8 research outputs found

    EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN HARGA OBAT GENERIK TAHUN 2010 TERHADAP HARGA JUAL, KETERSEDIAAN, DAN KETERJANGKAUAN OBAT DI APOTEK SWASTA KABUPATEN JEMBER

    Get PDF
    One of government\u27s efforts to guarantee people access on essential medicine is by applying a policy concerning with generic medicine prices. The purpose of the research was to find out the variation and the ratio of generik and branded medicine selling prices in comparison with Harga Jual Apotek (HJA) - Pharmacy Selling Price - based on the regulation of Health M inistry and International Reference Prices (IRPs) 2010 and their availability and affordability in some private pharmacios in Jember. The research design was a descriptive non experimental. The data collected retrospectively toward generik and branded medicines mostly prescribe during April-August 2010 include their prices and affordability. Research result showed that the ratio of generik medicine selling price toward HJA was 0.14-9.09 times and 0.26- 114.06 times. On the other hand, the ratio of generic and branded medicine selling price toward IRPs 2010 was 0.03- 16.67 times and 0.09-501.88 times. In 50 kinds of mostly prescribed medicines, 35 of them were generik medicines with affordibility range 11.4%-93.2%. In the matter of affordability, it needs 1 working day to do a therapy using generik medicines for diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia, rheumatoid arthritis, and infection cases. In contrast, it requires 1-35 working days to do those therapies using branded medicines with Regional Minimum Salary of Rp.33.2200.OO for each working day

    Drug Interaction Study in Type 2 Diabetes Mellitus with Hypertension Patients at X Hospital, Jember Regency

    Get PDF
    Diabetes melitus dan hipertensi merupakan penyakit yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Hipertensi berkontribusi terhadap perkembangan dan perkembangan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular pada diabetes. Pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi dapat memperoleh banyak obat (polifarmasi). Hal ini berisiko menimbulkan Drug Related Problem, salah satunya interaksi obat. Adanya interaksi obat dapat menyebabkan kegagalan terapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko terjadinya interaksi obat pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi. Metode penelitian menggunakan deskriptif non eksperimental secara retrospektif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan rekam medis pasien rawat inap rumah sakit X di Jember. Sebanyak 32 pasien memenuhi kriteria inklusi selama durasi satu tahun data pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan pasien paling banyak adalah pasien wanita dengan rentang usia 45 – 54 tahun dan 55 – 64 tahun dan penyakit penyerta paling banyak adalah peptic ulcer. Pengobatan diabetes paling banyak menggunakan terapi tunggal insulin short-acting, sedangkan terapi hipertensi menggunakan kombinasi candesartan dan amlodipin. Analisis potensi interaksi obat antara antidiabetes dan antihipertensi menunjukkan interaksi obat terjadi pada 17 pasien dengan kejadian tertinggi yaitu interaksi insulin short-acting dengan candesartan sebanyak sembilan kasus dengan tingkat interaksi mayoritas moderat

    Upaya Pencegahan Stunting dengan Optimalisasi Peran Posyandu Melalui Program Kemitraan Masyarakat

    Get PDF
    Permasalahan gizi yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus di Indonesia adalah stunting. Kasus stunting juga ditemukan di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Meskipun penanganan stunting membutuhkan waktu yang panjang, intervensi gizi-sensitif dan gizi-spesifik perlu untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memfasilitasi warga di Posyandu Aster 138A Jember berkaitan dengan upaya pencegahan stunting melalui kegiatan penyuluhan dan budidaya tanaman hidroponik, penyediaan sarana bermain ramah anak serta pelatihan pembuatan makanan tambahan. Kegiatan yang dilakukan selama kurun waktu Juli-September 2019 telah memberikan dampak dan hasil positif berupa peningkatan pengetahuan dan pengalaman dari para kader dan juga anggota Posyandu Aster 138A tentang urban farming melalui budidaya tanaman hidroponik serta pembuatan makanan tambahan dalam bentuk kukis dan nugget yang kaya akan zat besi. Selain itu, pada kegiatan pendirian sarana bermain anak yang dapat merangsang aktivitas motorik juga disambut baik oleh anak-anak yang berada di lingkungan Posyandu Aster 138A. Sebagai kesimpulan, program-program yang mendukung intervensi gizi-sensitif dan gizi spesifik dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sasaran. Program seperti ini diharapkan dapat dilakukan berkelanjutan untuk membantu mencegah stunting di Indonesia

    Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Diare Menggunakan Metode ATC/DDD di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember

    Get PDF
    Pendahuluan: Diare merupakan masih menjadi masalah utama di seluruh dunia dan menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di segala usia. Sebagian besar kasus diare disebabkan oleh virus bersifat self limiting disease. Namun sayangnya, diare menjadi salah satu penyakit yang rentan menyebabkan overuse dan misuse dari penggunaan antibiotik. Hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko terjadinya resistensi antibiotik. Surveilans pola peresepan antibiotik merupakan bagian penting dalam pengendalian resistensi antibiotik dan perlu dilakukan secara secara rutin dari waktu ke waktu. Tujuan: Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diare di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember tahun 2021 menggunaakan metode ATC per DDD serta melihat kesesuiaan pemilihan antibiotik berdasarkan PPK tahun 2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan metode retrospektif. Pengambilan data dilakukan terhadap 55 rekam medis pasien diare rawat jalan di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember tahun 2021 yang memenuhi kriteria. Data penggunaan antibiotik dihitung nilai sesuai indikator DDD per 1000 pasien per hari, Drug Utilization (DU) 90 persen serta kesesuaian dengan PPK 2017. Hasil: Karakteristik responden menunjukkan jumlah pasien diare perempuan lebih banyak dibanding pasien laki-laki (63,64 persen vs 36,36 persen). Persentase diare terbanyak terjadi pada kelompok usia 18-25 tahun dan 36-45 tahun dengan persentase masing-masing sebesar 21, 82 persen serta diagnosis paling banyak adalah gastroenteritis akut (GEA) yaitu sebesar 67,27 persen. Total penggunaan antibiotik pada pasien diare sebesar 5,98 DDD per 1000 pasien per hari dengan antibiotik yang sering diresepkan adalah kotrimoksazol dengan nilai 3,59 DDD per 1000 pasien per hari dan menyusun 60,13 persen dari segmen DU 90 persen. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien GEA sebesar 94,59 persen. Sedangkan untuk pasien dengan diagnosis disentri, persentase kesesuaian penggunaan antibiotik didapatkan sebesar 38,88 persen. Kesimpulan: Kotrimoxazol paling tinggi diresepkan dalam terapi diare di Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember dan menunjukkan persentase 60,13 persen dalam segmen DU 90 persen, sehingga perlu adanya evaluasi terkait ketepatan penggunaan sebagai upaya untuk mengendalikan jumlah peresepan antibiotik tersebut guna mencegah resiko resistensi  antibiotik

    Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penggunaan Suplemen dan Obat Tradisional pada Tenaga Kesehatan di Jember selama Pandemi COVID-19

    Get PDF
    Healthcare workers play the role as the front line in treating COVID-19 patients, so they are at risk of being exposed by this virus therefor it is necessary to always maintain health and increase their immunity. One way is taking supplements or traditional medicines. The behavior of taking supplements or traditional medicines is influenced by knowledge and attitudes. The purpose of this study was to determinate the knowledge, attitudes, and behavior of using supplements and traditional medicines among healthcare workers in Jember during the COVID-19 pandemic. This research was an observational analytic study with a cross-sectional design involving 376 healthcare workers in Jember selected by convenience sampling method.The data collection instruments was questionnaires. The results showed that the majority of respondents had good knowledge (52.1%) and moderate attitudes (59.0%). Sociodemographic factors that influence knowledge are level of education and the type of healthcare worker, while the factors that influence attitudes are age, level of education, type of health worker, and working time. There is a significant relationship (p≤0.05) between knowledge and attitudes which can be concluded that knowledge influences attitudes towards the use of supplements and/or traditional medicines &nbsp

    Gambaran Penggunaan Antibiotik di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

    Get PDF
    Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan berdampak terhadap terjadinya resistansi. Oleh karena itu, studi penggunaan antibiotik perlu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik di bangsal penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangil Kabupaten Pasuruan dengan menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD). ATC/DDD adalah metode perhitungan penggunaan antibiotik secara kuantitatif yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan sumber data excel berupa rekapitulasi rekam medik. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dewasa di bangsal penyakit dalam sepanjang tahun 2017. Sejumlah 973 data dari keseluruhan populasi memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dilakukan berdasarkan pada karakteristik pasien, profil antibiotik dan perhitungan kuantitatif dengan metode ATC/DDD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah golongan sefalosporin sebesar 51,41%, sedangkan jenis antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu ceftriaxone dengan jumlah sebesar 25,86%. DDD/100 patient-days tertingi adalah ceftriaxone dengan nilai 27,79 DDD/100 patient-days. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode Gyssens untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik

    Evaluasi Dampak Kebijakan Harga Obat Generik Tahun 2010 terhadap Harga Jual, Ketersediaan, dan Keterjangkauan Obat di Apotek Swasta Kabupaten Jember

    No full text
    One of government�s efforts to guarantee people access of essential medicine is by applying a policy concerning with medicine prices. The purpose of the research is to find out the variation and the ratio of generic and branded medicine selling prices in comparison with Harga Jual Apotek (HJA) � Pharmacy Selling Price � base on the regulation of Health Department and International Reference Prices (IRPs) 2010 in some private pharmacies in Jember, and their availability and affordability. The research is a descriptive non experimental one. The data used is prescription document during April-August 2010. The data collecting is done retrospectively toward generic and branded medicines mostly given, including their prices and affordability. The ratio of generic medicine selling price toward HJA of Health Department 2010 is 0.14-9.09 times and for branded medicine, it is 0.26-114.06. On the other hand, the ratio of generic medicine selling price toward IRPs 2010 is 0.03-16.67 times, and 0.09-501.88 times for branded medicine. Out of 50 kinds of mostly given medicines, 35 of them are generic medicines with the percentage of availability range as much as 6.8%-100%, while 15 of them are branded medicines with the range of 11.4%-93.2%. In the matter of affordability, it needs 1 working day to do a therapy using generic medicines for diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia, rheumatoid arthritis, and infection cases. In contrast, it requires 1-35 working days to do those therapies using branded medicines with Regional Minimum Salary of Rp.33.200,00 for each working day. Base on the research, it shows that there is no conformity of generic and branded medicines selling prices between the rate which has been decided by the government and on real practice

    Phytochemical screening and the antimicrobial and antioxidant activities of medicinal plants of Meru Betiri National Park – Indonesia

    No full text
    The Meru Betiri National Park in Indonesia is host to more than 266 medicinal plants species, of which 10 were investigated for their phytochemicals as well as antioxidant and antimicrobial activities. A majority of the tested plant species contained polyphenols. The crude leaf extracts of Dioscorea esculenta possessed the highest antioxidant activity with IC50 of 26.8 µg mL−1. Escherichia coli was sensitive to Bryophyllum pinnatum and Hibiscus tilliaceus leaf extracts with similar minimum inhibition concentration (MIC) of 250 µg mL−1. Klebsiella pneumoniae was sensitive to Moringa oleifera leaf extract with MIC of 125 µg mL−1. Staphylococcus aureus was the most sensitive to leaf extracts of Hibiscus tilliaceus with MIC of 62.5 µg mL−1, Pseudomonas aeruginosa was sensitive to Lunasia amara leaf extract with MIC of 125 µg mL−1. Autobiographic TLC confirmed the presence of anti-microbial constituents in L. amara leaf extract
    corecore