Analisis Karya Fotografi: BnW Minimalism Magazine

Genre fotografi Black and White (BW) menjadi genre fotografi yang diminati oleh komunitas fotografi dalam Indonesia ataupun luar negeri. Fotografer seperti Ansel Adams atau Michael Kenna menjadi inspirasi bagi fotografer untuk bisa memulai karya fotografi BW. Karya fotografi mempunyai identitas tersendiri yang menggambarkan ciri khas dari seorang fotografer. Ciri khas dapat diidentifikasi dari warna, bentuk, atau ide. Penulis akan membahas identitas dalam karya fotografi BW dengan mengevaluasi karya fotografi yang terdapat pada majalah “BnW Minimalism Magazine” dimana didalamnya terdapat karya-karya fotografi BW dengan aliran minimalisme. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menganalisa pemenang karya fotografi BW sebagai identitas dari majalah tersebut. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini lebih mengacu kepada nilai-nilai estetetika dan simbol dalam foto sebagai ciri khas pada majalah

Penilaian Komposisi Rule of Thirds Pada Fotografi Menggunakan Bantuan Pengolahan Citra Digital

Rule of thirds adalah salah satu panduankomposisi yang paling dikenal oleh fotografer untukmenciptakan foto yang berkualitas [1]. Komposisi inididapatkan dengan membagi bidang gambar dalam tigabagian yang sama besar dan proporsional baikhorizontal maupun vertikal. Maka terbentuklah garisgarisimajiner dan empat titik perpotongan garisimajiner tersebut. Menurut aturan ini, sebaiknya bagianfoto yang paling menarik ditempatkan di salah satu titiktersebut [2]. Berdasarkan kajian psikologis, kemampuanmanusia untuk menilai dan mengklasifikasi estetikalebih bersifat kualitatif dan subjektif dan banyakmengacu pada persepsi visual dan ketertarikan padajenis fotografi yang berbeda-beda [3].Pada penelitian ini dibuat perangkat lunak untukmenilai komposisi rule of thirds sebuah foto. Foto dinilaidengan cara menghitung jarak antara centroid (pusatmassa suatu bangun) subjek foto dengan salah satu titikperpotongan rule of thirds yang terdekat. Centroidditentukan dengan menggunakan metode Monte Carlo,yaitu dengan cara menyebar sampel acak pada wilayahyang telah digunakan saat segmentasi subjek, kemudiansampel-sampel yang berada di area subjek akan dirataratauntuk mendapatkan centroid-nya. Jarak daricentroid ke titik perpotongan dinilai dengan menghitunghipotenusanya, setelah itu hipotenusa tersebutdibandingkan dengan hipotenusa dari keseluruhanbidang foto yang telah dikalikan dengan toleransi.Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakindekat jarak centroid subjek dengan salah satu titikperpotongan maka nilainya akan semakin tinggi, begitupula jika jarak centroid dengan salah satu titikperpotongan semakin jauh, maka nilainya akan semakinrendah. Namun, jika jarak antara centroid subjekdengan salah satu titik perpotongan terlalu jauh, makafoto dianggap tidak sesuai dengan rule of thirds dannilainya 0 (nol). Hal ini terjadi karena posisi subjekberada di tengah-tengah bidang foto.Kata Kunci—Aturan Sepertiga, Centroid, CitraFotografi, Estetika, Fotografi, Komposisi Fotografi,Integrasi Monte Carlo, Otsu Threshold, Rule of Thirds

PENILAIAN KOMPOSISI RULE OF THIRDS PADA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN BANTUAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Rule of thirds adalah salah satu panduankomposisi yang paling dikenal oleh fotografer untukmenciptakan foto yang berkualitas [1]. Komposisi inididapatkan dengan membagi bidang gambar dalam tigabagian yang sama besar dan proporsional baikhorizontal maupun vertikal. Maka terbentuklah garisgarisimajiner dan empat titik perpotongan garisimajiner tersebut. Menurut aturan ini, sebaiknya bagianfoto yang paling menarik ditempatkan di salah satu titiktersebut [2]. Berdasarkan kajian psikologis, kemampuanmanusia untuk menilai dan mengklasifikasi estetikalebih bersifat kualitatif dan subjektif dan banyakmengacu pada persepsi visual dan ketertarikan padajenis fotografi yang berbeda-beda [3].Pada penelitian ini dibuat perangkat lunak untukmenilai komposisi rule of thirds sebuah foto. Foto dinilaidengan cara menghitung jarak antara centroid (pusatmassa suatu bangun) subjek foto dengan salah satu titikperpotongan rule of thirds yang terdekat. Centroidditentukan dengan menggunakan metode Monte Carlo,yaitu dengan cara menyebar sampel acak pada wilayahyang telah digunakan saat segmentasi subjek, kemudiansampel-sampel yang berada di area subjek akan dirataratauntuk mendapatkan centroid-nya. Jarak daricentroid ke titik perpotongan dinilai dengan menghitunghipotenusanya, setelah itu hipotenusa tersebutdibandingkan dengan hipotenusa dari keseluruhanbidang foto yang telah dikalikan dengan toleransi.Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakindekat jarak centroid subjek dengan salah satu titikperpotongan maka nilainya akan semakin tinggi, begitupula jika jarak centroid dengan salah satu titikperpotongan semakin jauh, maka nilainya akan semakinrendah. Namun, jika jarak antara centroid subjekdengan salah satu titik perpotongan terlalu jauh, makafoto dianggap tidak sesuai dengan rule of thirds dannilainya 0 (nol). Hal ini terjadi karena posisi subjekberada di tengah-tengah bidang foto.Kata Kunci—Aturan Sepertiga, Centroid, CitraFotografi, Estetika, Fotografi, Komposisi Fotografi,Integrasi Monte Carlo, Otsu Threshold, Rule of Thirds

Theory and Method for the Statistical Investigation of Multimodal Promotional Practices in the Digital Era: A Data-driven Approach Based on Systemic Functional Linguistics and Social Semiotics.

This paper provides an overview of the research design, corpora, and methodological tools developed to investigate multimodal online tourism discourse in an ongoing digital humanities research project. The overall aim of this study is to analyze the interconnections between static imagery and written text on the official websites and Instagram accounts of three popular tourist boards through the lens of SFL and using a multimodal, mixed methods approach. In other words, the project presented in this paper attempts to explore how the three metafunctions of this linguistic theory are realized in interconnected corpora of promotional textual and visual materials, and to investigate if their meaning varies according to their respective online channels

La Diada de Catalunya 2012 : En produkt av Het Nationalism eller Banal Katalanism?

Catalonia is a nation with it's own language, its own culture, own policy and own history it is said. A non-independent nation that is living it's ordinary life flagging its banal symbols as if it al ready was an independent state. Some catalanistas assert that this kind of weirdness could be the death row for Catalonia and its future as in independent nation of its own. They state that it is only through an implementation of ”hot” nationalism, not banal, that independence is accomplished. La Diada 2012 – the national day of Catalonia was a day when around 1.000.000 protesters walked the streets of Barcelona waiving the Catalan flag, shouting phrases with one clear message, independence. A complexity between banal and hot nationalism was demonstrated this day. However, through the banal symbols present at La Diada 2012, Catalonia showed it is not Spain, and through this a hot movement arose to fight to find an escape from Spain. Previous years La Diada may have been hot but 2012 was the year when banal catalanism once again became “hot” Catalan Nationalism

Aturan pertiga (rule of thirds) sebagai elemen baru dalam pembelajaran komposisi bagi menghasilkan karya seni catan / Shahariah Mohamed Roshdi...[et.al]

Di dalam konteks seni rupa pelbagai teknik komposisi diterapkan melalui pemahaman berkarya yang idealistik. Aturan pertiga atau pun lebih dikenali sebagai rule of thirds bukanlah suatu peraturan mutlak bagi seniman untuk menyusun elemen komposisi. Manakala aturan komposisi yang sejajar sering dipraktis di dalam bidang fotografi. Di UiTM Melaka pengajaran dan pembelajaran bagi kelas – kelas fotografi telah didedahkan dengan amalan menggunakan teknik komposisi iaitu aturan pertiga. Pengetahuan menyusun komposisi dengan baik memerlukan asas teknik komposisi yang mudah untuk difahami dan menjadi kebiasaan dalam berkarya. Bagi pelajar – pelajar di dalam Program Seni Halus, seharusnya mendapat slot khas dengan memperkenalkan dan mendalami teknik aturan pertiga. Oleh itu untuk mengetahui pendekatan komposisi ini bersesuaian atau tidak, suatu kajian telah diaplikasi terhadap pelajar. Hasil karya pelajar dijadikan sampel kajian dengan menggunakan instrumen soal selidik dan diaplikasikan teknik aturan pertiga sebagaimana kajian-kajian yang sama digunakan terhadap karya – karya seni agung. Pendekatan ini diuji dan dilaksana dengan menggunakan data sebenar melalui persempelan karya pelajar di UiTM Melaka. Implikasi kajian ini menunjukkan teknik aturan pertiga boleh digunakan bagi membantu para pelajar mencipta ruang komposisi yang baik, mudah dan kreatif

Intelligent Cinematic Camera Control for Real-Time Graphics Applications

E-sports is currently estimated to be a billion dollar industry which is only growing in size from year to year. However the cinematography of spectated games leaves much to be desired. In most cases, the spectator either gets to control their own freely-moving camera or they get to see the view that a specific player sees. This thesis presents a system for the generation of cinematically-pleasing views for spectating real-time graphics applications. A custom real-time engine has been built to demonstrate the effect of this system on several different game modes with varying visual cinematic constraints, such as the rule of thirds. To create the cinematic views, we encode cinematic rules as cost functions that are fed into a non-linear least squares solver. These cost functions rely on the geometry of the scene, minimizing residuals based on the 3D positions and 2D reprojections of the geometry. The final cinematic view is found by altering camera position and angle until a local minimum is met. The system was evaluated by comparing video output from a traditional rigidly constrained camera and the results of our algorithm’s optimally solved views. User surveys are then used to qualitatively evaluate the system. The results of these surveys do not statistically find a preference between the cinematic views and the rigidly constrained views. In addition, we present performance and timing considerations for the system, reporting that the system can operate within modern expectations of latency when enough constraints are placed on the non-linear least squares solver

Exploiting visual saliency for assessing the impact of car commercials upon viewers

Content based video indexing and retrieval (CBVIR) is a lively area of research which focuses on automating the indexing, retrieval and management of videos. This area has a wide spectrum of promising applications where assessing the impact of audiovisual productions emerges as a particularly interesting and motivating one. In this paper we present a computational model capable to predict the impact (i.e. positive or negative) upon viewers of car advertisements videos by using a set of visual saliency descriptors. Visual saliency provides information about parts of the image perceived as most important, which are instinctively targeted by humans when looking at a picture or watching a video. For this reason we propose to exploit visual information, introducing it as a new feature which reflects high-level semantics objectively, to improve the video impact categorization results. The suggested salience descriptors are inspired by the mechanisms that underlie the attentional abilities of the human visual system and organized into seven distinct families according to different measurements over the identified salient areas in the video frames, namely population, size, location, geometry, orientation, movement and photographic composition. Proposed approach starts by computing saliency maps for all the video frames, where two different visual saliency detection frameworks have been considered and evaluated: the popular graph based visual saliency (GBVS) algorithm, and a state-of-the-art DNN-based approach.This work has been partially supported by the National Grants RTC-2016-5305-7 and TEC2014-53390-P of the Spanish Ministry of Economy and Competitiveness.Publicad

A Narrative in One Scene

Filmmakers are visual storytellers, thus it is important to understand basic film theory as well as the elements of a narrative, such as voice, look, and feel. It is just as important for filmmakers to understand how film theory and the elements of a narrative work together to effectively convey stories to the people viewing the film. In this thesis, I researched basic film theory and analyzed three personally influential movies and directors including Charlie Chaplin’s Modern Times (1936), Juan Antonio Bayona’s The Impossible (2012), and Akira Kurosawa’s The Seven Samurai (1954). I chose one technique from each of the the films, synthesized them into an original scene, and described the process of creating the scene