82,491 research outputs found

    PENGARUH UPAYA PROMOTIF, PREVENTIF KELUARGA DAN INFEKSI TERHADAP KEJADIAN KURANG PROTEIN (KEP) (Studi pada anak usia 2-5 tahu di Wilayah Kerja Puskesmas Gedangan Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang)

    Get PDF
    Kurang Energi Protein (KEP) adalah suatu keadaan kurang gizi pada seseorang yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan atau karena gangguan penyakit tertentu. Upaya penanggulangan KEP perlu adanya upaya promotif (pendidikan gizi) dan upaya preventif (imunisasi, pemberian multivitamin/suplemen dan pemberian makanan cukup energi protein). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh upaya promotif dan preventif keluarga terhadap Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) pada anak balita. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional retrospktif dengan menggunakan disain case-control. Sampel adalah balita KEP ringan berjumlah 76 balita (kelompok kasus) dan 76 balita berstatus gizi normal (kelompok kontrol) dengan matching umur dan jenis kelamin. Analisa univariat, bivariat, (chi-square) dan multivariat dengan regresi logistic metode enter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang bergaruh terhadap KEP adalah upaya preventif (kecukupan energi, protein) dan infeksi, dimana P value infeksi=0,002, ketiganya < p value=0,05, berarti signifikan, dan masing-masing mempunyai probabilitas untuk terjadinya KEP sebesar 32,6% 20,7%,dan 18,5%. Saran, perlu digalakkan upaya promotif dan preventif keluarga dengan meningkatkan program penyuluhan gizi agar konsumsi energi dan protein di masyarakat meningkat. Dan bagi penelitian berikutnya perlu dilakukan penelitian eksperimen yang lebih spesifik tentang upaya promotif (pendidikan gizi) dengan berbagai metode untuk mengetahui seberapa pengaruhnya terhadap penurunan prevalensi KEP. Kata Kunci: Kurang energi protein, promotif, preventif, keluarga, anak balita THE EFFECT OF PROMOTIVE EFFORTS, PREVENTIVE THE FAMILY, AND INFECTION TOWARDS THE INCIDENT LESS ENERGY PROTEIN (A Studies at Age Child 2-5 years in The Work Territory of The Community Health Centre Gedangan The Subdistric Tuntang Distric Semarang Less Energy Protein (KEP) was a malnutrition situation to someone who was caused by the low level of consumption of energy and protein in food or because of the distrubance of the certain illness, so as his consumption met or was not in accordance with the Adequacy Figure of the Nutrient. KEP control efforts needed the existence of promotive efforts (nutritive education) and preventiveefforts (the immunisation, giving of multivitamins/the supplement and giving of food of enough protein energy). The aim of the research was to know the influence of promotive efforts and preventive the family towards the Incident Less Energy Protein (KEP) to the child. The Research kind that was carried out was the research observational retrospective by making use of the design case-control. The sample was pre-school KEP light numbering 76 pre-school (the case group) and 76 pre-school status the normal nutrient (the control group) with matching the age and gender. The analysis that that was used analysis univariate, bivariate (ehi-square) multivariate with regression logistic the method enter. Results of the research showed that the influential variableagainst KEP was preventive efforts (the adequacy of energy, protein) and the infection, where p value the adequacy energy=0,000, p the adequacy protein=0,002 and p value infection=0,002, the three of them < p value=0,05, was significantly significant, and each having the probability for the KEP occurrence as big as 32,6%20,7%,dan 18,5%. The suggestion, must be stimulated by promotive efforts and preventive the family by increasing the counseling program the nutrient so that consumption of energy and protein in the community increases. And for the following research mus be done by the experiment research that more specific about promotive efforts (nutritive education) with various methods to know so his influence towards the decline in the KEP prevalence. Keyword: less energy protein, promotive, preventive, the family the chil

    Perbedaan Kadar Gula Darah Setelah Terapi Bekam Basah Dan Pijat Refleksi Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Karangmalang Sragen

    Get PDF
    Diabetes mellitus is one of the non-communicable diseases that occur on a person because an increase blood glucose levels as a result of progressive insulin secretion because decreased insulin resistance. Many non-pharmacological therapy have been found to help reduce and control blood glucose levels, such as wet cupping therapy and reflexology. Wet cupping therapy can increase blood circulation in the pancreas and in the muscles so that increased insulin receptor sensitivity and glucose levels is decreased, whereas reflexology is able to provide stimulus that is capable to make blood circulate smoothly through the body. This research aimed to determin of the differences in blood glucose after wet cupping therapy and reflexology. This research method used pre-experimental design with two group pre-post design. Total sample in this study was 60 respondents, divided into 2 groups with 30 persons for wet cupping therapy and 30 persons for reflexology. The sampling method used accidental sampling. Data analysis techniques using paired sample t-test to find out blood sugar before and after theraphy in both groups, whereas difference test between wet cupping therapy and reflexology use independent sample t-test. From the result of test paired sample t-test showed that p-value 0.001 in both groups H0 was rejected, there are differences in blood glucose levels before and after wet cupping therapy and reflexology. From the result of independent sample t-test showed that p-value 0,046 and mean difference in both groups were -21.457, so H0 was rejected, there are differences in blood sugar levels after wet cupping therapy and after reflexology, and wet cupping therapy more effective than reflexology in reducing blood sugar levels

    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Personal Hygien Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa di SDN Rembes 1 Dusun Watugimbal Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang

    Get PDF
    Personal hygiene pada anak adalah upaya dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dalam dirinya untuk memperoleh kesehatan fisik dan bertujuan untuk mencegah dari timbulnya penyakit. Personal hygiene yang dimaksud meliputi kebersihan rambut, mata, telinga, hidung, mulut, kuku, genital dan penampilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang personal hygiene terhadap pengetahuan dan sikap di SDN Rembes 1 dusun Watugimbal Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode deskriptif menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan total sampling didapatkan 48 responden yang terdiri dari 17 orang duduk di kelas 3, 18 orang duduk di keas 4 dan 13 siswa duduk di kelas 5. Hasil penelitian yang dikumpulkan menggunakan kuesioner skala Guttman dan skala Likert dengan design penelitian Quasi Eksperiment dengan rancangan penelitian pre test dan post test One Group Design. Didapatkan hasil pada pengetahuan siswa post test dengan prosentase tinggi sebanyak 79,2%, sedang 20,8%, dan rendah 0,0% dan hasil yang didapat dari post test pada sikap siswa dengan prosentase 100% responden termasuk kedalam kategori baik. Ditinjau dari jenis kelamin, siswa perempuan merupakan responden yang paling banyak dengan prosentase 52,1%. Hasil analisis uji statistik diperoleh nilai Paired T-test dengan nilai p value sebesar 0,003 < 0,05. Ditinjau dari umur responden sebagian besar berumur 9 tahun dan ditinjau dari kelas responden terbanyak diambil dari kelas 5 yaitu 20 siswa (41,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap responden tentang personal hygiene mengalami perubahan

    Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Pemberian Pelayanan Keperawatan Pada Pasien Keluarga Miskin (Jamkesmas) Di Rsui Kustati Surakarta

    Get PDF
    Pelayanan yang baik seorang perawat adalah memberikan pelayanan yang sepenuhnya kepada pasien yang pada akhirnya pasien dapat sembuh dari penyakitnya, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi pasien. Namun, pada kenyataaanya ada faktor yang dapat mempengaruhi pelayanan keperawatan perawat kepada pasien termasuk pasien Jamkesmas. Motivasi yang kurang atau rendah pada seorang perawat dapat mempengaruhi kurangnya pelayanan keperawatan. Hasil studi pendahuluan kepada 6 perawat, sebagian menyatakan termotivasi karena alasan tugas atau kewajiban sebagai perawat dan sebagian kurang termotivasi, dengan alasan tinggi rendahnya motivasi yang ada karena perawat menerima gaji yang sama. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan motivasi kerja perawat dengan pemberian pelayanan keperawatan pada pasien keluarga miskin (Jamkesmas) di RSUI Kustati Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental, dengan pendekatan deskriptif analitik korelatif, rancangan penelitian cross sectional. Sampel penetian adalah seluruh perawat Kelas III Bangsal Az-zaitun, Bangsal Ass-syiffa, Bangsal Alafiah sebanyak 44 responden, pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner motivasi dan kuesioner pelayanan. Data penelitian kemudian dilakukan uji statistik dengan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada 6 perawat (13,6%) dengan motivasi kerja rendah, 32 perawat (72,7%) dengan motivasi sedang dan 6 perawat (13,6%) dengan motivasi kerja tinggi. Pelayanan keperawatan menunjukkan 8 orang (18,2%) perawat dengan kategori pelayanan keperawatan kurang, 34 perawat (77,3%) dengan pelayanan keperawatan cukup dan 2 perawat (4,5%) dengan kategori baik. Hasil uji rank Spearman menunjukkan r = 0.389, p= 0.009 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja perawat dengan pelayanan keperawatan di RSUI Kustati Surakarta

    Hubungan Pemberian Susu Formula Non-Legeartis Dengan Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) Pada Anak Usia 1-3 Tahun

    Get PDF
    Latar belakang : Salah satu dampak buruk pemberian susu formula kepada anak balita, khususnya usia 1-3 tahun yang rentan terhadap masalah gizi di Indonesia adalah kurang energi protein (KEP) yang meliputi gizi kurang dan gizi buruk. Supariasa (2002), menyebutkan masalah KEP di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Tujuan : Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian susu formula non-legeartis dengan kejadian KEP pada anak usia 1-3 tahun. Metodologi penelitian : Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan cara observasi analitik. Metode pengambilan sampel adalah consekutif sampling dengan jumlah sampel 50 anak usia 1-3 tahun yang mengkonsumsi susu formula di Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian : Dari data yang diperoleh sebanyak 50 anak, anak yang mengkonsumsi susu formula non-legeartis dan mengalami KEP sebanyak 20 anak, dan yang tidak KEP sebanyak 5 anak. Sedangkan anak yang mengkonsumsi susu formula legeartis dan mengalami KEP sebanyak 10 anak dan yang tidak KEP sebanyak 15 anak. Dari analisis data menggunakan chi-square didapatkan nilai p = 0,04 dan RP = 2 (dengan interval kepercayaan 1,191-3,359) yang artinya anak yang mengkonsumsi susu formula non-legeartis memiliki peluang 2 kali lebih besar untuk mengalami KEP dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi susu formula legeartis. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian susu formula non-legeartis dengan kejadian KEP pada anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo

    PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI BALITA KEP UMUR 12 SAMPAI 36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS SAMBI II KABUPATEN BOYOLALI

    Get PDF
    Golongan balita adalah paling rawan dan menderita bila terjadi krisis ekonomi terutama ancaman status gizinya sehingga dikhawatirkan muncul missing link I lost generation .Apabila bila ditunjang dengan kasus balita kurang energi dan protein (KEP).Sebagai antisipasi dampak ancaman status gizi dan kesehatan pada kelompok balita KEP,pemerintah Kabupaten Boyolali melalui program APBD II mempunyai program yang salah satu kegiatanya adalah PMT- P dengan sasaran anak balita (12-36 bulan) dengan memberikan suplemen gizi 360-430 kalori dan 9-11 gram protein dengan biaya Rp 1.500,- per orang perhari.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perubahan status gizi anak umur 12-36 bulan sebelum dan sesudah PMT- P. Penelitian ini termasuk Pra eksperimental dengan menggunakan desain penelitian Pre and Post Test One Group Only .Populasi sekaligus sampel adalah semua anak yang berumur 12-36 bulan dengan kasus KEP yang berjumlah 52 anak.Hasil pengolahan dan analisis data dibantu dengan komputer soft ware SPSS Versi 10.0.Uji statistik dilakukan untuk menguji pengaruh PMT- P terhadap perbedaan status gizi anak sebelum dan sesudah dengan t-test for paired sample . Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa status gizi anak sebelum dan sesudah berdasarkan indeks BB/U ada peningkatan rata-rata nilai z skor sebesar 0.18,demikian juga pada indeks BB/PB ada peningkatan sebesar 0.47.Namun nilai rata-rata z skor pada PB/U mengalami penurunan sebesar 0.52.Agar ada kesinambungan dalam pemberian PMP- P program APBD II. Kata Kunci: PMT- P Program APBD II,Status gizi,anak umur 12-36 bulan THE EFFECT OF RECOVERY ADDITIONAL FOOD GIVING (PMT- P)AGAINST THE CHANGES OF BALITA,S NUTRIENTOF KEP AGED 12 TO 36 MONTHS AT THE PUBLIC HEALTH CENTER AREA OF SAMBI II,BOYOLALI REGENCY The group of balita is the group that most seriously affected and suffered when the ecomomic crisis happen,particularly his/her nutrient status threat,so that there will appear a missing link/lost generation .Moreover,if this is supported by the case of Balita who less of Energy and Protein (KEP).As the anticipation against the effect of nutrient status and health threat in the balita group of KEP,the Government of Boyolali Regency through the APBD II Program has program which one of those is PMT- P with the target of balita/children under five (12-36 months) by giving nutrient supplement in the amount of 360 - 430 calories and 9 - 11 grams of protein which cost Rp 1.500,00 per person per day.The aim of this research is to know the change of nutrient status of children age 12-36 months before and after PMT- P. This research is included in Pra Experimental by using the research design of Pre and Post test One Group Only .The population and also the sample is all children aged 12-36 months with the case of KEP in the amount of 52 children.The result of data processing and analysis was assisted by software computer SPSS 10.0 version.Statistical test was conducted to examine the effect of PMT- P against the difference of children,s nutrient status before and after with t-test for paired sample . From this research,it can concluded that the children,s nutrient status before and after based on the index of BB/u increases with the average of children nutrient of z score is in the amount of 0,18,and also there is an increasing in index of BB/PB in the amount 0,47.However there is a reducing of z score average value in PB/U in the amount of 0,52 in order to make a continuity in giving PMP- P of APBD II Program. Keyword: PMT- P of APBD II Program,nutrient status,children aged 12-36 month

    GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DAN KEJADIAN KEP PADA ANAK USIA 6-23 BULAN DI PULAU BARRANG LOMPO KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    Kurang Energi Protein (KEP) masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi KEP banyak terdapat pada golongan bayi dan balita. Padahal kurang gizi, termasuk KEP dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik dan mental serta menurunnya produktivitas kerja. Oleh karena itu KEP pada bayi/balita perlu dicegah dan dikurangi prevalensinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI ekslusif dan kejadian KEP pada anak usia 6-23 bulan di wilayah Kelurahan Pulau Barrang Lompo Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 100 anak usia 6-23 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden berdasarkan indikator BB/U terdapat 20,3% anak yang mendapatkan tidak ASI ekslusif mengalami KEP dan 23,1% anak yang mendapatkan ASI ekslusif mengalami KEP. Berdasarkan indikator PB/U terdapat 31,1% anak yang mendapatkan tidak ASI ekslusif mengalami KEP dan 15,4% anak yang mendapatkan ASI ekslusif mengalami KEP. Berdasarkan indikator BB/PB terdapat 32,4% anak yang mendapatkan tidak ASI ekslusif mengalami KEP dan 26,9% anak yang mendapatkan ASI ekslusif mengalami KEP. Berdasarkan indikator IMT/U terdapat 25,7% anak yang mendapatkan tidak ASI ekslusif mengalami KEP dan 30,8% anak yang mendapatkan ASI ekslusif mengalami KEP. Disimpulkan bahwa pemberian ASI ekslusif pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Barrang Lompo masih berada cukup rendah yaitu hanya sebesar 26%. Kejadian KEP pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Barrang Lompo tergolong tinggi dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius
    corecore