidana melalui produksi batik gepyok. Selain itu persiapan dalam membangun wirausaha, mengingat mantan narapidana kurang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIa Malang sebagai lembaga pembinaan sosial narapidana untuk perempuan. Peserta pelatihan ini berjumlah 25 narpidana dari berbagai daerah di Indonesia. Pengabdian ini bertujuan untuk melatih narapidana di klas IIa Malang melalui keterampilan batik gepyok. Metode yang digunakan terdiri dari metode ceramah, diskusi, demonstrasi, praktik usaha dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan sebagai pembekalan strategi pengelolahan kewirausahaan. Hasil kegiatan pelatihan (1) memberikan pengetahuan baru dan keterampilan baru terkait batik gepyok, (2) menumbuhkembangkan minat warga binaan dalam merancang wirausaha baru pada bidang batik gepyok, (3) memberikan pengalaman secara nyata dalam implementasi aspek-aspek terkait manajemen usaha batik gepyok, dan (4) memberikan semangat motivasi dalam merancang kewirausahaan mandiri
DARI RITUAL KE SENI PERTUNJUKAN PADA KECAK RAMAYANA DI ULUWATU BALI
Kasus transformasi seni pertunjukan di Bali, pada saat ini tidak lagi menarik bagi seniman. Karena karya-karya mereka setelah munculnya jenis kegebyaran. Karya tari Bali lebih mengacu pada penampilan yang bersifat metropolis, modis, dan glamor. Hal ini merupakan kasus, yang hadirnya tidak disadari banyak peneliti. Karena banyak yang menaruh perhatian pada tampilan yang mampu membuat penonton menjadi terangkat prestisenya menjadi warga dunia, contohnya adalah penampilan hiburan tari pada makan malam G20 pada bulan November 2022. Karya tari yang masih tampak sebagai hasil transformasi dari ritual ke seni pertunjukan adalah kecak Ramayana. Penelusuran kasus transformasi ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan fokus pada wawancara mendalam, dan observasi secara langsung pada pertunjukan di Pura Uluwatu, selain dari pada itu membuat dokumentasi untuk memberikan penguatan dari data-data yang lain. Analisis data menggunakan teori Victor Turner; Rite de Passage, dan didasarkan pada tekstual dan kontestual. Hasil penelitian menunjukan bahwa transformasi ritual ke seni pertunjukan Kecak Ramayana sebagai simbol kekuatan dan kekokohan dari capaian pengalaman pengalaman sosial komunitas Sekaa Karang Boma di Uluwatu sebagai bentuk kekuatan kebersamaan yang mencapai pada kekokohan sosial
The Aesthetics of the Hanoman Character in the Performing Arts of the Indonesia-Thailand Ramayana Stories
This article explains the aesthetics of the Hanoman character in the performing arts of the Indonesia-Thailand Ramayana stories. Ramayana stories are written by Valmiki from India, and Hanoman is described as a âwhite monkeyâ in these stories. Indonesia and Thailand are two states in Southeast Asia where the characters in the Ramayana stories undergo the so-called adaptation process. Hanoman is one of the characters. Therefore, the objective of this research was to describe the aesthetics of the Hanoman character in the context of performing arts. Qualitative descriptive methods were used. Data were collected through interviews with key informants and observations of Ramayana legacies in Indonesia and Thailand. The results show that the aesthetics of the Hanoman character are created from the image of local wisdom that is influenced by the spiritual mentality of Hinduism.
Keywords: adaptation process, performing arts, spiritual mentalit
KINERJA GURU SENI BUDAYA MENDORONG KEWIRAUSAHAAN MANDIRI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SE KOTA MALANG
This article examines the work of art and culture teachers applying entrepreneurship lessons in Vocational High Schools (SMK) throughout Malang, East Java. Entrepreneurship encourages student entrepreneurship from working in the industrial sector and government institutions. Receiving students to move industries that continue to improve The purpose of this study is to examine teacher performance Encouraging students to become entrepreneurs. This research method is descriptive quantitative. Data collection techniques through a questionnaire with Google Form on 11 art and culture teachers who are members of the Subject Teachers Association (MGMP) throughout Malang. Vocational Middle School (SMK) in Malang City is a school that is demanded from the implementation of entrepreneurship so that students have a great opportunity to utilize it as industrial technical personnel. The results showed more male teachers than female teachers, 54.5% male teachers, 45.5% educational background, as motivating students to produce applied art 81.8%. While male teachers are able to encourage students to practice as sellers of school work in markets close to the school. Key Words: Vocational High School, Entrepreneurship, Cultural Arts Teacher, Applied Art
Perceptions of Senaputra Dance Students About the Art of Classical Dance and Traditional Creations
Around the 1970s, professional dance arts education for the general public began to grow. Students of professional dance were mostly the sons and daughters of wealthy individuals or government officials. Dance was regarded as a source of prestige for parents at the time. Such a perception exists because society is unable to contribute to the development of such status. After 50 years, though, that perception has changed. This study considered Sanggar Tari Senaputra Malang with the aim of examining the differences in perceptions among dance students at professional dance facilities. This was descriptive qualitative research and data were collected through observations of training activities and interviews with the leader of the Senaputra Dance Workshop (Siti Sofiana, 47 years old) and four trainers. Data were analyzed using phenomenological interpretation. The results demonstrated that: (1) classical dance takes a relatively long time to learn and is personal in nature to gain social prestige; and (2) traditional dance creations are simpler and faster to learn, and tend to establish social relationships.
Keywords: classic dance, traditional dance, dance teacher, Sanggar Danc
KESATRIA HANOMAN DALAM EKSPRESI KERAMIK SENI
ABSTRAK  âAfaf Hasyimy, Muhammad. 2016. Kesatria Hanoman dalam Ekspresi Keramik Seni. Skripsi, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dr. Ponimin, M.Hum. Kata Kunci: kesatria Hanoman, penciptaan, seni keramik  âAfaf Hasyimy, Muhammad. 2016. Kesatria Hanoman dalam Ekspresi Keramik Seni. Skripsi, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dr. Ponimin, M.Hum. Kata Kunci: kesatria Hanoman, penciptaan, seni keramik Kesenian tradisional wayang perlahan mulai tergantikan oleh budaya modern, seperti film, televisi, media online, jejaring sosial, dan lain sebagainya, bahwa kemajuan teknologi menggeser kesenian tradisional dan berdampak pada perkembangan pola pikir generasi penerus. Hal tersebut membuat pencipta merasakan gelisah. Selanjutnya diolah menjadi sebuah ide penciptaan karya seni. Pada penciptaan ini, penulis terinspirasi cerita kesatria Hanoman yang terkandung tentang ajaran moral dan rasa nasionalisme budaya dalam karya seni keramik. Seni keramik dipilih oleh pencipta yang diungkapkan sebagai media komunikasi visual selanjutnya untuk dipresentasikan ke dalam sebuah pameran. Penciptaan karya seni keramik bermula dari eksplorasi atau menemukan suatu konsep penciptaan yang di dalamnya terdapat suatu ide/gagasan, tema, objek penciptaan karya seni, dan kajian karya terdahulu. Hal tersebut sebagai acuan dalam penciptaan seni keramik ini. Selanjutnya dilakukan penyusunan sebuah konsep bentuk berupa figuratif deformatif dan figuratif dekoratif. Setelah proses tersebut dilanjutkan pada tahap proses visualisasi awal, yakni meliputi pembuatan gambar sketsa alternatif, setelah itu menentukan gambar sketsa terpilih. Proses selanjutnya yakni pengolahan bahan, meliputi proses percampuran tanah liat dan perbandingan bahan berupa ball clay 50%, stoneware 20%, dan pasir samot 30%. Tahap selanjutnya adalah pembentukan wujud dan proses pembentukan karya tersebut dilakukan dengan teknik pinching dan teknik pilinan. Tahap berikutnya yakni tahap pembakaran karya menggunakan tungku bak terbuka. Selanjutnya proses finishing karya dengan menggunakan polish wax floor polish untuk memberikan kesan antik. Setelah semua karya sudah jadi, tahap selanjutnya adalah memberikan deskripsi pada setiap karya yang meliputi penjelasan bentuk dan makna yang terkandung di dalam setiap karya. Tahap berikutnya adalah presentasi karya berupa dipamerkannya seluruh karya yang sudah diciptakan untuk diapresiasi oleh para apresiator. Hasil proses kreatif berupa delapan karya seni keramik dengan media fisik tanah liat dan media estetik berupa bentuk dan ruang, serta tekstur. Bentuk karya ini secara visual memiliki karakter deformatif dekoratif. Dengan mengangkat tema Kesatria Hanoman, diharapkan melalu karya ini dapat menyampaikan pesan moral yang terkandung. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai motivasi dalam membentuk karakter diri dan pembelajaran setiap masyarakat. Dalam penciptaan karya seni keramik ini, diharapkan dapat memberikan nilai-nilai edukatif kepada generasi sekakarang agar lebih menghargai dan mengenal budaya. Selain itu, melalui penciptaan karya seni keramik ini diharapkan menjadi salah satu pengembangan budaya wayang dan pesan moral yang diangkat dari ketokohan kesatria Hanoman
PEMBAGIAN KERJA BERDASARKAN GENDER PADA SENTRA GERABAH DESA PAGELARAN MALANG JAWA TIMUR
Artikel ini mengkaji tentang pembagian kerja produksi gerabah di Desa Pagelaran Malang Jawa Timur. Desa Pagelaran adalah salah satu sentra produksi gerabah tradisional. Produksi gerabah, pada waktu lampau merupakan industri rakyat yang penting dalam menyangkal kehidupan ritual dan sosial. Pola kerja perajin gerabah di Desa Pagelaran memiliki keunikan khusus, yaitu laki-laki dan wanita ikut terlibat dalam produksi. Pembagian kerja mereka memiliki implikasi sosial kultural. Tujuan penelitian ini mengungkap dan mendeskripsikan pola kerja berdasarkan gender, antara laki-laki dan wanita. Pembagian itu berpengaruh pada jenis gerabah produksi grabah yang dihasilkan. Metode penelitian fungsional stuktural, data yang dikumpulkan adalah kata-kata dan tindakan masyarakat pelaku dengan cara wawancara, observasi, dan kajian dokumen. Penelusuran data awal menggunakan rujukan narasumber kunci, Sutrisno (53 th) salah seorang perajin tradisional yang responsif terhadap progresivitas produksi sebagai produk komersial, dan Yatmono (57 th) ketua paguyuban perajin gerabah Pagelaran. Observasi mempertimbangkan pola interaksi sosial, hubungan kekerabatan, dan sistem pembagian kerja. Analisis data menggunakan interpretatif. Hasil kajian menunjukan, (1) pembagian genetik dan produk gerabah. (2) produksi gerabah memiliki makna keseimbangan peran, dan (3) produk gerabah menjadi komplementer oposisional antara peran wanita dan laki-laki
Comical Attractions of Hanoman as Commercial Tractive Power of Kecak Ramayana in Pura Uluwatu Bali
The article examines the commercial tractive power of Kecak Ramayana in Pura Uluwatu Bali. Kecak Ramayana has become tourism commodity since 1930s, thanks to I Wayan Limbak and Walter Spies. One of characters in Kecak Ramayana is Hanoman, considered as the most attractive character. The Ramayana Story is a sacred epic recounting the struggle of Sri Rama against the evil of Rahwana, King of Alengka. Foreign tourists love this story and seem fairly enthusiastic to see the show. The number of foreigners who come to see Kecak Ramayana has increased every year, impacting the commercialization of Kecak Ramayana as tourism art. The tractive power behind the show becomes the question that warrants exploration. The research methodology employs observational qualitative descriptive, gathering data from interview and field observation. Data analysis involves two techniques, namely visual textual descriptive and interpretative. The result of research consists of three aspects, respectively (1) the role of Hanoman character in Kecak Ramayana, (2) the comedic allure of Hanoman as spectator decoy, and (3) the impact of Hanomanâs comedic appeal on the commercial success of Kecak Ramayana.
Keywords: kecak Ramayana, tourism commodity, tourism ar