Research-informed strategies to address educational challenges in a digitally networked world

This special issue represents the scholarly work that emerged from the EDUsummIT 2013. EDUsummIT is a growing and active community of researchers, policy makers and practitioners that is committed to promote research-informed strategies to effectively integrate ICT in educational policy and practice. First the background and aim of EDUsummIT is presented, followed by an overview of the contributions to this special issue

STUDENTS' ENGAGEMENT IN A BLENDED LEARNING INSTRUCTION IN AN EFL CLASSROOM

Penggunaan teknologi di semua bidang kehidupan telah mendukung kehadirannya berkembang di lingkungan pendidikan. Teknologi telah membawa perubahan signifikan terhadap cara mahasiswa belajar serta bagaimana mereka terlibat dalam proses belajar. Keterlibatan diyakini sebagai faktor penting dalam proses belajar sementara teknologi dapat memfasilitasi keterlibatan dalam kelas bahasa Inggris. Oleh karena itu, integrasi teknologi dalam pembelajaran bahasa menjadi penting untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa. Para dosen diharapkan menemukan pilihan alat teknologi yang tepat untuk diintegrasikan dalam pengajaran mereka. Blended learning sekarang banyak digunakan untuk fleksibilitas dan interaktivitas antara dosen dan mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk jenis keterlibatan mahasiswa yang muncul ketika blended learning diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini juga ingin mengetahui bagaimana para mahasiswa terlibat di pembelajaran blended learning dalam mata kuliah Integrated English. Penelitian ini merupakan studi kasus. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa semester empat yang mengambil mata kuliah Integrated English di sebuah universitas di Surakarta. Data dikumpulkan melalui interview semi terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis data kualitatif Creswell meliputi pengorganisasian dan persiapan pengumpulan data, pembacaan, pengkodean dan lalu penafsiran data secara menyeluruh. Hasil temuan menunjukkan bahwa mahasiswa terlibat secara perilaku, emosi, dan kognitif dalam pembelajaran blended learning. Berhubungan dengan penggunaan blended learning ditemukan bahwa blended learning mendorong keterlibatan mahasiswa menjadi lebih baik. Namun, keterlibatan mahasiswa lebih ditentukan oleh instruksi yang jelas daripada apakah instruksi tersebut online atau offline. Dari penelitian ini ditemukan bahwa blended learning menciptakan lingkungan pembelajaran yang dibutuhkan mahasiswa untuk meningkatkan keterlibatan mereka. Ada lima karakteristik keterlibatan mahasiswa yang muncul selama observasi di kelas tatap muka meliputi bahasa tubuh yang positif, fokus yang konsisten, partisipasi verbal, kepercayaan diri mahasiswa, kesenangan dan antusias mahasiswa, sementara karakteristik keterlibatan dalam pembelajaran online ditunjukkan dari investasi waktu dan energi mahasiswa dalam berpartisipasi dalam kelas online. Kata Kunci: Keterlibatan Mahasiswa, Blended Learning, Kelas bahasa Inggris -------- The use of technology in all areas of life has led to its growing presence in educational settings. It has brought a significant change in the way students learn as well as how they are engaged in their learning process. Engagement is believed as an essential factor in learning process while technology can facilitate engagement in English classroom. Hence, the integration of technology in the language learning becomes prominent to enhance students’ engagement. The teachers are expected to find a suitable choice of technological tools to be integrated in their teaching. Blended learning is now widely used for its flexibility and interactivity among teachers and students. Therefore, this study aimed to find out kinds of engagement occurred when blended learning instruction was implemented in the learning process. It also wanted to find how students were engaged in blended learning instruction in Integrated English course. This study employed a case study. The subjects of this study were fourth semester students who took Integrated English course in a university in Surakarta. The data were collected through semi-structured interviews, observations and documents. Then, the data were analyzed by using Creswell’s qualitative data analysis including organizing and preparing data collection, reading, coding and then interpreting data comprehensively. The findings revealed that students were engaged behaviorally, emotionally and cognitively in a blended learning instruction. Dealing with the use of blended learning instruction, it was found that blended learning instruction fostered greater students’ engagement. However, student engagement was determined more by the clear instructions than whether the instructions were online or offline. From this study, it was found that blended learning created a learning environment needed by students to increase their engagement. There were five characteristics of students’ engagement that appeared during observations in face-to-face classroom including positive body language, consistent focus, verbal participation, students’ confidence, fun and excitement while the characteristics of engagement in online learning were demonstrated from students’ investment of time and energy to participate in online class. Keywords: Student Engagement, Blended Learning, EFL Classroo

Permasalahan Pola Asuh dalam Mendidik Anak di Era Digital

Orang tua saat ini dihadapkan dengan berbagai problematika yang terjadi dalam mendidik anak di tengah perkembangan digital yang begitu pesat. Sontak, hal ini menimbulkan berbagai kekhawatiran terhadap tumbuh kembang anak. Artikel ini bertujuan untuk mengupas problematika yang terjadi dalam proses mendidik anak di era digital seperti sekarang ini. Seluruh persoalan mendidik anak seharusnya diatasi dengan pola dan pendekatan yang tepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan research synteshis dalam menggali teori yang relevan terkait issue yang dibahas. Analisis secara kualitatif menjadi tombak penelitian untuk memantapkan akurasi data yang dikumpulkan. Di  era ini, banyak anak-anak yang memiliki perilaku ketergantungan terhadap perangkat digital yang cukup riskan terhadap sisi negatif. Oleh karena itu, pentingnya mengendalikan digital era yang dipegang oleh anak-anak untuk memfokuskan bidang pendidikan perlu dilakukan supaya motivasi dapat terbentuk dan tujuan pendidikan juga bisa tercapai dengan baik dengan sinergisitas antara stakeholder lembaga pendidikan (sekolah) dengan yang lainnya (tri logi pendidikan)

Thematic Working Group 3 - Inclusion of Excluded Populations : Access and Learning Optimization via IT in the Post-Pandemic Era

Thematic Working Group (TWG) 3’s theme is “Inclusion of excluded populations: access and learning optimization via IT in the post-pandemic era”. A focal concern is established by the presence of the first word – ‘inclusion’ – and how this relates to ‘excluded populations’. Much of the research in this field has focused on inclusion for individuals; however, the evidence shows that educational exclusion has multiple dimensions (Passey, 2014). To accommodate this within the current focus, therefore, identifying key dimensions of ‘excluded populations’ will be a key concern of this document. ‘Access’ will be considered beyond physical technology access, involving aspects of accessibility, agency and empowerment. These aspects relate to a definition of access that concerns the needs for individuals to develop and have digital capabilities and abilities to select applications appropriate to purpose, as discussed, for example, by Helsper (2021) and Passey et al. (2018). Taking this wider concern for access, ‘learning optimization’ will be explored as a term that highlights the need to focus on technological access and provision enabling successful outcomes. Given the fact that the intention of the work of TWG3 is to explore findings in the ‘post-pandemic’ context, communication technologies as well as just information technology, ‘IT’, are clearly important and need to be considered. Additionally, exclusion factors to be addressed need to be clearly identified so that inclusion can be accommodated and ensured in the context of specific excluded populations. However, inclusion should not be implemented as an imposition in the context of digital technologies, as some populations do not wish to use digital technologies (Wetmore, 2007), and in this respect the issue of the need to acknowledge diversity is important

La estructura relacional de la tecnología en PISA. Un diagnóstico por países con factores personales y contextuales

En la actualidad nos encontramos inmersos en la Sociedad del Conocimiento, cuyas dos características principales son la globalización económica y social junto con las tecnologías de la información y de la comunicación (TIC). Las TIC han ido evolucionando a lo largo de los últimos años, y forman parte de nuestras vidas, afectando a todos los aspectos de la misma, incidiendo directamente en el proceso de enseñanza y aprendizaje, pues si bien es cierto, uno de los aspectos centrales de la Sociedad del Conocimiento es la creación de conocimiento por parte de la ciudadanía. Ya no se trata únicamente de la búsqueda, almacenamiento y gestión de la información, sino de la transformación de esa información en conocimiento. Y en ese sentido, se precisa que el sistema educativo ayude al alumnado a adquirir las competencias TIC necesarias. Para conocer si se ha atendido adecuadamente a dicho logro, se precisa de las evaluaciones de las competencias digitales, y entre las numerosas existentes, encontramos PISA, concretamente: El cuestionario de familiaridad con las tecnologías. En este sentido, en la investigación realizada determinaremos la estructura relacional de los indicadores del cuestionario realizado en la prueba PISA 2018, en Finlandia, Suecia, Dinamarca, Francia, Italia y España, considerando la incidencia de variables contextuales y personales en dicha estructura (país de origen, género, nivel económico, social y cultural de las familias, nivel educativo de las familias, condición de inmigrante y nivel de exposición a situaciones de bullying o acoso escolar), tanto a nivel general como específicamente por países