71,238 research outputs found

    Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Campuran Dedak Padi dan Darah dengan Bacillus Amyloliquefaciens terhadap Kandungan Serat Kasar, Kecernaan Serat Kasar dan Energi Metabolisme

    Get PDF
    Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi campuran dedak padi dan darah dengan Bacillus amyloliquefaciens terhadap kandungan serat kasar, kecernaan serat kasar dan energi metabolisme. Metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x3 digunakan dengan 3 ulangan. Faktor pertama, dosis inokulum yaitu A1:1% dan A2:3%. Faktor kedua, lama fermentasi B1:1 hari, B2:3 hari, B3:5 hari. Peubah yang diamati adalah kandungan serat kasar, kecernaan serat kasar, dan energi metabolisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara dosis inokulum dan lama fermentasi campuran dedak padi dan darah pada kandungan serat kasar dan energi metabolisme. Pada kecernaan serat kasar terjadi interaksi terhadap dosis inokulum dan lama fermentasi dengan dosis inokulum dan lama fermentasi campuran dedak padi dan darah fermentasi. Lama fermentasi menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05) terhadap kandungan serat kasar dan energi metabolisme. Kesimpulannya, kualitas gizi terbaik dari fermentasi campuran dedak padi dan darah dengan Bacillus amyloliquefaciens diperoleh pada dosis 3% dan lama fermentasi 3 hari, dengan kandungan serat kasar 7,93 %, kecernaan serat kasar 45,11%, dan energi metabolisme 3195 kkal

    PROFIL MISKONSEPSI BUKU TEKS PADA KONSEP ENZIM DAN METABOLISME SEL KELAS XII SMA DI KABUPATEN SIDOARJO

    Get PDF
    Miskonsepsi adalah pemahaman terhadap konsep yang berbeda dengan kesepakatan para ahli. Miskonsepsi dapat mengganggu dan mengakibatkan kesalahan dalam penerimaan konsep. Salah satu penyebab miskonsepsi adalah buku teks. Konsep dalam buku teks yang seringkali mengalami miskonsepsi adalah konsep Enzim dan Metabolisme Sel. Di Kabupaten Sidoarjo, miskonsepsi siswa pada materi Enzim dan Metabolisme Sel cukup tinggi yakni sebesar 50% (Rusydiana, 2016). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persentase miskonsepsi pada buku teks dan persentase kategori miskonsepsi yang terdapat pada konsep enzim dan metabolisme sel kelas XII SMA di Kabupaten Sidoarjo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan studi dokumen. Sampel penelitian ini berupa delapan buku teks biologi SMA. Obyek penelitian ini adalah konsep enzim dan metabolisme sel. Analisis miskonsepsi berdasarkan lima kategori miskonsepsi menurut Hershey (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan miskonsepsi di setiap buku teks. Persentase miskonsepsi pada buku teks A sebesar 20%; buku teks B sebesar 18,8%; buku teks C sebesar 25%; buku teks D sebesar 6,3%; buku teks E sebesar 12,5%; buku teks F sebesar 33,3%; buku teks G sebesar 6,3% dan buku teks H sebesar 14,3%. Terdapat dua kategori miskonsepsi yang ditemukan dalam buku teks yaitu oversimplification dan misidentification dengan persentase 61,9% dan 38,1%.   Kata Kunci: Miskonsepsi, Buku Teks, Enzim dan Metabolisme sel

    PENGARUH LAMA PENGGUNAAN PEMANAS INDUKAN PADA AWAL PERIODE STARTER TERHADAP KONSUMSI OKSIGEN DAN LAJU METABOLISME PADA AYAM BROILER

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsumsi oksigen dan laju metabolisme ayam broiler yang diberi perlakuan lama pemberian pemanasan indukan berbeda pada awal pemeliharaannya. Ayam broiler yang digunakan CP 707 sebanyak 100 ekor dengan jenis kelamin campuran (jantan dan betina) dan berat badan rata-rata 41,01 ± 0,04 gram. Pemanasan menggunaam 20 buah lampu 60 watt yang dipasang pada tinggi 0,4 m di atas lantai kandang (yang berukuran 0,8x0,8x0,6 m) di tengah setiap petak kandang. Perlakuan adalah sbb : T1 : Ayam broiler diberi pemanas indukan selama 10 hari, T2 : Ayam broiler diberi pemanas indukan selama 13 hari, T3 : Ayam brioler diberi pemanas indukan selama 16 hari dan T4 : Ayam broiler diberi pemanas indukan selama 19 hari. Ransum yang digunakan berupa ransum jadi. Variabel konsumsi oksigen dan laju metabolisme diukur menggunakan metode indirect calorimetry sistem tertutup sebanyak 4 kali (umur 10, 13, 16 dan 19 hari). Data dianalisis ragam berdasar rancangan acak lengkap 4 perlakuan 5 ulangan tiap unit terdiri 5 ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik konsumsi oksigen maupun laju metabolisme pada pengukuran ke 1 sampai ke 3 tidak ada perbedaan rataan antar perlakuan, namun keduanya terdapat perbedaan antar perlakuan pada pengukuran ke 4. Rataan konsumsi oksigen pada pngukuran ke 4 perlakuan T1, T2, T3 dan T4 berturut-turut 37,402 , 24,536 , 28,559 , dan 34,107 liter/ekor/hari, dimana T1 tidak berbeda dengan T4 nanum berbeda (P<0,05) dengan T2 dan T3. Rataan laju metabolisme perlakuan T1, T2, T3 dan T4 berturut-turut 194,441, 129,479, 148,906, dan 178,906Kal/kgBB0,75/hari, berbeda (P<0,05) satu sama lain. Rataan konsumsi oksigen meningkat seiring bertambahnya ukuran badan, sedangkan laju metabolisme menurun. Kesimpuan dari penelitian ini adalah pemberian lama pemanas indukan pada ayam broiler berpangaruh nyata pada laju metabolisme dan konsumsi oksigen pada akhir periode starter. Kata kunci : broiler, konsumsi oksigen, laju metabolism

    Pengaruh Imbangan Energi-Protein Terhadap Bobot dan Tebal Kerabang Telur Ayam Arab

    Get PDF
    Penelitian bertujuan mengetahui imbangan protein dan energi yang paling tepat dalam menghasilkan bobot dan ketebalan kerabang telur ayam Arab. Komposisi ransum &nbsp;terdiri dari: jagung kuning, dedak, dan konsentrat RK 24 yang disusun berdasarkan imbangan energi dan protein. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 10 ulangan terdiri dari 40 petak percobaan degan masing-masing petak terdiri dari 2 ekor ayam, sehingga total ayam Arab yang digunakan sebanyak 80 ekor. Perlakuan terdiri dari: R1 (protein 15 % dengan energi metabolisme 2500 kkal/kg); R2&nbsp;(protein 16 % dengan energi metabolisme 2600 kkal/kg); R3 (protein 17 % dengan energi metabolisme 2700 kkal/kg); dan R4 (protein 18 % dengan energi metabolisme 2800 kkal/kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbangan energi dan protein tidak berpengaruh nyata&nbsp;(P&gt;0,05) terhadap bobot dan tebal kerabang telur ayam Arab. Rataan bobot telur yang dihasilkan berkisar antara 37,24 – 39,15 g sedangkan rataan tebal kerabang yang dihasilkan berkisar antara 0,42 – 0,46 mm terhadap telur ayam Arab umur 5 bulan. Disimpulkan bahwa pemberian ransum dengan level protein 18 % dan energi 2800 kkal meningkatkan bobot telur dan tebal kerabang ayam Arab petelur

    Pengaruh Temperatur Steam dan Suplementasi Bakteri Mannanolitik Termofilik terhadap Histomorfologi Usus, Retensi Nitogen dan Energi Metabolisme Ransum (Pellet) Broiler Berbasis Ampas Kelapa

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur steam dan suplementasi bakteri mannanolitik termofilik (Bacillus sp. SM-1.4) terhadap panjang vili usus, retensi nitrogen dan energi metabolisme broiler. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5 x 2 dengan 3 ulangan. Faktor pertama (A), level bakteri (0, 106, 108, 1010, dan 1012 cfu/kg. Faktor kedua (B), temperatur steam (650C dan 750C). Tiga puluh ekor broiler umur 35 hari dibagi menjadi 30 unit percobaan dan 3 ekor ayam untuk faktor koreksi. Ayam dipuasakan selama 24 jam dan pemberian pakan sebanyak 30 g/ekor, air minum diberikan ad-libitum. Data dianalisis menurut Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 5 x 2 dan uji lanjut Duncan's Multiple Range Test. Peubah yang diamati adalah panjang dan lebar vili usus, retensi nitrogen dan energi metabolisme yang dikoreksi dengan nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur steam memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap panjang vili usus, retensi nitrogen dan energi metabolisme. Suplementasi bakteri nyata (P0,05) antara temperatur steam dan suplementasi bakteri terhadap semua parameter yang diuji. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi bakteri 1010 cfu/kg dapat memperbaiki retensi nitrogen, energi metabolisme dan pengukuran vili broiler

    Editorial: Sphingolipid metabolism and cancer

    Get PDF
    Cancer; Metabolism; SphingolipidCáncer; Metabolismo; EsfingolípidoCàncer; Metabolisme; Esfingolípi

    Pengaruh Edible Coating Terhadap Kecepatan Penyusutan Berat Apel Potongan

    Get PDF
    Buah Apel merah varietas Red Delicious (Malus sylvestris L.) termasuk dalam kelompok buah klimakterik. Setelah dipetik dari pohon, apel tetap mengalami proses metabolisme selama periode penyimpanan. Proses metabolisme ini dipengaruhi oleh: suhu, kontak dengan udara, ada atau tidaknya etilen, relative humidity, dan tempat penyimpanan. Proses metabolisme tersebut mempengaruhi tingkat kematangan buah. Salah satu upaya untuk menghambat proses metabolisme tersebut adalah dengan menambah bahan pelapis. Dalam percobaan ini dilakukan pencelupan potongan buah apel ke dalam larutan edible coating Carboxymethyl Cellulose (CMC) dengan konsentrasi 1%, 2% don 3% pada kondisi penyimpanan pada suhu ruang (28°C dengan RH=65%) dan suhu rendah (I-2°C dengan RH=52-53%). Dari hasil percobaan ini, CMC dapat mengurangi terjadinya penyusutan berat potongan buah apel dan dapat mempertahankan tampilan warna dan karakteristik teksturnya. Selain itu, pada percobaan ini juga digunakan larutan garam, yang berfungsi sebagai pengawet yang dapat mencegah terjadinya browning (pencoklatan). Model matematis yang dapat menginterpretasikan hubungan berat potongan buah apel terhadap waktu untuk CMC adalah persamaan orde satu dan untuk larutan garam adalah persamaan polinomial orde dua. Sedangkan hubungan kecepatan penyusutan berat terhadap waktu mengikuti orde nol untuk apel yang dilapisi dengan CMC dan orde satu untuk apel yang dicelupkan dalam larutan garam

    Physiologie appliquee, nutrition et metabolisme

    Get PDF
    This study examined whether expectancy of ergogenicity of a commonly used nutritional supplement (sodium bicarbonate; NaHCO3) influenced subsequent high-intensity cycling capacity. Eight recreationally active males (age, 21 ± 1 years; body mass, 75 ± 8 kg; height, 178 ± 4 cm; WPEAK = 205 ± 22 W) performed a graded incremental test to assess peak power output (WPEAK), one familiarisation trial and two experimental trials. Experimental trials consisted of cycling at 100% WPEAK to volitional exhaustion (TLIM) 60 min after ingesting either a placebo (PLA: 0.1 g·kg(-1) sodium chloride (NaCl), 4 mL·kg(-1) tap water, and 1 mL·kg(-1) squash) or a sham placebo (SHAM: 0.1 g·kg(-1) NaCl, 4 mL·kg(-1) carbonated water, and 1 mL·kg(-1) squash). SHAM aimed to replicate the previously reported symptoms of gut fullness (GF) and abdominal discomfort (AD) associated with NaHCO3 ingestion. Treatments were administered double blind and accompanied by written scripts designed to remain neutral (PLA) or induce expectancy of ergogenicity (SHAM). After SHAM mean TLIM increased by 9.5% compared to PLA (461 ± 148 s versus 421 ± 150 s; P = 0.048, d = 0.3). Ratings of GF and AD were mild but ~1 unit higher post-ingestion for SHAM. After 3 min TLIM overall ratings of perceived exertion were 1.4 ± 1.3 units lower for SHAM compared to PLA (P = 0.020, d = 0.6). There were no differences between treatments for blood lactate, blood glucose, or heart rate. In summary, ergogenicity after NaHCO3 ingestion may be influenced by expectancy, which mediates perception of effort during subsequent exercise. The observed ergogenicity with SHAM did not affect our measures of cardiorespiratory physiology or metabolic flux.University of Derby Departmental Teaching Budge

    Enzims del metabolisme de l'alcohol

    Get PDF
    La sospita d'una predisposici&oacute; gen&egrave;tica a l'alcoholisme ha aixecat una gran quantitat de recerques per confirmar-l
    corecore