1,799,036 research outputs found

    Sistesis aliran ekuivalen tree dengan menggunakan algoritma gomary - hu

    Get PDF
    ABSTRAK Suatu jaringan komunikasi tak berarah G(V, E, c, f) merupakan suatu jaringan komunikasi dengan himpunan titik V, himpunan garis E, fungsi kapasitas c dan fungsi aliran f. Dalam jaringan komunikasi ini, medium antar dua station yang dalam hal ini digambarkan sebagai garis mempunyai kapasitas yang disebut sebagai kapasitas garis. Dad kapasitas garis ini dapat ditentukan kapasitas terminalnya. Setiap jaringan komunikasi tak berarah -n-titik adalah ekuivalen terhadap tree dan terdapat paling banyak n - 1 bilangan kapasitas terminal yang berbeda. Algoritma Gomory - Hu membangun jaringan yang ekuivalen terhadap tree dengan menyelesaikan secara tepat masalah aliran maksimum n - 9. Masalah aliran maksimum ini diselesaikan daiam suatu jaringan yang lebih sederhana daripada jaringan asli

    W425-03C-23 - Student Organizations: Honor Societies: Beta Beta Beta

    Get PDF

    Comparative evaluation of phytochemical profiles and identification of flavonoids in cereal grains

    Get PDF
    The phytochemicals including flavonoids and phenolic acids mainly contained in the outer layer of the kernels are key factors responsible for the biofunctionality of whole grains. The phytochemical profiles of twelve grain samples comprising 6 wheats, 3 barleys and 3 oats were studied for comparative evaluation of their antioxidant properties. Total phenolic content (TPC) and antioxidant activities (DPPH and ORAC) of the grain extracts were measured. The bound phenolic acids were identified and quantified using HPLC and mass spectrometry. The flavonoids in different grain were analyzed using HPLC and tandem mass spectrometric techniques. TPC in acidified methanol extracts ranged from 164 to 226, 264-391, and 308-331 mg/100 g for wheat, oats and barley, respectively. Similarly TPC in acetone extracts were 78 to 118, 223 to 351 and 367 to 433 mg/100 g. Acetone extracts had significantly (p < 0.05) higher TPC than acidified methanol extracts for barley samples. On the contrary, acidified methanol extracts from wheat and oats had higher TPC than their acetone extracts. The results showed that for both acetone and acidified methanol extracts, barley samples had significantly higher antioxidant activity than oats and wheat samples although even some of the oats had similar or even higher TPC compared to barley samples. Wheat extracts had low antioxidant activity assayed using both DPPH and ORAC assays. Oats had the highest levels of bound phenolic acids (431 to 656 mg/100 g) followed by wheat samples (91 to 153 mg/100 g). The bound phenolic acid contents of barley samples ranged from 81–105 mg/100 g. The major flavonoids in barley samples are dimers and trimers of proanthocyanidins, while flavone glucosides are the major flavonoids for wheat. The phytochemical including flavonoid profile may explain the antioxidant activity for different cereal grain rather than TPC

    Efficiency of network structures: The needle in the haystack

    Get PDF
    The modelling of networks formation has recently became the object of an increasing interest in economics. One of the important issues raised in this literature is the one of networks efficiency. Nevertheless, for non trivial payoff functions, searching for efficient network structures turns out to be a very difficult analytical problem as well as a huge computational task, even for a relatively small number of agents. In this paper, we explore the possibility of using genetic algorithms (GA) techniques for identifying efficient network structures, because the GA have proved their power as a tool for solving complex optimization problems. The robustness of this method in predicting optimal network structures is tested on two simple stylized models introduced by Jackson and Wolinski (1996), for which the efficient networks are known over the whole state space of parameter values.Networks, Optimal network structure, Efficiency, Genetic Algorithms

    FORMULASI DAN KARAKTERISASI EDIBLE FILM KOMPOSIT BERBASIS REFINED KAPPA KARAGINAN DENGAN VARIASI PENAMBAHAN ASAM LEMAK

    Get PDF
    Rumput laut merupakan primadona di sektor perikanan dan budidaya di Indonesia. Rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii) merupakan salah satu komoditas unggulan penghasil kappa karaginan dan banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam industri. Salah satu upaya pemanfaatan karaginan yang saat ini sedang dikembangkan adalah sebagai edible film pada produk pangan. Edible film yang dibuat dari bahan bersifat hidrofilik (misalnya karaginan) mempunyai ketahanan terhadap uap air yang sangat rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan barrier terhadap uap air adalah dengan menambahkan bahan lipid ke dalam larutan pembentuk film sehingga membentuk edible film komposit Tujuan penelitian ini adalah untuk: a) mengetahui pengaruh variasi konsentrasi karaginan dan gliserol terhadap karakteristik mekanik dan barrier edible film refined kappa karaginan, b) mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam palmitat terhadap karakteristik mekanik dan barrier edible film komposit refined kappa karaginan dengan plasticizer gliserol, c) mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam stearat terhadap karakteristik mekanik dan barrier edible film komposit refined kappa karaginan dengan plasticizer gliserol. Penelitian ini terdiri tiga tahapan penelitian yaitu: a) ekstraksi refined kappa karaginan dari Kappaphycus alvarezii b) formulasi dan karakterisasi edible film refined kappa karaginan dengan variasi konsentrasi kappa karaginan (1%, 1,5%, dan 2% b/v larutan film) dan variasi konsentrasi gliserol (0,5%, 1%, dan 1,5% v/v larutan film) c) formulasi dan karakterisasi edible film komposit refined kappa ka raginan dan asam lemak dengan variasi konsentrasi asam lemak (5%, 10%, dan 15% b/b karaginan) dan variasi konsentrasi zein (2,5%, 5%, dan 7,5% b/b karaginan). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik edible film refined kappa karaginan terbaik adalah konsentrasi kappa karaginan 2% dan gliserol 1%, yang memiliki ketebalan 0,122 mm, kekuatan regang putus 2,52 MPa, persen pemanjangan 15,12%, dan laju transmisi uap air 23,82 g/jam.m2. Variasi konsentrasi karaginan dapat meningkatkan ketebalan dan kekuatan reg ang putus namun menurunkan persen pemanjangan dan laju transmiisi uap air. Sedangkan variasi konsentrasi plasticizer memberikan pengaruh peningkatan ketebalan, kekuatan regang putus, persen pemanjangan dan laju transmisi uap air. Karakteristik edible film komposit dari refined kappa karaginan dan asam palmitat terbaik adalah dengan konsentrasi asam palmitat 15% dan zein 2,5%, yang memiliki ketebalan 0,106 mm, kekuatan regang putus 2,28 MPa, persen perpanjangan 19,35%, dan laju transmisi uap air 13,79 g/jam.m2. Variasi konsentrasi asam palmitat dapat meningkatkan ketebalan, menurunkan laju transmisi uap air, tetapi tidak mempengaruhi kekuatan regang putus dan persen pemanjangan. Sedangkan pengaruh konsentrasi zein dapat meningkatkan ketebalan dan laju transmisi uap air namun tidak memberikan pengaruh terhadap kekuatan regang putus dan persen pemanjangan. Karakteristik edible film komposit dari refined kappa karaginan dan asam stearat terbaik adalah dengan konsentrasi asam stearat 15% dan zein 2,5%, yang memiliki ketebalan 0,099 mm, kekuatan regang putus 2,72 MPa, persen perpanjangan 18,33%, dan laju transmisi uap air 13,32 g/jam.m2. Variasi konsentrasi asam stearat dapat meningkatkan ketebalan, menurunkan laju transmisi uap air, tetapi tidak mempengaruhi kekuatan regang putus dan persen pemanjangan. Sedangkan pengaruh konsentrasi zein dapat meningkatkan ketebalan dan laju transmisi uap air namun tidak memberikan pengaruh terhadap kekuatan regang putus dan persen pemanjangan

    Attractive South African Stories

    Get PDF
    https://commons.und.edu/settler-literature/1172/thumbnail.jp

    PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG MAMPU DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJAGA KECAMATAN PATIANROWO, KABUPATEN NGANJUK

    Get PDF
    ABSTRAKSI BETA KARTIKASARI, PEMBERDAYAAN ANAK KELUARGA KURANG MAMPU DI YAYASAN PONDOK PESANTREN SUNAN KALIJAGA PATIANROWO KABUPATEN NGANJU Penelitian ini didasarkan pada latar belakang fenomena banyaknya anakanak terlantar dan anak jalanan di Kabupaten Nganjuk yang jumlahnya tiap tahun mengalami peningkatan. Tidak sedikit keterlantaran si anak tersebut disebabkan karena faktor ekonomi keluarga dan tidak ada yang mengasuh mereka dan memberikan pendidikan yang layak. Hal ini yang melatarbelakangi pemberdayaan yang dilakukan Lembaga Swadaya Masyarakat, salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat adalah Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Patianrowo Kabupaten Nganjuk yang memberikan Pemberdayaan melalui pendidikan formal dan non formal. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Penelitian ini menaruh perhatian pada masalah penampungan anak-anak kurang mampu tersebut agar mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pendidikan yang layak. Fokus dalam penelitian ini menekankan pada pemberdayaan yang dilakukan melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal yaitu wajib belajar 9 tahun seperti yang di programkan pemerintah dan pendidikan non formal sebagai pendidikan tambahan atau pendukung pendidikan formal yaitu dimana anak-akan akan diberi pengetahuan dan ketrampilan yang akan bermanfaat untuk mengasah bakat dan keahlian yang dimiliki sebagai bekal ketika mereka terjun ke masyarakat. Data penelitian merupakan data primer yang didapat dari hasil wawancara pada key informan yaitu Bapak Aziz Kabul Budiono serta anak asuh atau para santri di yayasan dan data sekunder yang diperoleh dari data yang sudah diolah, dokumen, dan foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan. Hasil dari penelitian di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Patianrowo Kabupaten Nganjuk menyebutkan bahwa pihak yayasan telah melakukan pemberdayaan melalui pendidikan formal dan non formal: Pendidikan formal yang ada di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga prosesnya sudah berjalan dengan cukup baik, hal itu dapat dilihat dari jenis pemberdayaan yang cukup beragam, waktu pelaksaan yang sesuai jadwal dan peserta didik yang sangat antusias dan berjalan dengan cukup baik, tetapi ada sarana dan prasarana yang masih kurang. Pendidikan non formal yang ada di Yayasan Pondok Pesantren Sunan Kalijaga telah berjalan dengan baik, hal itu dapat dilihat dari jenis pemberdayaan yang cukup beragam, waktu pelaksanaan kegiatan yang sudah di atur sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar santri, peserta didik yang mengikuti kegiatan juga terlihat sangat antusias dengan mengikuti beragam kegiatan yang ada, sarana dan prasarana untuk pendidikan sudah cukup baik meskipun ada beberapa yang masih kurang. Kata kunci: Pemberdayaan dalam suatu yayasa
    • …
    corecore