9,577 research outputs found

    Respons Hama Lalat Buah Jantan terhadap Beberapa Jenis Atraktan dan Warna Perangkap di Kebun Petani

    Full text link
    . Penelitian respons lalat buah jantan terhadap beberapa jenis atraktan dan warna perangkap dilakukan dikebun buah dan sayur Padang Pariaman dari bulan Juni sampai Oktober 2006. Penelitian menggunakan rancangan acakkelompok pola faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama ialah warna perangkap (merah, kuning,hijau, oranye, dan transparan). Faktor kedua ialah atraktan ME sintetik (metil eugenol murni 90%), petrogenol (ME70%), dan cue-lure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata jumlah lalat buah yang terperangkap/perangkap/haripada berbagai warna perangkap dan atraktan sintetik berbeda nyata. Lalat buah lebih banyak terperangkap, diperolehpada perangkap warna kuning (39 ekor), kemudian diikuti oleh perangkap warna merah, hijau, oranye, dan transparan,masing-masing 29,84, 27,99, 14,89, dan 14,3 ekor lalat buah/perangkap/hari. Jumlah lalat buah paling banyak tertarikpada perangkap dengan atraktan metil eugenol murni dibandingkan dengan perangkap ME 70% dan cue-lure. Perangkapwarna kuning dengan atraktan ME dapat menarik lebih banyak jenis lalat buah (11 spesies) kemudian diikuti olehperangkap transparan, perangkap warna merah, oranye, dan hijau, masing-masing dapat menarik berturut-turut 9,8, 8, dan 7 jenis lalat buah. Penggabungan antara warna perangkap dengan atraktan sintetik metil eugenol, dapatmeningkatkan kemampuan sebagai perangkap yang potensial dan juga sebagai alat monitoring lalat buah

    Alat Perangkap Tikus Elektronis

    Get PDF
    Alat perangkap atau jebakan biasanya digunakan oleh seseorang yang ingin menangkap hewan buruannya. Alat perangkap yang umum digunakan disekitar rumah adalah alat perangkap tikus. Tikus merupakan salah satu hewan liar yang sering berkeliaran disekitar rumah. Selain sering memakan bahan makanan yang berada di rumah, kotoran-kotoran dari tikus ini juga dapat mendatangkan berbagai penyakit. Masalah akan muncul ketika menangkap tikus menggunakan sangkar perangkap yang sudah ada yaitu jumlah tikus yang mampu ditampung dalam satu sangkar perangkap hanya satu ekor tikus saja. Perancangan alat perangkap tikus elektronis ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian rangkaian elektronika dan bagian mekanik, dengan persyaratan dapat mendeteksi tikus yang masuk ke dalam perangkap, mempunyai sangkar pengumpul, dapat menggiring tikus ke sangkar pengumpul, dan dapat memberi informasi adanya tikus yang tertangkap. Hasinya adalah alat dapat bekerja dengan spesifikasi mempunyai rangkaian sensor inframerah, rangkaian relai pengatur pintu perangkap, rangkaian timer 10 detik dan 15 detik, dan rangkaian power supply 12 volt dan 9 volt

    UJI KETINGGIAN LETAK PERANGKAP ATRAKTAN UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei Ferr.) DI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI, KABUPATEN SOLOK

    Get PDF
    Perangkap atraktan merupakan salah satu alternatif cara pengendalian hama penggerek buah kopi / PBKo (Hypothenemus hampei Ferr.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui letak perangkap atraktan yang efektif dalam mengendalikan PBKo pada kopi arabika (Coffea arabica). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Ketinggian letak perangkap yang diuji adalah; 1,4 m; 1,7 m dan 2,0 m, Parameter yang diamati adalah agroekosistem tanaman kopi, jumlah imago PBKo yang tertangkap, jumlah serangga lain yang terperangkap, persentase tanaman kopi yang terserang, dan persentase buah kopi yang terserang. Data dianalisis dengan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian letak perangkap 1,4 m paling efektif dalam menangkap imago PBKo (465 ekor) dan paling banyak menangkap serangga lainnya (46 ekor). Penggunaan letak perangkap dengan ketinggian 1,4 m paling efektif menekan persentase buah kopi yang terserang dan mengendalikan hama PBKo. Kata kunci : Hypothenemus hampei, Coffea arabica, perangkap atraktan, tingkat seranga

    PENGENDALIAN TERPADU HAMA PADA TANAMAN CABAI (CAPSICUM ANNUM L) DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAP FLUORENSE DAN BERBAGAI PERANGKAP WARNA

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rawang Pasar V Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, dengan ketinggian tempat ± 15 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli  sampai bulan September 2020.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yang diteliti. Faktor Flourence yang terdiri dari 4 taraf yaitu : F1 = Perangkap tanpa warna dan tanpa flourence, F2 = Perangkap tanpa warna dengan flourence, F3  = Perangkap warna tanpa flourenceF4 = Perangkap warna dengan flourence dan Faktor warna W yang terdiri dari 4 taraf yaitu : W1 = Warna Merah.  W2 = Warna Kuning, W3 = Warna Hijau, W4 = Warna Biru.Dari hasil penelitian menunjukkan perlakuan terbaik adalah perangkap yang memiliki flourense pada setiap jumlah populasi tertangkap pada perangkap ada lima ordo yang merupakan hama penting tanaman tanaman cabai diperoleh dari ordo Thysanoptera jenis Thrips sebesar  25084,40 kemuidan diikuti  sebesar 16532,9  ordo  Lepidopteradan dikuti ordo hemiptera dan diptera.  Untuk perlakuan warna dapat dilihat pada perangkap yang memiliki warna cerah seperti dan hijau,  kuning, merah serta biru. Kata Kunci :Floutence, Warna, Caba

    PERBEDAAN KEBERHASILAN PENANGKAPAN TIKUS DENGAN MODEL PERANGKAP SINGLE LIVE TRAP DAN SNAP TRAP (STUDI DI DAERAH LEPTOSPIROSIS DI DUSUN NGAGLIK, KECAMATAN MOYUDAN, SLEMAN)

    Get PDF
    Tikus termasuk satwa liar yang sering berasosiasi dengan manusia. Tikus dapat menimbulkan kerugian di bidang peternakan, pertanian, ekonomi, dan kesehatan. Di bidang kesehatan, tikus dapat menjadi reservoir penyakit leptospirosis, oleh karenanya diperlukan upaya pengendalian tikus. Pengendalian dengan mekanik diantaranya dengan memasang perangkap tikus. Tujuan penelitian untuk menilai perbedaan keberhasilan penangkapan tikus dengan model perangkap single live trap dan snap trap di Dusun Ngaglik. metode penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan rancangan penelitian post test only desaign, 80 perangkap model single live trap dan 80 snap trap dipasang secara acak pada rumah warga selama 3 hari pemasangan. Variabel bebas adalah jenis perangkap single live trap dan snap trap, variabel terikat adalah keberhasilan penangkapan. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan persentase keberhasilan penangkapan model perangkap single live trap 6,67% dan snap trap 0,42%. hasil uji statistik chi-square menunjukkan ada perbedaan bermakna keberhasilan penangkapan tikus antara model perangkap single live trap dan snap trap (p-value=0,001). Jenis tikus yang tertangkap yaitu Rattus tanezumi (70,59%) dan insektivora Suncus murinus (29,41%). Disarankan pengendalian tikus di pemukiman Dusun Ngaglik dapat menggunakan perangkap single live trap. Kata Kunci: Tikus,Perangkap single live trap,snap tra
    corecore