10,748 research outputs found
ANALISIS POLA PITA-C KROMOSOM TANAMAN SALAK JANTAN DAN BETINA (Salacca zalacca var. zalacca) ANALYSIS OF C-BANDING CHROMOSOMES OF MALE AND FEMALE SALAK (Salacca zalacca var. zalacca)
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pola pita-C kromosom salak
jantan dan betina, selanjutnya mengidentifikasi penanda kelamin tanaman salak
berdasar perbedaan pola pita-C kromosom.Tanaman salak jantan dan betina
varietas pondoh asal cangkok anakan digunakan untuk mempelajari perbedaan
pola pita-C. Pengamatan pita-C kromosom dilakukan dengan teknik pemitaan
geimsa (geimsa C-banding technique). Analisis perbedaan pola pita-C kromosom
salak jantan dan betina dilakukan berdasar jumlah dan posisi pita-C dengan
membandingkan karyogram dan idiogram pita-C. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pita-C kromosom salak dapat dihasilkan menggunakan metode pemitaan-
C geimsa (Geimsa C-banding technique), sebagian pita-C berada pada ujung
kromosom atau terletak pada daerah telomer dan sebagian yang lain terletak di
daerah sentromer. Pita-C dapat dihasilkan pada kromosom metafase awal (pro
metaphase) maupun kromosom metafase (late metaphase). Tidak terdapat
perbedaan pola pita-C antara kromosom tanaman salak jantan dan betina,
sehingga jenis kelamin tanaman salak tidak didapatkan ditentukan berdasar pola
pita-C kromosom.
Kata kunci: kromosom, pita-C, penanda kelamin, salak
Studi Penyiapan Akar Berkualitas Untuk Uji Kromosom Dan Penggandaan Kromosom Planlet Hasil Kultur Anter Anthurium
Pengakaran berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dan penggandaan kromosom merupakan masalah kritikal dalam pengembangan teknologi kultur anter Anthurium. Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh media dan arang aktif dalam mempersiapkan akar berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dan (2) pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi kolkisin terhadap keberhasilan penggandaan kromosom. Studi penyiapan akar berualitas dan penggandaan kromosom planlet hasil kultur anter Anthurium telah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Rumah Kaca, Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dari Bulan Februari sampai September 2009. Pembentukan akar berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dipengaruhi oleh media pengakaran dan penambahan arang aktif. MP-7 [medium Winarto-Teixeira (WT) tanpa hormon yang ditambah 1% arang aktif] merupakan medium induksi pembentukan jumlah dan kualitas akar terbaik dengan 4,5 akar per tunas dan 83% nya ialah akar yang sesuai untuk uji kromosom. MPH-1 [Murashige dan Skoog (MS) yang ditambah 0,2 mg/l N6-benzylaminopurin (BAP) dan 0,02 mg/l asam asetat naftalen (NAA)] merupakan medium pengakaran tunas haploid yang sesuai untuk induksi pembentukan akar hingga 2,5 akar per tunas. Konsentrasi kolkisin 0,25% dengan 7 hari waktu aplikasi dan 0,05% dengan 10 hari periode aplikasi merupakan perlakuan yang sesuai untuk mendapatkan tanaman haploid ganda dengan persentase yang tinggi yaitu 80 dan 76,5% secara berurutan. Ini berarti 19–20 tanaman haploid ganda diperoleh dengan perlakuan tersebut. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat terutama dalam mempersiapkan akar berkualitas yang sesuai untuk uji kromosom dan mendapatkan tanaman haploid ganda yang optimal melalui perlakuan kolkisin
STUDI KROMOSOM IKAN PELANGI (Melanotaenia Lacustris) [Chromosome Study of Rainbowfish (Melanotaenia Lacustris)]
Penelitian sitogenetika pada ikan pelangi (Melanotaenia lacustris) difokuskan pada pengungkapan keanekaragaman kromosom dalam hal jumlah, bentuk, dan karyotipenya. Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika dan Reproduksi ikan Fakuitas Perikanan dan 11 mu Kelautan IPB, pada bulan on Mei — Deseber 2000. Preparat kromosom dibuat dengan metode jaringan padat yang menggunakan larva ikan umur 10-30 hari. Analisis kromosom dilakukan setelah pewarnaan dengan larutan Giemza. Kromosom diploid ikan M. lacustris adalah (2N = 46). Karyotipenya menunjukkan 46 kromosom yang terdiri atas 9 pasang berbentuk submetasentrik (SM) (no. 1, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 13, and 14); 3 pasang subtelosentrik (ST) (no. 4, 12, 22) dan 10 pasang telosentrik (T) (no. 2, 5, 11, 15, 16, 17, IB, 19, 20, and 21) dengan 1 ST dan 1 T pada no. 23. Dari basil tersebut diduga bahwa M, lacustris memiliki kromosom sek
Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial
Algoritma Genetika (AG) adalah algoritma pencarian untuk menyelesaikan masalah yang didasarkan pada evolusi genetika yang terjadi pada makhluk hidup. Masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah pencarian akar persamaan polinomial dengan menggunakan algoritma genetika. Tujuan penulisan skripsi ini adalah menjelaskan implementasi algoritma genetika dengan metode seleksi roullette wheel untuk mencari akar persamaan polinomial.Langkah-langkah pencarian akar persamaan polinomial menggunakan algoritma genetika adalah membangkitkan populasi secara random, evaluasi fitness tiap individu, seleksi kromosom denga metode roullette wheel, melakukan crossover pada kromosom yang terpilih, mutasi gen pada kromosom yang terpilih, menyusun populasi baru sampai memperoleh individu dengan nilai fitness optimum.Hasil implementasi algoritma genetika untuk mencari akar persamaan dari sebuah fungsi P(x) pada interval [0.3] didapat bahwa pada generasi pertama kromosom kedua belas telah dihasilkan fitness 1,000, dengan kromosom 10101010 yang akarnya adalah .2,00
Variation of morphology, karyotype and protein band pattern of adenium (Adenium obesum) varieties
Abstrak. Hastuti D, Suranto, Setyono P. 2009. Variasi morfologi, karyotipe dan pola pita protein pada berbagai varietas kamboja
jepang (Adenium obesum). Nusantara Bioscience 1: 78-83. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi Adenium obesum dari
enam varietas yaitu obesum, cery, red lucas, red fanta , white bigben, dan harry potter berdasarkan sifat morfologi, karyotipe, serta pola
pita protein. Preparat kromosom dibuat dengan metode squash semi permanen dengan bahan ujung akar tanaman dan pola pita protein
dilakukan dengan metode SDS-PAGE. Data kualitatif meliputi bentuk dan warna daun dan bunga dari masing-masing varietas. Data
morfometri antara varietas dianalisis dengan analisis sidaik ragam (ANAVA), dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT),
pada taraf 5% terbukti terdapat beda nyata antar varietas. Pola pita protein akar, batang, daun serta semua organ dianalisis secara
kualitatif menggunakan analisis kelompok hierarkhis Average Linkage (between Groups) dalam program SPSS 10.0. Hasilnya
menunjukkan bahwa keenam varietas memiliki karakter morfologi yang bervariasi, yaitu warna daun hijau muda sampai hijau tua, tidak
berbulu, tulang daun polos, sedangkan warna mahkota merah muda sampai merah tua, walaupun ada yang putih dan kuning. Jumlah
kromosom semua sama yaitu n =22, dimana panjang absolut kromosom berkisar antara 2,56-5,13 ÎĽm. Pola pita protein yang terbentuk
secara kualitatif terdapat variasi ketebalan di antara keenam varietas, yang menunjukkan adanya perbedaan kandungan proteinnya.
Kata kunci: Adenium, morfologi, karyotipe, elektroforesis
Hubungan Kekerabatan Fenetik Beberapa Varietas Pisang Lokal Kalimantan Selatan
Hubungan kekerabatan fenetik pisang dapat diketahui dengan teknik analisis kromosom akar pisang, yaitu dengan membuat kariotipe kromosom sehingga jenis genom dan tingkat ploidi kromosom pisang terlihat dengan jelas. Selain itu, jenis genom dan tingkat ploidi kromosom pisang dapat ditentukan dengan metode skoring berdasarkan ekspresi fenotif Musa acuminata dan Musa balbisiana. Kesemua varietas lokal pisang Ka-limantan Selatan, yaitu pisang Ambon, pisang Mahuli, pisang Palembang dan pisang Raja tidak berkerabat dekat. Pisang Ambon bergenom AAA dengan subgroup Cavendish, pisang Mahuli bergenom AA dengan subgroup pisang Mas dan pisang Raja memiliki genom ABB dan termasuk subgroup Kepok. Untuk pisang Pa-lembang, tidak dapat diketahui genom dan subgroupnya karena analisis kromosom akar pisangnya tidak jelas
RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK PENJADWALAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN METODE METAHEURISTIK (PENGGABUNGAN METODE ALGORITMA GENETIK DAN TABU SEARCH)
Penjadwalan kegiatan perkuliahan dalam sebuah Perguruan Tinggi / Kampus adalah suatu hal yang rumit dan sering mengalami kesulitan, yang menyebabkan pengalokasian mata kuliah, dosen, dan ruangan sering bentrok dengan jadwal mata kuliah, dosen, dan ruangan yang lain dalam suatu periode jadwal kuliah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem dan metode optimasi yang dapat diterapkan untuk menyusun sebuah jadwal mata kuliah. Dalam Algoritma Genetika, populasi awal dibangun secara acak, sedangkan pada populasi berikutnya merupakan hasil evolusi kromosom-kromosom melalui interasi yang disebut dengan istilah generasi. Setiap generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi yang akan menghasilkan nilai fitness. Nilai fitness suatu kromosom akan menunjukan kualitas tiap kromosom dalam populasi tersebut.(Kusumadewi & Purnomo, 2005). Sedangkan Prinsip dasar Tabu Search adalah untuk mengikuti kemampuan local search bertemu sebuah lokal optimum dengan cara membiarkan nonimproving bergerak kembali ke solusi sebelumnya yang dicegah dengan menggunakan memori yang disebut dengan Tabu List. Dengan adanya perangkat lunak penjadwalan kuliah yang menggunakan penggabungan metode Algoritma Genetika dan Tabu Search, aplikasi ini mampu membuat sebuah jadwal yang meminimalisir jumlah bentrok pada sisi mahasiswa maupun dosen, baik pada jam kuliah maupun hari. Kata Kunci: penjadwalan, Algoritma Genetika, Tabu Searc
- …