353,356 research outputs found

    PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYERTAI KEJADIAN KEJANG DEMAM ANAK DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

    Get PDF
    Latar Belakang : Kejang demam dapat dikatagorikan menjadi kejang demam simplek dan kejang demam komplek. Penyakit-penyakit yang menyertai pada kejang demam harus diwaspadai bagi para klinisi karena agar dapat mencegah kerusakan otak yang lebih buruk. Tujuan : Menganalisa penyakit-penyakit apa saja yang menyertai pasien kejang demam dan apakah penyakit tersebut mempengaruhi manifestasi klinis kejang demam di RSUP Dr. Kariadi. Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 432 pasien anak yang di rawat inap di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2008-2013 Hasil : Penyakit tonsilo faringitis akut menjadi penyakit terbanyak yang menyertai pada kejang demam anak 148 (34,2%) sedangkan tonsilo faringitis dengan manifestasi klinis kejang demam simplek 106 (37,1%) kejang demam komplek 42 (28,7%) Simpulan : Penyakit yang sering menyertai pada kejang demam yaitu tonsilo faringitis akut, diare tanpa dehidrasi, ISPA, infeksi saluran kemih, demam dengue dan tidak ada perbedaan bermakna antara penyakit penyerta dan manifestasi klinis kejang demam Kata kunci : penyakit-penyakit penyerta, kejang demam, peningkatan leukosit

    Cross-Cultural Health Communication

    Full text link
    Setiap kebudayaan memiliki pandangan yang beragam tentang kesehatan atau penyakit, kehidupan atau kematian. Ada masyarakat yang menganggap penyakit sebagai nasib yang harus diterima secara fatalistik. Ada pula masyarakat yang memandangnya sebagai cobaan dari Tuhan, dsb. Selain itu, terdapat juga perbedaan konsep untuk menamai jenis penyakit tertentu pada sejumlah pengguna bahasa yang berbeda. Nama suatu penyakit dalam suatu bahasa tidak bisa diterjemahkan langsung ke dalam bahasa lain. Dokter berkebangsaan Amerika, misalnya, akan kebingungan bila menangani pasien orang Indonesia yang berpenyakti “raja singa”, karena nama penyakit itu tak bisa diterjemahkan langsung menjadi “king lion”. Keragaman budaya ini berimplikasi pada para petugas kesehatan, perawat, dokter, untuk memahami budaya pasien, yang ditanganinya, yang berasal dari komunitas budaya berbeda. Kekeliruan memahami latar belakang budaya pasien dapat menimbulkan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit, menangani pasien, atau menentukan resep obat

    Respon Kekebalan Humoral Mencit Balb/c yang Divaksinasi dengan Vaksin Limpa dan Vaksin Kultur Penyakit Jembrana terhadap Protein Virus Jembrana

    Full text link
    Sapi Bali adalah salah satu aset nasional Indonesia yang harus dilestarikan karena mempunyai keuntungan ekonomi. Tetapi sapi Bali mempunyai beberapa kelemahan penyakit khususnya penyakit Jembrana yang disebabkan oleh virus penyakit Jembrana (JDV). Pencegahan terhadap penyakit Jembrana telah dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin yang terbukti dapat menurunkan tingkat kematian sapi Bali terserang JDV adalah vaksin limpa. Jenis vaksin ini hanya mampu menginduksi kekebalan dengan perlindungan 70%. Proteksi ini dapat ditingkatkan jika jumlah virus yang digunakan dalam vaksin meningkat. Tekhnik kultur in vitro adalah salah satu metode meningkatkan jumlah virus penyakit Jembrana, dan selanjutnya dibuat vaksin kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel limfosit sapi Bali terinfeksi JDV adalah 9,5% pada limpa dan 57,43% pada sel kultur. Uji westernimmunoblotting sel limfosit sapi Bali dari darah tepi dan limpa terinfeksi JDV menggunakan antibodi monoklonal (AbMo) anti Ca, terdeteksi protein dengan berat molekul 26 kDa, 42 kDa dan 51 kDa. Pada medium kultur PBMC dan endapan plasma sapi Bali terinfeksi JDV, teridentifikasi protein dengan berat molekul 16 kDa an 26 kDa menggunakan AbMo, dan teridentifikasi protein dengan berat molekul 16 kDa; 21,5 kDa. 26 kDa; 29,7 kDa; 40 kDa dan 50 kDa menggunakan AbPo. Uji Elisa didapatkan nilai absorban antibodi mencit balb/c yang divaksinasi dengan vaksin kultur penyakit Jembrana lebih tinggi yaitu sebesar 0,3089 dibandingkan vaksin limpa yaitu sebesar 0,177 dengan p<0,05. Nilai absorban antibodi mencit balb/c terhadap antigen Ca, SU dan tat, memperlihatkan nilai absorban terhadap antigen SU berbeda sangat signifikan dibandingkan dengan antigen Ca dan antigen tat (p<0,01). Antigen Ca berbeda signifikan terhadap antigen tat (p<0,05)

    Remaja dan Alkohol

    Get PDF
    Empat persent dari total penduduk Indonesia mengkonsumsi alkohol secara nasional. Penggunaan alkohol pada usia remaja perlu mendapatkan perhatian serius karena dampak negatif pada kesehatan dan perkembangan remaja. Faktor determinan yang mempengaruhi remaja mengkonsumsi alkohol adalah usia, jenis kelamin, perhatian orang tua terhadap masalah dan akademik remaja. Penggunaan alkohol pada remaja dapat menimbulkan dampak yang merugikan pada kesehatan remaja. Bahaya yang ditimbulkan berupa penyakit infeksi (seperti penyekit menular seksual), penyakit non infeksi (seperti penyakit jantung, hipertensi), gangguan terhadap kesehatan mental, cidera, dan lainnya. Perhatian orang tua menjadi faktor kunci dalam menghambat konsumsi alkohol pada remaja

    THE OCCURRENCE OF NUTRITIONAL AND MANAGEMENT-RELATED DISEASES IN DAIRY SMALLHOLDING FARMS IN INDONESIA

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek penting status kesehatan ternak dalam kaitannya dengan nutrisi dan manajemen peternakan dalam produksi susu pada peternakan sapi perah rakyat. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di Kabupaten Boyolali, meliputi 50 peternakan yang dipilih secara acak, dengan 200 sapi peranakan Holstein laktasi. Data yang terkumpul meliputi produksi susu, komposisi pakan dan evaluasi klinis dianalisis dengan T-test menggunakan program SPSS, sedangkan aspek sosio-demografik yang diperoleh melalui wawancara personal dianalisis secara deskriptif berdasarkan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi neto laktasi(NEL) bahan pakan dapat menghasilkan 13 l susu per hari. Campuran pakan kasar dan hasil ikutan pertanian cenderung lebih disukai dibandingkan dengan kombinasi bahan pakan lainnya (P=0,052). Terdapat ketidakserasian nisbah Ca:P (1:2) yang berdampak pada rendahnya produksi susu. Rendahnya kualitas bahan pakan memunculkan keseimbangan energi negatif yang menyebabkan gangguan metabolik. Ini ditunjukkan dengan prevalensi mastitis klinis sebesar 10,85% serta penyakit-penyakit nutrisional 34,8% dan pada kondisi tersebut bloat merupakan penyakit yang paling mematikan. Pemberian natrium khlorida (NaCl) sebanyak 0,91-3,17% dari bahan kering (BK) per hari tanpa diimbangi dengan konsumsi air yang memadai, mempengaruhi kejadian mastitis (P<0,05). Penyakit kulit terdeteksi pada 85,92% sapi-api terpilih, sementara 13% sapi-sapi dalam pengobatan helminthiasis. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelebihan pemberian NaCl dan ketidakserasian nisbah Ca:P menimbulkan aras produksi susu yang rendah dan terjadinya penyakit pada sapi-sapi induk laktasi di tingkat petani peternak. Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan metode dan perangkat yang memadai untuk meningkatkan produksi susu, berbasis ketrampilan zooteknis petani peternak. Untuk itu diperlukan campur tangan pemerintah. Kata kunci: Peternakan rakyat, produksi susu, hasil ikutan pertanian, pakan, penyakit

    HUBUNGAN ANTARA KUANTITAS, KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT DI DESA SINGOSARI MOJOSONGO BOYOLALI

    Get PDF
    Air dapat berfungsi sebagai media transmisi bagi penularan penyakit pada manusia. Gejala yang sering yaitu berupa gatal-gatal yang dapat menyebabkan penyakit kulit. Secara umum penyakit kulit dibedakan antara yang non infeksius dan infeksius (menular). Penyakit kulit non infeksius berupa kelainan akibat gangguan hormonal, gangguan pigmentasi kelainan yang didasari alergi imunologi dan tumor kulit serta kelainan sistemik yang disertai gejala kulit. Sedangkan yang infeksius penyebabnya bermacam-macam dari bakteri, virus, jamur hingga infestasi oleh parasit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kuantitas, kualitas bakteriologis air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian penyakit kulit di Desa Singosari Mojosongo Boyolali. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Desa Singosari Mojosongo dengan jumlah total 1035 KK kemudian sampel diambil sebanyak 60 KK dan 60 sampel air bersih untuk dihitung MPN coliformnya. Analisa data menggunakan analisa univariat dengandistribusi frekuensi, analisa bivariat denfgan tabulasi silang dan dengan menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelituian menunjukkan bahwa sebanyak 70% KK menderita sakit kulit dan sebanyak 30% KK tidak menderita sakit kulit, sebanyak 26,7% kuantitas air bersih yang berkategori tidak cukup dan 73,3% kuantitas air bersih yang cukup. Sebanyak 60% didapat MPN coliform pada air sehingga tidak memenuhi syarat dan 40% air yang memenuhi syarat. Sebanyak 50% perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)responden buruk dan sebanyak 50% PHBS responden baik. Dari uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara kuantitas air bersih dengan kejadian penyakit kulit (p=0,074), Ada hubungan antara kualitas bakteriologis air bersih dengan kejadian penyakit kulit (p=0,006) dan ada hubungan antara perilaku hiodup bersih dan sehat dengan kejadian penyakit kulit (p=0,001). Sebaiknya dilakukan perlindungan sumber air bersih terhadap limbah kotoran dari hewan ternak, klorinasi terhadap air sumur yang telah terkontaminasi kemudian masyarakat sebaiknya meningkatkan personal hygiene atau kebersihan pribadinya. Kata Kunci: kuantitas air, kualitas bakteriologi air bersih, PHBS, penyakit kulit THE ASSOCIATION BETWEEN QUANTITY, QUALITY OF BACTERIOLOGIC FRESH WATER, HEALTH & CLEAN PRACTICE AND OCCURANCE OF SKIN DISEASE AT SINGOSARI MOJOSONGO BOYOLALI Water can be function as a transmision of infection disease on human, which the symptom is itching that can be disease for skin. Skin disease non infection of many kinds difference result hormonal disturbance, alergic-immunologi and skin tomour, sistemic difference result hormonal disturbance, pigmen disturbance, alergic-imunologi and skin tomour, sistemic difference and also skin symptom. Infection causes various from bacteri, virus,fungi,parasite. The research is explanatory research with approach of study cross sectional. The population are head family with 60 head family and 60 fresh water as sample to count coliform MPN. The analysis used univariate analysis with distribution frequency, bivariate analysis with crosstab and used chi square test. Results of research showed as much as 70% head family suffered skin disease, 30% not suffer skin disease. As much as 26,7% quantity of fresh water with not enough category, 73,3% quantity of fresh water with enough category. As much as 60% found coliform MPN on water and not complete condition, 40% water complete condition. As much as 50% health and clean live practice good respondencee. Statistic test found it was not association between quantity fresh water with occurence skin disease (p=0,074)to be association between quality of bacteriologi fresh water with occurence skin disease (p=0,006)to be associaton between health and clean live practice with occurence skin disease (p=0,001). As good as posible hiding place of fresh water source toward cattle feaces, chlorination towards of water source contamination then as good as posible society to increase personal hygiene Keyword : water quantity, quality of bacteriologi fresh water, health and clean live practice, skin diseas

    MAKNA PENGALAMAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II (Studi Kualitatif Fenomenologi)

    Get PDF
    ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang paling banyak dialami masyarakat dunia, dan perkembangannya dari tahun ke tahun cukup pesat yaitu. Penyakit ini bersifat kronis dan dapat mengancam keselamatan jiwa penderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana makna pengalaman pada penderita DM tipe II. Rancangan penelitian ini, menggunakan pendekatan Interpretative Phenomenologikal Analysis (IPA), pendekatan IPA dipilih karena memiliki prosedur analisis data yang sistematis dan terperinci. Penelitian dilakukan pada 3 penderita DM tipe II yang diperoleh dari teknik pemilihan purposive, dengan lama menderita dari 6 tahun sampai 20 tahun, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Hasil penelitian, menunjukan bahwa penyakit diabetes mellitus tipe II yang diderita subjek sebagian besar bersifat keturunan dari keluarga. Selain keturunan, faktor lain adalah pola hidup yang tidak sehat. Pengalaman DM tipe II yang dialami subjek mempengaruhi emosi psikologis yang berupa kecemasan dalam tahap ringan yaitu kecemasan yang hanya muncul sebentar dan wajar pada setiap individu. Hal ini yang menimbulkan semangat kesembuhan bagi subjek serta mengurangi kecemasan. Kata kunci: Diabetes mellitus tipe II, makna pengalaman, kecemasan, semangat kesembuhan, IP

    HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI KELURAHAN SEKEJATI KOTA BANDUNG

    Get PDF
    Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue kelompok orbovirus genus flavivirus serotipe DEN 1-4. Cara penularannya melalui vektor nyamuk spesies Aedes aegypti. Penyakit DBD merupakan penyakit endemis di Kelurahan Sekejati. Angka kejadian penyakit (incidence rate) dan angka kematian penderita (case fatality rate) per tahun masih cukup tinggi (tahun 2004 IR = 88 per 10.000 penduduk dan CFR = 6,81 %). Data Pemantauan Jentik Berkala (PJB) bulan Januari s/d April 2005 didapatkan angka kepadatan jentik (house index) berkisar 15 - 21 % atau Angka Bebas Jentik (ABJ) program gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) < 95 %. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan praktik responden dengan keberadaan jentik di rumah responden. Metode penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan pendekatan crooss. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 96 rumah. Data didapatkan melalui wawancara responden dengan kuesioner dan observasi larva visual tempat perindukan nyamuk di rumah responden. Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap, praktik responden dengan keberadaan jentik ()di rumah responden. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi Square. Hasil uji statistik pada tingkat signifikasi alpha 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan reponden dengan keberadaan jentik di rumah responden (p_value 0,133). Ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan keberadaan jentik di rumah responden (p_value 0,008). Ada hubungan yang bermakna antara praktik responden tentang pencegahan melalui PSN abatisasi dengan keberadaan jentik di rumah responden (p_value < 0,0001). Disarankan kepada pengelola program P2M Dinkes Kota Bandung untuk melakukan penyuluhan lebih intensif dan memperbesar frekuensi praktik PSN Abatisasi secara rutin minimal sebulan sekali. Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, Pengetahuan, Sikap, Prakti

    HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN,SIKAP DENGAN PRAKTIK PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI RESOSIALISASI ARGOREJO,KELURAHAN KALIBANTENG KULON, KECAMATAN SEMARANG BARAT, KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Penyakit IMS di Indonesia cenderung meningkat. Terutama penyakit sifilis pada kelompok resiko tinggi meningkat sebesar 10% dan kelompok resiko rendah 2%. Di Kota Semarang penyakit IMS pada tahun 1999 mengalamai peningkatan dari 0,02/10.000 penduduk menjadi 0,04/10.000 penduduk di tahun 2000. Resosialisasi Argorejo adalah resosialisasi terbesar di Kota Semarang dengan jumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) 450 orang,yang merupakan kelompok resiko tinggi tertular dan menularkan. Penyakit IMS dan pemakaian kondom masih jarang sebagai upaya pencegahan penyakit IMS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik PSK dan hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap dengan praktik PSK dalam mencegah penyakit IMS di Resosialisasi Argorejo,Semarang. Penelitian ini bersifat deskriftif analitik dengan menggunakan metode survei dan pendekatan Cross Sectional. Hasil penelitian diperoleh 312 responden di Resosialisasi Argorejo dengan usia antara 22 - 39 tahun. Tingkat pendidikan sebagian besar lulus SLTP ke bawah. Pendapatan 53% lebih dari Rp. 2.250.000,00 / bulan dengan masa kerja lebih dari 1 tahun. Responden mempunyai tingkat pengetahuan kategori kurang (52,3%),sikap dengan kategori kurang (52,5%) dan praktik kategori kurang (59,3%) dalam pencegahan IMS. Hasil uji statistik dengan Chi Square dapat disimpulkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap,pengetahuan dengan praktik, sikap dengan praktik PSK dalam pencegahan IMS. Disarakan untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pelatihan cara negosiasi dengan pelanggan serta peningkatan promosi penggunaan kondom. Kata Kunci: Pekrja Seks Komersial,Infeksi Menular Seksual RELATION BETWEEN KNOWLEDGE, ATTITUDE AND SEXUALLY TRANSMITTED DISEASE IN ARGOREJO RESOSIALIZATION, KALIBANTENG KULON, SEMARANG BARAT, SEMARANG Disease of sexsual catching infection in indonesia tend to increase.Especially the syphilis of at high risk group mount egual to 10% and the risk group lower 2%. In Semarang sexually transmitted disease in the year 1999 experiencing of improvement from 0,02/ 10.000 resident become 0,04/ 10.000 resident in year 2000. Argorejo resosialization in Semarang with amount of commercial sex worker 450 peoples, representing contagious high risk group and menularkan. Disease of sexual catching infection and condom usage still seldom as preventive effort of disease sexual catching infection. The air of this research is to know characteristic of sex commersial workers and relation of between knowledge level, attitude with action sex commercial worker in preventing disease sexually transmitted disease in Argorejo resosialization, SEmarang. This research have the character of analytic descriptive by using method survey and approach of Croos Sectional. Result of research obtained by 312 responder in Argorejo resosialization with age of between 22 - 39 yer. Mouth education of most passing SLTP downwards. Earmings 53% more than Rp. 2.250.000,00/ month with a period of job more than 1 year. Responder have knowledge level categorize less (52,3%),attitude with category less (52,5%) and action categorize less (59,3%),in prevention sex commercial workers. Statistical results test with its inferential Chi Square is relation existence between knowledge whith attitude,knowledge with action, attitude with action sex commercial workers in prevention sexually transmitted disease. Sugggested to increase activity of counselling and training ofis way of negotiation with client and also the make-up of promotion of condom use. Keyword: Sex Commercial Worker, Sexually Transmitted Disease.
    • …
    corecore