692 research outputs found
The Use of Non-Military Elements of Statecraft by China during Cambodian Crisis 1997
Rekognisi atas kedaulatan suatu negara merupakan bagian dari kebijakan luar negeri yang dalam decision making process-nya pasti mempertimbangkan cost dan benefit. Proses mempertimbangkan kebijakan luar negeri akan semakin sulit dilakukan apabila rekognisi atas kedaulatan tersebut dilakukan terhadap negara yang sedang mengalami krisis. Saat Kamboja mengalami krisis pada tahun 1997, Tiongkok mengambil langkah strategis dengan memberikan rekognisi terhadap kedaulatan Kamboja. Walaupun Tiongkok memberikan rekognisi dalam bentuk yang tidak empiris, dalam hal ini elemen-elemen non-militer, namun terbukti bahwa bentuk rekognisi semacam itu sudah cukup untuk memberikan dampak berupa keuntungan strategis terhadap kedua negara khususnya Kamboja sebagai negara yang sedang mengalami krisis. Penelitian ini akan menggambarkan best practices dari upaya sebuah negara dalam memberikan rekognisi atas kedaulatan negara lain, melalui elemen-elemen yang bersifat non militer. Pada akhirnya, penggunaan elemen-elemen non-militer merupakan hal yang berpotensi dalam memberikan dampak strategis terhadap rekognisi yang dilakukan bagi negara yang sedang mengalami krisis
Pengaruh Parasetamol Dosis Analgesik Terhadap Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase Tikus Wistar Jantan
Latar belakang: Parasetamol digunakan untuk menangani keadaan nyeri akut pasca operasi. Pada dosis yang direkomendasikan parasetamol dianggap aman. Namun penggunaan parasetamol diatas rentang dosis terapi dapat menyebabkan gangguan hati. Kerusakan sel hati secara jelas akan mempengaruhi kadar SGOT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parasetamol dosis analgesik terhadap kadar SGOT tikus wistar jantan.Metode: Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian eksperimental dengan pendekatan Post-Test Only Control Group Design yang menggunakan tikus Wistar Jantan sebagai objek penelitian. Terdapat 3 kelompok penelitian yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan parasetamol dosis analgesik selama 2 hari dan kelompok yang diberikan parasetamol selama 4 hari. Normalitas data diuji dengan Shapiro Wilks. Data dianalisis dengan independent t test dan one way Anova yang dilanjutkan uji LSD.Hasil: Uji independent t test menunjukkan kenaikan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi parasetamol dosis analgesik selama 2 hari. Selain itu, terdapat peningkatan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi parasetamol dosis analgesik selama 4 hari. Uji one way Anova menunjukkan kenaikan yang signifikan (p<0,05) antara semua kelompok. Akan tetapi pada kelompok tidak didapatkan kenaikan signifikan antara kedua kelompok perlakuan yang diberi parasetamol dosis analgesik selama 2 hari dan 4.Kesimpulan: Pemberian parasetamol dosis analgesik dapat meningkatkan kadar SGOT
Role of Lifestyle Modification through Dietary Changes to Endometrial Receptivity on Infertility Women and Obesity with Polycystic Ovary Syndrome
Abstract
Objective: To investigate the effect of lifestyle modification on endometrial receptivity of obese women with polycystic ovary syndrome using ultrasonography.Methods: This observational study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta from August 2019 to May 2020. A total of 14 subjects were participated in this study. The subjects were advised to get nutrition counseling by nutritionist and then followed up the endometrial profiles for 6 months by ultrasonography.Results: A total 19 subjects were received nutrition counseling by Clinical nutritionist, but then, only 14 subjects were evaluated the endometrial study by Ultrasonography. There were several significant result between before and after treatment some subjects such as calories, body weight, body mass index, waist circumference (p<0.05) and type of the endometrial vascular zone, endometrium volume, and vascular flow index by ultrasonography (p<0.05). In this study, no significant results have been found on the correlation between dietary changes and changes in endometrial receptivity profiles.Conclusion: No significant correlation was observed between changes in anthropometrics and daily calorie intake with changes in endometrial vascular zones.Keywords: endometrial receptivity, obese, polycystic ovary syndrome, ultrasonography.
Abstrak
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh modifikasi gaya hidup pada reseptivitas endometrium perempuan obesitas dengan sindrom ovarium polikistik menggunakan ultrasonografi.Metode: Penelitian observasional ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta dari Agustus 2019 hingga Mei 2020. Sebanyak 14 subjek berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua subyek disarankan untuk mendapatkan konseling gizi oleh ahli gizi dan dilakukan observasi profil endometrium selama 6 bulan dengan ultrasonografi.Hasil: Sebanyak 19 subjek menerima konseling gizi oleh ahli gizi klinis, tetapi kemudian, hanya 14 subjek yang dievaluasi profil endometrium dengan Ultrasonografi. Ada beberapa hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan beberapa subjek seperti kalori, berat badan, indeks massa tubuh, lingkar pinggang (p<0,05) dan tipe zona vaskular endometrium, volume endometrium, dan indeks aliran vaskular dengan ultrasonografi (p <0,05). Dalam penelitian ini, tidak ditemukan hasil yang signifikan pada korelasi antara perubahan pola makan dan perubahan dalam profil reseptivitas endometrium.Kesimpulan: Tidak ada korelasi yang signifikan antara perubahan antropometrik dan asupan kalori harian dengan perubahan zona vaskular endometrium.Kata kunci: endometrium, obesitas, reseptivitas, sindrom ovarium polikistik, ultrasonograf
PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGAMATAN TERHADAP NARAPIDANA OLEH HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT STUDI KASUS DI LAPAS SLEMAN
Hakim pengawas dan pengamat mengadakan pengawasan dan pengamatan guna memperoleh kepastian bahwa putusan pengadilan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan untuk bahan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi pemidanaan. Tujuan penulisan penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui realisasi tugas hakim pengawas dan pengamat dalam melaksanakan kewenangannya, untuk mengetahui manfaat pengawasan dan pengamatan terhadap narapidana, untuk mengetahui kendala yang timbul dan dihadapi oleh hakim pengawas dan pengamat dalam melaksanakan kewenangannya. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris. Yuridis yaitu mengkaji konsep normatifnya atau peraturan perundang-undangan, sedangkan empiris yaitu mengkaji pada kenyataan yang ada terhadap pelaksanaan pengawasan dan pengamatan terhadap narapidana oleh hakim pengawas dan pengamat di lapas Sleman. Selanjutnya,dalam memperoleh data penulis menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan. Dari hasil penelitian memperoleh hasil bahwa tugas pengawasan dan pengamatan sama-sama penting untuk dilakukan tetapi dari segi kemanfaatan maka tugas pengamatan lebih bermanfaat daripada tugas pengawasan oleh hakim pengawas dan pengamat sebagai bahan penelitian hasil guna penjatuhan pidana
PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP KADAR SERUM GLUTAMAT PYRUVAT TRANSAMINASE TIKUS WISTAR JANTAN
Latar belakang: Dalam dunia kedokteran penggunaan parasetamol sebagai analgesik semakin banyak digunakan di bidang anestesi terutama sebagai pereda nyeri akut paskaoperasi denga derajat ringan hingga sedang karena parasetamol dianggap lebih aman dan efektif. Namun, dibalik keunggulan tersebut, parasetamol juga memiliki efek samping. Dewasa ini terdapat beberapa pustaka dan penelitian yang menjelaskan mengenai efektifitas dan efek hepatotoksik parasetamol namun masih belum jelas mengenai efek parasetamol sebagai obat analgesik terhadap Serum Glutamat Pyruvat Transaminase (SGPT) yang merupakan indikator kerusakan fungsi hati.
Tujuan: Mengetahui pengaruh prasetamol dosis analgesik (1000 mg) terhadap kadar Serum Glutamat Pyruvat Transaminase tikus wistar jantan.
Metode: Penelitian ini menggunakan true experimental dengan post test only with control group design. Sampel menggunakan tikus wistar jantan sebanyak 21 tikus. Tikus wistar dibagi secara simple random sampling menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol yang tidak diberi parasetamol. Perlakuan 1 yang diberi parasetamol peroral 1000mg 4x sehari selama 2 hari. Perlakuan 2 yang diberi parasetamol peroral 1000mg 4x sehari selama 4 hari. Data diuji normalitasnya dengan Shapiro Wilks. Data dianalisisa dengan One Way Anova yang kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc (LSD).
Hasil: Terdapat kenaikan nilai rerata kadar SGPT dari kontrol terhadap perlakuan 1 dan perlakuan 2. Uji Anova didapatkan perbedaan yang bermakna (p = 0.025). Uji Post Hoc didapatkan perbedaan yang bermakna pada kontrol terhadap perlakuan 1 (p = 0.010), dan terhadap perlakuan 2 (p = 0.042).
Kesimpulan: Pemberian parasetamol dosis analgesik selama 2 dan 4 hari dapat menyebabkan terjadinya kenaikan kadar SGPT yang bermakna.
Kata Kunci: Parasetamol, analgesik, nyeri akut, SGPT, ALT, hepatotoksi
Performance of Genetically Modified Cotton: A Systematic Review Findings
The benefits of transgenic cotton continue to be disputed, despite rapid and widespread adoption since their commercial introduction in the United States in 1995 and first planted in 1996. Since the first debut on U.S cotton farms, biotech cotton rising growing area which mostly derived from the yield gain and increasing farmers income. There is a general belief that the development of cotton biotechnology will be a major factor in boosting productivity in agriculture around the world. This study aim to provide an overview of the current state of knowledge the performance of this technology worldwide based on a wide range of data and source from available literature. To this end, we investigated the benefits of implementing Genetically Modified Cotton in developing countries particularly in China and India as the systematic review which captured to provide the evidence of potential benefits of cotton biotechnology. In summary, this paper depicts positive impact of commercialized this technology in terms of net revenue and the benefits, especially in terms of increased yield, are greatets for the mostly farmers in China and India who have benefitted from the spill over of technology targeted at the farmers in developed countries
Siparti 3-S, Triple Helix, and Social Capital in Strengthening Local Competitive Industries in Indonesia
Siparti 3-S, triple helix (TH), and social capital (SC), are perceived relevance and appropriate paradigms in the context of strengthening local competitive industry products. This article explains analytically the notion of employing these paradigms in designing, constructing, and delivering small industry emÂpowerment programs in Indonesia. Synthesis of Siparti 3-S generated from the author’s view and experience as a researcher and consultant on the development of small industry in East Java. Critical analysis of TH based on the orientation and goals of triple helix model (THM). The existence and roles of SC perceived as the glue and lubricant as well in the connection of Siparti 3-S and TH. The plausibility of Siparti 3-S, TH, and SC as appropriate paradigms in reaching-in and reaching-out to strengthen small industry reflected upon one of the author’s study on the success story of ASPILOW (Asosiasi Pengusaha Industri Logam Waru, Association of Waru Metal Industry Firms), Sidoarjo, East Java. Keywords: Siparti 3-S, triple helix, social capital, SILOW, ASPILO
- …