12 research outputs found

    PEMANFAATAN PELAYANAN PERSALINAN PADA FASILITAS KESEHATAN BERDASARKAN KELAS IBU HAMILDI PUSKESMAS HILA

    Get PDF
    Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan memulai menyusu sendiri segera setelah lahir/dini, dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih, sampai menyusu pertama selesai. Praktek IMD di Indonesia kurang dari 1 jam setelah bayi lahir hanya 34.5%. Kurangnya pengetahuan dari orang tua sehingga IMD masih jarang dipraktekkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi IMD terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di wilayah kerja Puskesmas Palangloe Kabupaten Gowa. Jenis penelitian dengan metode quasi eksperiment dengan rancanganthe randomized pretest-posttest contol group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berada di wilayah kerja puskesmas sebanyak 60 ibu hamil pada bulan Januari-April 20017. Penarikan sampel menggunakan metode total sampling 60 ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan Mann Whitney, Wilcoxon dan Paired t Test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi IMD dengan p<0,05 dan ada pengaruh edukasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu tentang IMD dengan p<0,05 (pengetahuan kelompok intervensi p=0,000, pengetahuan kelompok kontrol p=0,000; sikap kelompok intervensi p=0,000 dan sikap kelompok kontrol p=0,000). Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil mengenai IMD setelahdilakukan edukasi (penyuluhan)

    STATUS GIZI DAN RIWAYAT KOMPLIKASI KEHAMILAN SEBAGAI DETERMINAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI KAB. MAMUJU

    Get PDF
    Komplikasi persalinan adalah keadaan yang mengancam jiwa ibu ataupun janin karena gangguan sebagai akibat langsung dari kehamilan atau persalinan yang membutuhkan manajemen obstetri tanpa ada perencanaan sebelumnya dan merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia, tetapi dapat dicegah melalui deteksi dini terhadap kehamilan maupun persalinan dengan risiko. Penelitian ini bertujuan menetapkan besarnya risiko (status gizi, penyakit ibu, riwayat komplikasi kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dengan tindakan, kualitas ANC, dan penolong persalinan), serta mengetahui variabel yang memberi risiko dominan terhadap kejadian komplikasi persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju. Desain penelitian yang digunakan adalah case control study. Penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 174 responden yang terdiri dari 58 responden untuk kasus dan 116 responden untuk kontrol pada ibu yang bersalin di lokasi penelitian dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan dari enam variabel yang diduga berisiko terhadap kejadian komplikasi persalinan hanya ada dua yang secara signifikan berisiko terhadap kejadian komplikasi persalinan yaitu status gizi (OR=2,862) dan riwayat komplikasi kehamilan (OR=5,587). Dari dua variabel tersebut variabel yang paling dominan berisiko terhadap kejadian komplikasi persalinan adalah riwayat komplikasi kehamilan

    HUBUNGAN ANTARA ASPEK-ASPEK PENGONTROLAN DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA GAY DI WILAYAH KOTA BAU-BAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    Pada hakikatnya manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhluk sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya,mencintai orang lain beda jenis, maupun yang sejenis, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpangdalam perilaku seksual. Penelitian ini bertujuan mengetahui Hubungan antara aspek-aspek pengontrolan diridengan perilaku seksual, dan menilai seberapa besar pengaruh dari pengontrolan diri terhadap berperilakuseksual pada Gay. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional Study. Data di analisis menggunakanuji Chi-Square dan uji multiple logistik regression. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontrol pengetahuantidak berpengaruh terhadap 5 komponen perilaku seksual. Kontrol perilaku hanya berpengaruh terhadap 1komponen perilaku seksual saja yaitu perilaku anal seks, dengan nilai p=0,007 (p<0,05), nilai OR=7,636(OR≥1), nilai CI=1,736 (CI≥1). Kontrol keputusan hanya berpengaruh terhadap 1 komponen perilaku seksualsaja yaitu perilaku petting, dengan nilai p=0,047 (p<0,05), nilai OR=4,133 (OR≥1), nilai CI=1,020 (CI≥1)

    Effectiveness Curcuma Longa to Prevent Cells Damage in Early Pregnant Mice with Acute Toxoplasmosis

    Get PDF
    Objective: To prove the effectiveness of Curcuma longa to prevent damage  cells  by analyzing  FOXP3 gene expression, TNF-α level, and histopathology of placental tissue.  Method: This study was conducted in 20 early pregnant mice, divided in 5 groups (K1-K5). K1-K4 were injected with  tachyzoites. K1 and K2 were intervened with Curcuma longa 125  and 500 mg/kg/day. K3 were intervened with  spiramycin  60 mg/kg/day, K4 were intervened with 0,2 distilled water, and  K5 was not injected and intervened. IgG-IgM levels, FOXP3 mRNA expression, TNF-α level was examined serially, and  placental mice were taken for histopathology examination  7 days after intervention.Result:  FOXP3 mRNA expression in K1 and K2  increased significantly 7 days after intervention compared to K4 (p < 0.05), however the increased  of  expression in two groups has no significant difference. TNF-α level in K1 and K2 decreased significantly 7 days after intervention compared to K4  (p < 0.05), however the decrease of  level in two groups has no significant difference. Hemorrhagic and necrotic cells were not found in K1 and K2, but  were found in  K3 (75%)  and K4 (100%). Conclusion: Curcuma longa 125 mg is effective to prevent cells damage in early pregnant mice with acute toxoplasmosis. Efektivitas Ekstrak Curcuma Longa Mencegah Kerusakan Sel Pada Mencit Hamil Muda dengan Toksoplasmosis Akut.AbstrakTujuan: Membuktikan efektivitas Curcuma longa  mencegah kerusakan sel dengan menganalisis ekspresi gen FOXP3, kadar TNF-α, dan histopatologi jaringan plasenta.Metode: Penelitian dilakukan pada 20 tikus hamil muda, dibagi dalam 5 kelompok (K1-K5). K1-K4 diinjeksi 10 takizoid toksoplasma intra abdominal. Tiga hari pasca injeksi takizoid, K1 dan K2 diintervensi dengan Curcuma longa 125 dan 500 mg / kg / hari. K3 diintervensi dengan spiramisin 60 mg / kg / hari, K4 diintervensi dengan 0,2 ml air suling dan K5 tidak diinjeksi dan tidak diintervensi. Kadar  IgG-IgM, ekspresi mRNA FOXP3, kadar TNF-α diperiksa secara serial  dan  plasenta tikus  diambil untuk pemeriksaan histopatologi  7 hari pasca intervensi.Hasil: Ekspresi mRNA FOXP3 pada K1 dan K2 meningkat bermakna (p< 0.05)  7 hari pasca intervensi dibandingkan dengan K4 (p <0,05), tetapi peningkatan ekspresi pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna. Kadar TNF-α pada K1 dan K2 menurun bermakna 7 hari pasca intervensi dibandingkan dengan K4 (p <0,05), tetapi  penurunan kadar pada dua kelompok tidak terdapat perbedaan  bermakna. Hemoragik dan nekrotik  sel tidak ditemukan pada K1 dan K2, tetapi ditemukan pada K3 (75%) dan K4 (100%).Kesimpulan: Curcuma longa 125 mg efektif untuk mencegah kerusakan sel pada tikus hamil muda dengan toksoplasmosis akut.Key words: Curcuma longa, kerusakan sel, hamil muda, gene FOXP3, TNF-α, toxoplasmosi

    Effectiveness Curcuma Longa to Prevent Cells Damage in Early Pregnant Mice with Acute Toxoplasmosis

    Get PDF
    Objective: To prove the effectiveness of Curcuma longa to prevent damage cells by analyzing FOXP3 gene expression, TNF-α level, and histopathology of placental tissue. Methods: This study was conducted in 20 early pregnant mice, divided in 5 groups (K1-K5). K1-K4 were injected with tachyzoites. K1 and K2 were intervened with Curcuma longa 125 and 500 mg/kg/day. K3 were intervened with spiramycin 60 mg/kg/day, K4 were intervened with 0,2 distilled water, and K5 was not injected and intervened. IgG-IgM levels, FOXP3 mRNA expression, TNF-α level was examined serially, and placental mice were taken for histopathology examination 7 days after intervention. Results: FOXP3 mRNA expression in K1 and K2 increased significantly 7 days after intervention compared to K4 (p < 0.05), however the increased of expression in two groups has no significant difference. TNF-α level in K1 and K2 decreased significantly 7 days after intervention compared to K4 (p < 0.05), however the decrease of level in two groups has no significant difference. Hemorrhagic and necrotic cells were not found in K1 and K2, but were found in K3 (75%) and K4 (100%). Conclusion: Curcuma longa 125 mg is effective to prevent cells damage in early pregnant mice with acute toxoplasmosis

    Analysis of Anti‑toxoplasma Immunoglobulin G and Immunoglobulin M Antibody Levels after Intervention with Curcuma Longa Extract on Early Pregnant Mice with Acute Toxoplasmosis

    Get PDF
    Background: Curcuma longa has strong anti‑inflammatory effect. This study aims to evaluated the level of anti‑Toxoplasma immunoglobulin G and immunoglobulin M (IgG‑IgM) antibody after intervention with C. longa extract in early pregnant mice with acute toxoplasmosis. Materials and Methods: We evaluated 20 early pregnant mice that were divided into five groups, four mice in each. Group 1‑4 received injections of Toxoplasma gondii tachyzoites. Three days later, G1 and G2 were given orally 125 mg/kg/day and 500 mg/kg/day of C. longa extract, respectively. G3 was given 60 mg/kg/day of spiramycin (positive control), and G4 was given 0.2 ml of distilled water (negative control). G5 underwent no intervention at all. Blood samples were obtained serially (before and 3 days after injection of tachyzoites, 3 days and 7 days after intervention) to assess anti‑Toxoplasma IgG‑IgM antibody levels by enzyme‑linked immunosorbent assay methods. Results: Anti‑Toxoplasma IgG‑IgM antibody levels increased significantly 3 days after injection of tachyzoites (P < 0.05), but decreased significantly (P < 0.05) 3 days, and 7 days after administration of C. longa extract dose 125 mg, 500 mg, and spiramycin 60 mg, and there was no significant difference between these three groups. Anti‑Toxoplasma IgG‑IgM antibody levels increased significantly (P < 0.05) 3 days, 6 days, and 10 days after injections of tachyzoites on G4. The IgG‑IgM antibody levels fluctuated on G5 and considered as insignificant (P > 0.05). Conclusion: The administration of C. longa extract at a dose of 125 mg/kg/day for 7 days effectively decreased anti‑Toxoplasma IgG‑IgM antibody level in early pregnant mice with acute toxoplasmosis

    The effect of family education on the fulfillment of family health tasks in handling case of hypertension post earthquake in Sigi regency

    No full text
    The role of a good family is indispensable in handling cases of hypertension, direct involvement of family members is a form of support so that hypertension care management can run well. The purpose of this study was to determine whether there was an effect of family education on the fulfillment of family health tasks in handling hypertension cases after the earthquake in Sigi Regency. This research was conducted from December 2018 to March 2019 using an analytical survey pre and post-test design with a sample of 30 respondents from families with hypertension. Sampling using non-probability sampling technique with a purposive sampling approach. The data were then analyzed using the McNenmar test. There is a significant difference between blood pressure before education and after family education was conducted (? value = 0.001), while at the level of family knowledge, there was a significant difference before and after family education was carried out on the fulfillment of family health tasks in handling hypertension cases after the earthquake in Sigi district. There is an effect of family education on reducing blood pressure in patients with hypertension after the earthquake that occurred in Sigi Regency

    The Role of Zinc-Rich Food Consumption on Zinc Level and the Incident of Preeclampsia

    No full text
    Objective: Investigate the correlation between dietary intake of zinc, preeclampsia and blood zinc levels. Methods: This study, which compared pregnant women in the third trimester at the Wahidin Sudirohusodo Hospital and the educational network hospital with and without preeclampsia, used a Cross Sectional methodology. Zinc level testing was carried out at Prodia using ICP-MS method. Mann Whitney, Kruskal Wallis, and chi square tests were used to examine the data.Results: Preeclampsia group (n=38) and control group (n=40) were two groups made up of a total of 78 pregnant women. Zn level of severe preeclampsia (47.73 ± 11.23 ng/mL) was lower than preeclampsia (50.50 ± 13.59 ng/mL) and non-preeclampsia (50.58 ± 10.12ng/mL), but not significantly. Lower zinc rich-food consumption was a significant effect on zinc deficiency (p 0.05).Conclusion: Low intake of zinc-rich foods and occasionally exposure to cigarette smoke are the causes of zinc insufficiency in third trimester pregnancy, but has little impact on the occurrence of preeclampsia.Peranan Konsumsi Makanan Kaya Zink terhadap Kadar Zink dan Insiden PreeklamsiaAbstrak Tujuan: Mengetahui korelasi antara asupan zink, preeklamsia dan tingkat zink serum.Metode: Penelitian ini membandingkan ibu hamil trimester III di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS jejaring pendidikan dengan dan tanpa preeklampsia menggunakan metodologi Cross Sectional. Pengujian kadar zink dilakukan di Prodia dengan menggunakan metode ICP-MS. Uji Mann Whitney, Kruskal Wallis dan Chi Square digunakan untuk menganalisis data. Hasil: Kelompok preeklamsia (n=38) dan kelompok kontrol (n=40) adalah dua kelompok yang terdiri dari total 78 ibu hamil. Kadar Zn preeklamsia berat (47.73 ± 11.23 ng/mL) lebih rendah dibandingkan preeklamsia (50.50 ± 13.59 ng/mL) dan non preeklamsia (50.58 ± 10.12ng/mL), tetapi tidak bermakna. Rendahnya konsumsi makanan kaya zink berpengaruh signifikan terhadap defisiensi zink (p0.05). Kesimpulan: Diet rendah zink dan paparan asap rokok adalah penyebab defisiensi zink pada kehamilan trimester III, tetapi memiliki dampak kecil terhadap insiden preeklamsia.Kata kunci: preeklamsia, kehamilan, zin

    Hubungan antara Resistensi Insulin dan Kadar Hepsidin (Regulator Zat Besi) Terhadap Fenotipe Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK)

    No full text
    Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Resistensi Insulin dan kadar hepsidin serum terhadap fenotipe Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). Resistensi insulin dan hiperinsulinisme yang terjadi pada SOPK dapat meningkatkan eritropoiesis, yang dapat menyebabkan penurunan regulasi ekspresi hepsidinMetode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan dilakukan di beberapa rumah sakit pendidikan di Makassar, Indonesia. Kami memasukkan pasien yang didiagnosis dengan sindrom ovarium polikistik (SOPK) berusia 18-40 tahun. Resistensi Insulin diperiksa mengunakan metode HOMA-IR dan kadar hepsidin diperiksa menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) pada semua subjek yang memenuhi syarat. Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik.Hasil: Sebanyak 52 pasien SOPK dilibatkan dalam penelitian ini, 40 pasien dengan resistensi insulin dan 12 pasien tanpa resistensi insulin. Setelah memeriksa kadar hepsidin serum, kami tidak menemukan perbedaan resistensi insulin diantara keempat fenotipe SOPK (p>0,05), namun terdapat perbedaan kadar hepsidin SOPK fenotipe A dengan fenotipe C (p0.05), however there is PCOS level difference of phenotype A and phenotype C (p<0.05). We observed as well medium negative correlation between serum hepcidin level and the homeostatic model assessment for insulin resistance (HOMA-IR) (r=-0.419; p<0.05).Conclusions: Correlation is found where the higher the insulin resistance, the lower the hepcidin serum level. Also no difference is observed in insulin resistance of PCOS among the four phenotypes, however serum hepcidin level difference is indicated higher on PCOS phenotype A compared to that of PCOS phenotype C.Key words: polycystic ovarian syndrome, hepcidin, insulin resistanc
    corecore