85,660 research outputs found

    ASESMEN DIAGNOSTIK SEBAGAI PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM MERDEKA DI SEKOLAH DASAR

    Get PDF
    Asesmen diagnostik merupakan penilaian pembelajaran pada Kurikulum Merdeka, yang dilakukan guru terhadap peserta didik sebelum guru merancang pembelajaran. Namun pemahaman guru tentang asesmen diagnostik masih kurang, sehingga kesulitan dalam menyusun asesmen diagnostik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan asesmen diagnostik sebagai penilaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar. Metode penelitian menggunakan studi literatur, dengan cara mengumpulkan data bersumber dari hasil eksplorasi berbagai literatur pada buku dan artikel ilmiah dari jurnal nasional terakreditasi dan internasional bereputasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan content analysis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan bahwa asesmen diagnostik terdapat dua bagian yaitu asesmen diagnostik non-kognitif dan kognitif. Asesmen diagnostik non-kognitif memiliki tujuan untuk memperoleh informasi terkait kondisi keluarga, gaya belajar, karakteristik, dan minat belajar peserta didik. Sedangkan asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk memberikan gambaran terkait kemampuan awal yang dimiliki oleh peserta didik dalam sebuah topik mata pelajaran. Guru perlu melaksanakan asesmen diagnostik kepada peserta didik untuk mengidentifikasi kemampuan, kelebihan dan kekurangan peserta didik, supaya guru bisa merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan serta karakteristik peserta didik

    PERAN PEMERIKSAAN MRI DTI DAN MT DALAM MENDETEKSI SKLEROSIS HIPOKAMPUS PADA EPILEPSI LOBUS TEMPORALIS MESIAL INTRAKTABEL DENGAN MRI NORMAL

    Get PDF
    Latar belakang : Etiologi Epilepsi Lobus Temporal Mesial (ELTM) intraktabel tersering adalah sklerosis hipokampus. Sekitar 20-30% pasien epilepsi fokal intraktabel menunjukkan MRI standar normal.MRI DTI dan MT, mempunyai kemampuan menunjukkan substrat epileptogenik. Tujuan : Membuktikan pemeriksaan MRI DTI (MD dan FA) serta rasio MT mempunyai kemampuan yang baik dalam mendeteksi sklerosis hipokampus pada ELTM intraktabel dengan MRI normal yang diukur dari derajat neuronal loss, gliosis dan axonal sprouting. Metode : Penelitian menggunakan desain uji diagnostik. Diagnosis ELTM berdasarkan semiology dan EEG ictal, diagnosis sklerosis hipokampus ditentukan dari pemeriksaan MRI standar, dilanjutkan pemeriksaan MRI DTI, dan MT. Pemeriksaan histopatologi sediaan operasi hipokampus dengan pengecatan NeuN, GFAP dan NPY untuk menilai neuronal loss, gliosis dan axonal sprouting. Hasil : Didapatkan 23 subyek ELTM yang dilakukan operasi dan 10 subyek sehat dengan MRI normal. Dari 23 subyek, pemeriksaan histopatologi menunjukkan 11 sklerosis hipokampus, 12 FCD.Sepuluh subyek ELTM dengan MRI normal, 4 dengan sklerosis hipokampus dan 6 dengan FCD. Nilai MD meningkat secara bermakna, nilai FA dan rasio MT dan MT matlab lebih rendah bermakna dibandingkan subyek sehat. FA (0,17) mempunyai nilai diagnostik tertinggi dengan sensitivitas 81,8%, spesifisitas 72,3%, nilai duga positif 64,3%, nilai duga negatif 89,5%, dan kesesuaian lateralisasi dengan EEG 7/10. FA menunjukkan korelasi sedang bermakna dengan derajat neuronal loss, dan gliosis. MD (1,2637x10-3) dan rasio MT (17,85%) mempunyai sensitivitas 81,2%, spesifisitas 68,2%, nilai duga positif 56,2%, nilai duga negatif 88,2%. AUC FA, MD dan rasio MT adalah 0,89; 0,79; 0,74. Kesesuaian MD dan MTR dengan EEG masing-masing 7/10 dan 6/10 pasien.Tidak didapatkan korelasi antara nilai MD, dan rasio MT dengan derajat neuronal loss, gliosis dan axonal sprouting. Kesimpulan: FA (0,17) mempunyai nilai diagnostik terbaik dalam mendeteksi sklerosis hipokampus. FA mempunyai korelasi sedang bermakna dengan derajat neuronal loss, dan gliosis secara bermakna serta kesesuaian dengan EEG 7 dari 10 pasien. Kata kunci: ELTM intraktabel, MRI normal, MRI DTI, fractional anisotropy, mean diffusivity, rasio Magnetization Transfer, sklerosis hipokampus Introduction: Hippocampal sclerosis is the most common pathology found in intractable MTLE. Standardized T2 and FLAIR MR showed normal MR in 20-30% of these cases. The application DTI and MT sequences may show the epileptogenic zone of MTLE Objectives: The main objective of this research is to prove that DTI (MD and FA) quantitative MRI examination as well as MT ratio are reliable in detecting hippocampal sclerosis on intractable MTLE with normal MRI as measured from the degree of neuronal loss, gliosis and axonal sprouting. Method : The research design was diagnostic test. The MTLE diagnosis was based on semiology and ictal EEG, while hippocampal sclerosis was diagnosed using standardized MRI, followed by MRI DTI and MRI MT examinations. Histopathological analysis of hippocampus with NeuN, GFAP and NPY staining were to measure neuronal loss, gliosis and axonal sprouting. Results: Twenty-three MTLE subjects underwent surgery and 10 non MTLE (healthy subjects) were involved. Histopathological analysis of the 23 respondents were as follows: 11 were hippocampal sclerosis, 12 were FCD. Normal MRI was showed in 10 subjects with MTLE, 4 were hippocampal sclerosis and 6 were FCD. MD value significantly increased, whereas the values of FA, MT ratio and matlab MT ratio significantly lower than healthy subjects. FA (0.17) has the highest diagnostic value, showed by 81.8% sensitivity, 72.3% specificity, 64.3% positive predictive value, 89.5% negative predictive value, and lateralization concurring with EEG 7/10. Moreover, FA showed a significant moderate correlation with neuronal loss, and gliosis degrees. MD (1.2637x10- 3) and MTR (17.85%) had 81.2% sensitivity, 68.2% specificity, 56.2% positive predictive value, and 88.2% negative predictive value. AUC of FA, MD and MTR are 0,89; 0,79 and 0,74. The concurrence between MD and MTR, with EEG were 7/10 and 6/10 patients respectively. There was no correlation between MD and MTR values with the degree of neuronal loss, gliosis, and axonal sprouting. Conclusion: FA (0.17) has the best diagnostic value in detecting hippocampal sclerosis. In addition, it shows a moderate correlation with the degrees of neuronal loss, and gliosis, as well as suitability with EEG of 7 out of 10 patients. Keywords: intractable MTLE, normal MRI, MRI DTI, fractional anisotropy, mean diffusivity, magnetization transfer ratio, hippocampal sclerosis

    The operationalized psychodynamic diagnostics system. Clinical relevance, reliability and validity

    Get PDF
    In this paper, we present a multiaxial system for psychodynamic diagnosis, which has attained wide usage in Germany in the last 10 years. First we will discuss the 4 operationalized psychodynamic diagnostics (OPD) axes: illness experience and treatment assumptions, relationships, mental conflicts, and structure, then clinical applications will be outlined. Focus psychodynamic formulations can be employed both with inpatients and with outpatients. Studies show good reliability in a research context and acceptable reliability for clinical purposes. Validity will be separately summarized as content, criterion, and construct validity. Validity studies indicate good validity for the individual axes. Numerous studies on the OPD indicate areas of possible improvement, for example for clinical purposes the OPD should be more practically formulated

    Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matemetika di SDN 7 Serang

    Full text link
    Pada pembelajaran matematika di SD guru dapat mengetahui letak kesulitan belajar siswa dengan menggunakan tes diagnostik kesulitan belajar. Berdasarkan tes diagnostik guru dapat mengetahui materi-materi matematika yang belum dipahami siswa dan kemudian melakukan pengajaran remedial pada materi-materi matematika tersebut. Penelitian ini bertujuan agar guru dapat membuat tes diagnostik kesulitan belajar yang sesuai standar dan untuk memperoleh data kesulitan belajar siswa pada matematika dengan menggunakan tes diagnostik kesulitan belajar serta untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa sebelum mendapatkan pengajaran remedial dengan siswa sesudah mendapatkan pengajaran remedial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas 4 sebanyak 40 orang. Data dikumpulkan melalui tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan tes diagnostik kesulitan belajar dimulai dengan membuat kisi-kisi soal pada pecahan yang mewakili topik penjumlahan dan pengurangan berpenyebut tidak sama, kemudian tes diagnostik diuji validitas dan reabilitasnya. Berdasarkan hasil tes diagnostik ternyata siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan berpenyebut tidak sama sebesar 75 % dan menyelesaikan soal cerita pengurangan berpenyebut tidak sama sebesar 84 %. Rata-rata hasil belajar siswa sebelum mendapatkan pengajaran remedial : 42,33 dan sesudah mendapatkan pengajaran remedial : 82,08. Setelah dilakukan perhitungan dengan uji t, diperoleh t hitung > t tabel, berarti ada perbedaan hasil belajar antara siswa sebelum mendapatkan pengajaran remedial dengan siswa sesudah mendapatkan pengajaran remedial

    PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK BERBASIS KOMPUTER PADA MATERI PECAHAN UNTUK KELAS V SD

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang efisiennya cara untuk mengidentifikasi kesulitan siswa. Padahal dalam dunia pendidikan, sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswanya agar siswa tersebut benar-benar mencapai belajar tuntas. Salah satu cara untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa adalah dengan menggunakan tes diagnostik. Pada penelitian ini peneliti mengembangkan tes diagnostik berbasis komputer. Tes diagnostik ini dikembangkan guna mengidentifikasi kesulitan siswa pada materi pecahan. Adapun alasan peneliti memilih materi pecahan dikarenakan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru matematka, materi pecahan merupakan salah satu materi matematika yang menyebabkan banyak siswa belum mencapai belajar tuntas.Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan tes diagnostik berbasis komputer pada materi pecahan yang valid, praktis dan efektif. Adapun kriteria valid, praktis, serta efektif pada penelitian ini mengacu pada kriteria valid, praktis dan efektif yang dikemukakan oleh Nieveen(1999). Data pada penelitian ini diperoleh dari penilaian para ahli serta angket respons guru serta siswa terhadap tes diagnostik berbasis komputer yang dikembangkan oleh peneliti.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tes diagnostik berbasis komputer yang dikembangkan peneliti memenuhi aspek valid dengan nilai rata-rata 3,41, memenuhi aspek praktis berdasarkan penilaian dari para ahli serta respons sangat kuat dari guru dan siswa mengenai kemudahan penggunaan tes diagnostik berbasis komputer, memenuhi aspek efektif berdasarkan kesesuaian antar hasil tes dengan tujuan tes serta respons kuat guru dan siswa mengenai keefektifan dari tes diagnostik berbasis komputer.Peneliti menyarankan agar tes diagnostik berbasis komputer ini digunakan sebagai alternatif bagi guru matematika untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa pada materi pecahan

    PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK DAN PEMBENTUK PEMBELAJARAN REMEDIAL PADA MATERI SISTEM IMUN KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 WATANGPONE

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengembangan yang diadaptasi dari Plomp yang meliputi tahap investigasi awal, fase desain, fase realisasi kontruksi prototipe I, Fase tes spesifikasi dan fase implementasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Watangpone. Tes diagnostik berbentuk tes uraian pada materi sistem imun. Analisis obyektivitas alat penilaian diukur dari rubrik penilaian yang telah dikembangkan dan kemudian divalidasi oleh validator ahli. Diujicobakan 20 butir tes diagnostik dengan peserta tes 35 siswa. Nilaivaliditas tes diagnostik dinyatakan valid. Bentuk pembelajaran renedial dengan pemanfaatantutor sebaya. Kata Kunci: Tes Diagnostik, Pembelajaran Remedial, Sistem Imu

    UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENAM MELALUI PENDEKATAN DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi adanya permasalahan dalam pembelajaran penjasorkes, yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran senam di kelas VII A SMPN 2 Mandirancan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Hal tersebut perlu adanya upaya guru, salah satunya dipecahkan melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar.Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada senam lantai melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar. Metode penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi, wawancara dan tes hasil belajar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada materi senam lantai di kelas VII SMPN 2 Mandirancan menunjukkan adanya peningkatan yang positif, yaitu: 1) Perencanaaan pembelajaran senam termasuk kategori baik sebesar 89%, 2) Pelaksanaan pembelajaran senam lantai termasuk kategori baik sebesar 86%, 3) Hasil belajar siswa secara klasikal tercapai pada siklus III yaitu pada teknik guling depan sebesar 86% dan teknik guling belakang sebesar 84%.Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan: 1) Pendekatan diagnostik kesulitan belajar diharapkan dapat diterapkan pada materi lain, khususnya pada mata pelajaran penjasorkes dan mata pelajaran lain, 2) melalui pendekatan diagnostik kesulitan belajar, peran dan tanggung jawab guru sangatlah bepengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran, (3) Pendekatan diagnostik kesulitan belajar hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran, 4) Untuk penelitian lanjutan, diharapkan agar peneliti lain lebih menekankan hal-hal yang kurang terlaksana dengan optimal pada penelitian ini.Kata Kunci: Hasil Belajar, Senam dan Diagnostik Kesulitan Belajar

    REVIEW: TES DIAGNOSTIK SEBAGAI TES FORMATIF DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

    Get PDF
    Artikel dibuat bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tes diagnostik sebagai tes formatif dalam meningkatkan hasil belajar pada materi kimia. Metode yang digunakan yaitu metode metaanalisis dengan cara membandingkan informasi beberapa studi literatur penelitian yang seragam. Peserta didik memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda, sehingga peran guru sebagai fasilitator sangat diperlukan. Guru harus mengetahui kemampuan awal peserta didik secara individu melalui kegiatan penilaian agar guru mengetahui kemampuan peserta didik. Informasi yang didapatkan dari peserta didik dapat digunakan sebagai rujukan dalam memperbaiki proses belajar. Keterlibatan tes diagnostik sebagai tes formatif dalam pembelajaran kimia digunakan sebagai pertimbangan pengetahuan awal untuk pembentukan kelompok heterogen, penekanan dalam pembelajaran, dan penentuan kesulitan belajar peserta didik yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penggunaan tes diagnostik sebagai tes formatif dalam pembelajaran kimia dapat memberikan diagnosis kesulitan belajar yang jitu. Berdasarkan analisis 3 literatur, tes diagnostik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui pembentukan kelompok heterogen. Perencanaan pembelajaran dengan tes diagnostik sebagai pertimbangan dalam pembelajaran pembentukan kelompok tersebut menghasilkan peningkatan paling rendah sebesar 26,85% dan peningkatan paling tinggi sebesar 38,9%. Perbandingan peningkatan hasil belajar peserta didik dapat diamati melalui presentase hasil ketuntasan sebelum dan sesudah dilakukan tes diagnostikyang kemudian dilakukan uji statistik paired. Hasil belajar peserta didik dilihat dari presentase ketuntasan belajar sebelum dan sesudah menggunakan tes diagnostik yang kemudian diolah menggunakan uji statistik tipe paired sample. Uji tersebut menghasilkan rata-rata peningkatan hasil belajar yang signifikan sebesar 32,583%. Hal tersebut menunjukkan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan setelah menggunakan tes diagnostik sebagai tes formatif pada pembelajaran kimia. Kata kunci: Kimia, Tes Diagnostik, Tes Formati

    Perancangan Uji Aplikasi Kode Diagnosa dan Tindakan Diseases And Procedure Of Eye And Adnexa dengan Metode Normalisasi Data pada Hasil Evaluasi Rcaf (Relative Complexity Adjustment Factor)

    Full text link
    Application of Diagnostic and Action Codes Diseases and Procedure of eye and adnexa indicates DAD of FP test implementation has 3 (three) source data terminators which include: Terminator data source action, diagnostic search and diagnostics, each terminator produces source data consisting of. The action terminator produces the input data source action. Terminator search diagnostics generate diagnostic code source data and action codes. The diagnostic terminator produces the diagnostic input source data, the three terminators are processed into the Diagnostic Code and Action application, generating output output in the form of destination data terminals. Disease diagnosis output. Diagnostic output of action, process Application diagnostic code and action make connecting connection to IFPUG storage source with GSC information to D1 CFP as source data to process 1.1. Simple level, with destination data yielding 53.94 as output output to developer knowlage, IFPUG also generates GSC / RCAF to D2 data normality with sig> 0.1 as source data to process 1.2. Test of normality with sig 0.200 * using klomogorov-Smirnov test as output output to GSC information as application development diagnose code and action by system user at RSI UNISMA Malang.Penerapan kode perilaku diagnostik dan tindakan, prosedur mata dan adneksa menunjukkan bahwa DAD pelaksanaan uji FP memiliki tiga terminator data sumber, meliputi tindakan sumber data terminator, penelusuran diagnostik, dan diagnostik. Terminator tindakan menghasilkan tindakan sumber data masukan. Diagnostik pencarian terminator menghasilkan kode sumber kode diagnostik dan kode tindakan. Terminator diagnostik menghasilkan data sumber input diagnostik, ketiga terminator tersebut diproses ke dalam aplikasi Diagnostic Code and Action, menghasilkan output output dalam bentuk terminal data tujuan. Hasil diagnosis penyakit. Hasil diagnostik tindakan, proses Aplikasi kode diagnostik dan tindakan membuat koneksi penghubung ke sumber penyimpanan IFPUG dengan informasi GSC ke D1 CFP sebagai data sumber untuk memproses 1.1. Tingkat sederhana, dengan data tujuan menghasilkan 53,94 sebagai keluaran output untuk pengetahuan pengembang, IFPUG juga menghasilkan data normalitas GSC / RCAF ke D2 dengan sig> 0,1 sebagai data sumber untuk memproses 1.2. Uji normalitas dengan sig 0.200 * menggunakan uji klomogorov-Smirnov sebagai output output terhadap informasi GSC sebagai pengembangan aplikasi diagnosa kode dan tindakan oleh pengguna sistem pada RSI UNISMA Malang

    Perspectives on the Diagnosis of Giftedness

    Get PDF
    • 

    corecore