12 research outputs found

    EFFECT ON AUTO TRANSPLANTION TO ESTRADIOL LEVEL OF EARLY MENOPAUSE WISTAR RATS

    Get PDF
    Latar Belakang : Modalitas pengobatan utama untuk tumor ganas adalah operasi, kemoterapi dan / atau radioterapi yang bersifat gonadotoksik. Terapi kanker dapat mempengaruhi fungsi ovarium, baik produksi hormon dan potensi reproduksi. Konsekuensi terburuk adalah insufisiensi ovarium prematur dan infertilitas. Salah satu  cara mempertahankan fungsi reproduksi berupa simpan beku dan auto transplantasi ovarium. Metode: Penelitian eksperimental analitik ini dilakukan pada 27 tikus Wistar (Rattus novergicus) yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1 (K1) tidak dilakukan bilateral ooforektomi. Kelompok 2 (K2) dilakukan bilateral ooforektomi tanpa auto transplantasi. Kelompok 3 (K3) dilakukan bilateral ooforektomi dengan auto transplantasi. Pengambilan sampel dilakukan pada hari pertama, hari ke delapan (tujuh hari pasca bilateral ooforektomi, pada masa early menopause) dan harike 36 (28 hari setelah auto transplantasi). Pengukuran kadar estradiol menggunakan rat estradiol ELISA kit. Analisis data menggunakan ANOVA test dan Post Hoc test pada SPSS (Software Package for Social Science). Hasil : Rerata kadar estradiol yang diukur pada hari ke 36 pada K1=15,889 ng/mL, pada K2=14,879 ng/mL dan pada K3=22,664 ng/mL. Tidak didapatkan perbedaan signifikan antara K1 dan K2 (p>0,05). Didapatkan perbedaan bermakna antara K1 dan K3 (p< 0,05), juga antara K2 dan K3 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh auto transplantasi pada kadar estradiol. Kesimpulan : Ada pengaruh auto transplantasi terhadap kadar estradiol pada tikus Wistar early menopause. Kadar estradiol pada kelompok dengan auto transplantasi meningkat sangat signifikan (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok tanpa auto transplantasi.Kata Kunci : Kadar estradiol, Early menopause, Auto transplantas

    PERBEDAAN KECEMASAN DAN KUALITAS HIDUP WANITA MENOPAUSE DI WILAYAH RURAL DAN URBAN

    Get PDF
    Menopause merupakan proses alamiah pada wanita terkait dengan penuaan. Proses tersebut berdampak terhadap turunnya kualitas hidup atau Quality of Life (QoL) para wanita menopause akibat beragam gejala baik fisik maupun kejiwaan khususnya peningkatan kecemasan. Kecemasan saat menopause dipengaruhi oleh banyak hal seperti ada tidaknya sindrom menopause, tingkat pengetahuan dan wilayah demografi. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan derajat kualitas hidup dan tingkat kecemasan pada wanita menopause di wilayah rural dan urban.  Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di wilayah rural (pedesaan) dan urban (perkotaan). Besar sampel adalah 100 wanita menopause yang tinggal di wilayah rural dan 100 wanita menopause bertempat tinggal di wilayah urban yang dipilih melalui fix disease sampling. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.  Penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan antara wanita menopause di wilayah rural dengan urban dengan nilai signifikansi  . Penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan derajat kualitas hidup antara wanita menopause rural dengan wanita menopause urban, baik pada domain Occupational QoL, Health QoL  Sexual QoL dan  Emotional QoL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan dan kualitas hidup pada wanita menopause yang bertempat tinggal di rural dengan wanita menopause yang bertempat tinggal di urban

    Apakah Endometriosis Mempengaruhi Kualitas Embryo pada Pasien Invitro Fertilization?

    Get PDF
    Latar Belakang Invitro Fertilization merupakan salah satu manajemen infertilitas yang baik, namun masih didapatkan adanya kesamaan peluang kegagalan perkembangan embrio sebanyak 50% dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami endometriosis.Tujuan: untuk mengetahui hubungan endometriosis dan kualitas embrio pada pasien yang menjalani program invitro fertilization.Metode: Data yang dikumpulkan merupakan data pada rekam medis pasien Klinik Fertilitas Sekar yang menjalani invitro fertilization di Klinik Fertilitas Sekar RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada Januari 2010 – Desember 2019. Analisis menggunakan uji deskriptif dan Uji T tidak berpasangan. Hasil dianggap signifikan jika p ≤ 0,05.Hasil dan Pembahasan: Dalam penelitian ini, rerata kualitas embrio baik memiliki perbedaan yang signifikan (p0.05).Kesimpulan: Endometriosis memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas embrio pada wanita yang menjalani program IVF

    Mosaic Form of Turner Syndrome

    Get PDF
    Objective: To report a case of breast growth disorder in a mosaic form of Turner Syndrome. Turner syndrome is a chromosomal condition characterized by small height and primary ovarian insufficiency that affects one in every 2500 female births. Mosaicism is likely to occur when monosomy X develops in only a few cells during development. The clinical presentation of Turner syndrome mosaicism is atypical, with symptom severity varying based on the number of affected cells. This case discusses issues with secondary sex development, including mild hyperandrogenism, and explores how combination hormonal treatment can aid in enhancing secondary sex development. Method: Case Report. Case: A 21-year-old woman presented with chief complaint of the lack of breast enlargement. She exhibited normal genitalia internally and externally and had a regular menstrual cycle. Karyotyping revealed a mosaic pattern of 45, X/46, XX (1 percent/99%) with normal estradiol levels and elevated testosterone levels (indicating mild hyperandrogenism). The patient underwent two cycles of hormone therapy using Ethinyl Estradiol and Drospirenone, resulting in breast growth progression from Tanner stage 1 to Tanner stage 2. Conclusion: Mosaicism in Turner syndrome is plausible, and the severity of clinical symptoms correlates with the number of defective chromosomes. The presentation of Turner syndrome mosaicism varies, and therapy should be tailored to address specific symptoms. While breast development is observed in some girls with Turner Syndrome, instances of breast growth disorder may occur, involving estrogen activity and estrogen receptor sensitivity. Although the exact cause of impaired breast growth remains unknown, administering estrogen in such cases can improve secondary sexual characteristics. Keywords: mild hyperandrogenism, mosaicism, turner syndrom

    Edukasi Skrining COVID-19 pada Program Teknologi Reproduksi Berbantu di Era Pandemi COVID-19

    Get PDF
    In the era of the coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic, COVID-19 screening education is essential for the general public, especially for those who undergo assisted reproductive technology (ART) programs. Understanding the preventive measures and precautions of COVID-19 during the treatment process is necessary. Health care staff must also understand the importance of proper COVID-19 screening and control measures. This educational activity is in the form of a YouTube live streaming program that can be followed by the general public, including infertile couples who want to know about infertility, examination procedures, COVID-19 screening guidelines, and the TRB program. Education about COVID-19 screening can minimize stigma and enhance public confidence in the screening procedures. The results of this educational delivery make the general public, especially couples who will undergo the ART program, ready and have the ability to undergo COVID-19 testing, services, and screening. In addition, by providing education and implementing effective screening, we can work together to combat the COVID-19 pandemic and ensure that people receive quality and safe health services

    Pengaruh Media Terkondisi Sel Punca Mesensimal (MT-SPM) terhadap Histopatologi Pankreas Tikus Model DM Tipe 2

    Get PDF
    Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling banyak terjadi. Berbagai macam terapi telah digunakan untuk menangani DM (Diabetes Mellitus) tipe 2, namun masih terdapat keterbatasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh MT-SPM terhadap histopatologi pankreas dan jumlah sel normal Langerhans pada tikus model diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan desain Posttest Control Group. Sebanyak 27 ekor tikus Sprague Dawley jantan dibagi menjadi 3 kelompok: kontrol normal (K(-)) yaitu 9 tikus sehat, kontrol diabetes (K(+)) yaitu 9 tikus yang diinduksi DM tipe 2 dengan 60 mg/kg BB STZ (i.p) dan 120 mg/kg BB NA (i.p), dan kelompok perlakuan (P) yaitu 9 tikus yang diinduksi DM tipe 2 dan diberi perlakuan dengan 0,1 ml/200 g BB (i.p) setiap 3 hari selama 10 kali. Pada hari ke-30 setelah perlakuan, tikus dikorbankan dan diambil jaringan pankreasnya untuk diuji histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hasil tersebut dianalisis dengan program Image J. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbaikan pada profil histopatologi pankreas dan terdapat peningkatan jumlah sel normal di islet Langerhans pada kelompok perlakuan yang diberi MT-SPM dibandingkan kelompok kontrol positif

    The success rate of intrauterine insemination in sperm preparation swim-up method at room temperature compared to the incubator temperature

    Get PDF
    HIGHLIGHTS • There were no significant differences in TMSC, sperm motility, sperm morphology, and DFI in sperm preparation using the swim-up method at 27°C and 37°C. However, this study provided an overview of the average improvement of DFI at 27°C compared to 37°C. • There was no significant difference in the pregnancy rate of IUI in sperm preparation using the swim-up method at 27°C and 37°C.   ABSTRACT Objective: This study aimed to determine the effect of temperature during sperm preparation on total sperm motile count (TMSC), sperm motility, sperm morphology, DNA fragmentation index (DFI), and pregnancy rate. Materials and Methods: A quasi-experimental laboratory study with pre- and post-test control group was conducted at Sekar Fertility Clinic, Dr. Moewardi General Hospital, Surakarta, Indonesia. A total of 20 sperm samples from infertile patients were prepared using the swim-up method at 27°C (group 1) and 37°C (group 2). TMSC, motility, morphology, and DFI examinations were performed. In addition, IUI was performed to confirm pregnancy rate. Sperm DNA fragmentation was determined using Sperm Chromatin Dispersion/SpermFunc DNAf test. Sperm DNA fragmentation was characterized by a halo <30% of the volume of the sperm head. Results: Group 1 had mean TMSC of 13.77 ± 9.30, while group 2 had 14.82 ± 8.82; p=0.218. Group 1 had a motility value 82.25+12.77 and group 2 had 82.55 ± 11.69; p=0.968. The morphological value for group 1 was 11.25 ± 5.15 and group 2 was 11.6 ± 5.34; p=0.626. The mean DFI for group 1 was 17.79 ± 10.88 and group 2 was 18.18 ± 12.95; p=0.765. Pregnancy rate in group 1 was 10% and group 2 was 20%; p=1.000. Conclusion: There were no significant differences in TMSC, sperm motility, sperm morphology, DFI, and pregnancy rate in sperm preparation using the swim-up method at 27°C and 37°C

    Perbandingan Faktor Risiko antara Pertumbuhan Janin Terhambat Onset Dini dan Lambat di RSUD Dr. Moewardi

    No full text
    Tujuan: Mengetahui perbandingan faktor risiko antara pertumbuhan janin terhambat onset dini dan lambat di RSUD Dr. Moewardi.Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional menggunakan data sekunder rekam medis ibu dengan pertumbuhan janin terhambat di RSUD Dr. Moewardi mulai 1 Januari 2020–31 Desember 2021. Pengambilan data menggunakan teknik total sampling, Data diolah menggunakan SPSS dan dianalisis menggunakan uji univariat, kemudia bivariat yaitu uji Chi Square.Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada variabel usia, paritas, Indeks Massa Tubuh (IMT), pekerjaan ibu, hipertensi, preeklamsi, diabetes melitus, anemia, asma antara pertumbuhan janin terhambat onset dini dan onset lambat (p>0,05).Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada usia ibu, paritas, Indeks Massa Tubuh (IMT), pekerjaan ibu, preeklamsi, hipertensi, diabetes melitus, anemia, asma antara kejadian pertumbuhan janin terhambat onset dini dan lambat di RSUD Dr. Moewardi.Comparison of Risk Factor For Early and Late Onset Intrauterine Growth Restriction in RSUD Dr. MoewardiAbstract Objective: To find out the comparison of risk factors between early-onset and late onset intrauterine growth restriction at RSUD Dr. Moewardi.Method: This research is an analytical observational with a cross sectional approach was done by using medical records of pregnant woman with intrauterine growth restriction at RSUD Dr. Moewardi from January 1, 2020– December 31, 2021. Data was collected using a total sampling technique. And processed by SPSS then analyzed using univariate test, and Chi Square test.Results: The results of bivariate analysis showed that there was no significant differences of age, maternal employment, parity, Body Mass Index (BMI), maternal employment, hypertension, preeclampsia, diabetes mellitus, anemia, asthma between early-onset and late-onset with intrauterine growth restriction (p>0,05).Conclusion: There were no significant differences of maternal age, parity, Body Mass Index (BMI), preeclampsia, maternal employment, hypertension, diabetes mellitus, anemia, asthma between early and late onset intrauterine growth restriction at RSUD Dr. Moewardi.Key words: Risk Factor, Intrauterine Growth Restriction, Early Onset, Late Onse
    corecore