8 research outputs found

    PENGARUH INHIBITOR NA2WO4 TERHADAP LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM PADUAN 7075 DILINGKUNGAN 3,5% NACL

    Get PDF
    Aluminium adalah material yang paling banyak digunakan saat ini karena beberapa keunggulan, diantaranya aluminium merupakan logam ringan, memiliki kekuatan tarik yang relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) yang baik, tahan terhadap korosi dan bersifat non magnetik sehingga membuat aluminium menjadi pilihan di dunia industri termasuk industri pesawat terbang. Namun, logam akan tetap mengalami korosi bila berada pada lingkungan yang korosif termasuk aluminium paduan 7075 yang biasanya digunakan untuk industri pesawat terbang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan korosi adalah dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor merupakan zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah yang kecil/sedikit kedalam lingkungan korosif, dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju korosi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat mekanis sebagai data penunjang untuk menguji komposisi (uji tarik, uji kekerasan dan struktur mikro) dan pengujian laju korosi. Pengujian laju korosi yang dilakukan menggunakan metode polarisasi potensiodinamik (Tafel plot) dilingkungan 3,5% NaCl. Sedangkan jenis inhibitor yang digunakan adalah inhibitor anorganik Na2WO4 dengan variasi konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor dengan konsentrasi 0,1% merupakan konsentrasi inhibitor optimal untuk menurunkan laju korosi. Semakin tinggi konsentrasi inhibitor laju korosi semakin meningkatAluminium adalah material yang paling banyak digunakan saat ini karena beberapa keunggulan, diantaranya aluminium merupakan logam ringan, memiliki kekuatan tarik yang relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) yang baik, tahan terhadap korosi dan bersifat non magnetik sehingga membuat aluminium menjadi pilihan di dunia industri termasuk industri pesawat terbang. Namun, logam akan tetap mengalami korosi bila berada pada lingkungan yang korosif termasuk aluminium paduan 7075 yang biasanya digunakan untuk industri pesawat terbang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan korosi adalah dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor merupakan zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah yang kecil/sedikit kedalam lingkungan korosif, dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju korosi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat mekanis sebagai data penunjang untuk menguji komposisi (uji tarik, uji kekerasan dan struktur mikro) dan pengujian laju korosi. Pengujian laju korosi yang dilakukan menggunakan metode polarisasi potensiodinamik (Tafel plot) dilingkungan 3,5% NaCl. Sedangkan jenis inhibitor yang digunakan adalah inhibitor anorganik Na2WO4 dengan variasi konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor dengan konsentrasi 0,1% merupakan konsentrasi inhibitor optimal untuk menurunkan laju korosi. Semakin tinggi konsentrasi inhibitor laju korosi semakin meningka

    PENGARUH INHIBITOR NA2WO4 TERHADAP LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM PADUAN 7075 DILINGKUNGAN 3,5% NACL

    Get PDF
    Aluminium adalah material yang paling banyak digunakan saat ini karena beberapa keunggulan, diantaranya aluminium merupakan logam ringan, memiliki kekuatan tarik yang relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) yang baik, tahan terhadap korosi dan bersifat non magnetik sehingga membuat aluminium menjadi pilihan di dunia industri termasuk industri pesawat terbang. Namun, logam akan tetap mengalami korosi bila berada pada lingkungan yang korosif termasuk aluminium paduan 7075 yang biasanya digunakan untuk industri pesawat terbang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan korosi adalah dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor merupakan zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah yang kecil/sedikit kedalam lingkungan korosif, dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju korosi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat mekanis sebagai data penunjang untuk menguji komposisi (uji tarik, uji kekerasan dan struktur mikro) dan pengujian laju korosi. Pengujian laju korosi yang dilakukan menggunakan metode polarisasi potensiodinamik (Tafel plot) dilingkungan 3,5% NaCl. Sedangkan jenis inhibitor yang digunakan adalah inhibitor anorganik Na2WO4 dengan variasi konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor dengan konsentrasi 0,1% merupakan konsentrasi inhibitor optimal untuk menurunkan laju korosi. Semakin tinggi konsentrasi inhibitor laju korosi semakin meningkatAluminium adalah material yang paling banyak digunakan saat ini karena beberapa keunggulan, diantaranya aluminium merupakan logam ringan, memiliki kekuatan tarik yang relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) yang baik, tahan terhadap korosi dan bersifat non magnetik sehingga membuat aluminium menjadi pilihan di dunia industri termasuk industri pesawat terbang. Namun, logam akan tetap mengalami korosi bila berada pada lingkungan yang korosif termasuk aluminium paduan 7075 yang biasanya digunakan untuk industri pesawat terbang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan korosi adalah dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor merupakan zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah yang kecil/sedikit kedalam lingkungan korosif, dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi laju korosi. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sifat mekanis sebagai data penunjang untuk menguji komposisi (uji tarik, uji kekerasan dan struktur mikro) dan pengujian laju korosi. Pengujian laju korosi yang dilakukan menggunakan metode polarisasi potensiodinamik (Tafel plot) dilingkungan 3,5% NaCl. Sedangkan jenis inhibitor yang digunakan adalah inhibitor anorganik Na2WO4 dengan variasi konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% dan 0,7%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inhibitor dengan konsentrasi 0,1% merupakan konsentrasi inhibitor optimal untuk menurunkan laju korosi. Semakin tinggi konsentrasi inhibitor laju korosi semakin meningka

    Optimasi CMC-Na dan Gliserin dalam Sediaan Gel Ekstrak Lidah Buaya secara Simplex Lattice Design

    Get PDF
    Aloe vera (Aloe barbandesis Mill.) is a plant with many benefits, such as an antibacterial agent. A gel dosage form has many advantages, such as being easy to use, not sticky, and quickly washed with water. This pure experimental study aims to obtain the optimal composition of CMCNa as a gelling agent and glycerin as a humectant to produce a gel with good physical properties and physical stability using the Simplex Lattice Design. The results of the responses of spreadability, viscosity, viscosity shift, and spreadability shift were used to determine the optimum formula and were analyzed using Software Design Expert. The results of the research found that the optimum formulas were formulas 1, 2, and 3 with a concentration of CMC-Na and glycerin, respectively, which were 1.500 g and 1.750 g; 1.563 g and 1.688 g; and 1.625 g. In addition, formulas 1, 2, and 3 fulfill the gel's physical properties and stability parameters.Lidah buaya (Aloe barbandesis Mill.) merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat salah satunya sebagai antibakteri. Ekstrak lidah buaya terbukti memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Ekstrak lidah buaya dicoba untuk diformulasikan dalam bentuk sediaan gel karena kelebihan dari sediaan gel seperti mudah diaplikasikan pada kulit, tidak lengket dan mudah dicuci dengan air sehingga mempermudah dalam penggunaannya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yang bertujuan untuk mendapatkan komposisi CMC-Na sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humektan yang optimal sehingga menghasilkan sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel yang baik menggunakan metode optimasi Simplex Lattice Design. Hasil respon daya sebar, viskositas, pergeseran viskositas, dan pergeseran daya sebar digunakan untuk menentukan formula optimum. Data hasil uji dianalisis dengan ANOVA satu arah menggunakan Software Design Expert. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan formula optimum yaitu pada formula 1, 2, dan 3 dengan konsentrasi CMC-Na dan gliserin secara berturut-turut yaitu 1,500 g dan 1,750 g; 1,563 g dan 1,688 g; dan 1,625. Selain itu, formula 1, 2, dan 3 memenuhi parameter sifat fisik dan stabilitas fisik gel

    Penerapan Teknologi untuk Peningkatan Produktivitas dan Pemasaran Criping Pisang Kelompok Wanita Tani Soka Makmur

    Get PDF
    Usaha criping pisang Kelompok Wanita Tani (KWT) Soka Makmur mulai dijalankan pada tahun 2018. Tempat usaha criping pisang terletak di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Pembuatan criping pisang rutin berproduksi setiap bulan. Namun sejak ada Pandemi Covid-19, produksi kripik pisang berhenti total selama hampir 4 bulan. Dengan berhentinya produksi, berarti pula penghasilan anggota KWT Soka Asri berkurang. Permasalahan pertama adalah keterbatasan pasar, karena selama ini criping pisang lebih banyak dipasarkan melalui grup whatsapp yang dimiliki oleh anggota, dan sebagian kecil dititipkan ke toko-toko oleh-oleh. Permasalahan kedua adalah proses produksi yang masih konvensional, sehingga hanya mampu menerima pesaranan dalam jumlah yang terbatas. Solusi yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah pelatihan pemasaran online dan penerapan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk. Hasil dari kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas pelaku usaha dan peningkatan kualitas produksi criping pisang. Setelah intervensi teknologi dalam kegiatan pengolahan criping pisang, ada peningkatan dalam kapasitas produksi berupa peningkatan frekuensi produksi. Semula, ibu-ibu anggota KWT Soka Makmur hanya mampu memproduksi criping satu kali dalam sebulan. Sekarang, kapasitas produksi meningkat menjadi hamper empat kali dalam satu bulan. Peningkatan pengetahuan melalui kegiatan pelatihan yang diikuti oleh anggota KWT Soka Makmur menghasilkan perluasan pasar. Pesanan criping pisang meningkat hingga 25% tiap kali produksi, sehingga tambahan penghasilan anggotanya juga meningkat

    KARAKTERISASI RECYCLE ALUMINIUM SCRAP UNTUK PISTON

    Get PDF
    Kemampuan aluminium yang dapat di recycle (daur ulang) menjadikan aluminium sebagai salah satu material yang dikembangkan untuk menggantikan penggunaan aluminium primer. Keterbatasan ketersediaan aluminium di dunia karena penggunaannya yang terus meningkat menjadikan recycle aluminium scrap sebagai salah satu pilihan untuk mengurangi produksi aluminium primer (bauksit). Penggunaan recycle aluminium scrap untuk komponen mesin menjadi alternatif pilihan untuk keberlangsungan (sustainable) dunia industri kedepannya, salah satunya adalah piston. Proses recycle aluminium scrap dilakukan dengan cara melebur aluminium scrap ke dalam tungku hingga temperatur 570 ⁰C. Proses pengecoran yang di lakukan menggunakan dapur krusibel. Aluminium scrap yang telah di lelehkan di dalam tungku kemudian dituang ke dalam cetakan ingot. Karakterisasi material hasil cetakan meliputi uji komposisi kimia, uji mikrostruktur (mikroskop optik) dan pengujian mekanis (uji tarik dan uji kekerasan). Material recycle aluminium scrap tergolong dalam kategori hypereutectic karena memiliki komposisi Si sebesar 20,21 %. Unsur Si yang tinggi pada spesimen recycle aluminium membuat material coran Al menjadi getas. Dendrit yang terbentuk pada material recycle aluminium scrap lebih besar (coarse) jika dibandingkan dengan piston asli yang berakibat pada kekuatan tarik dan kekerasan material menjadi turun. Komposisi kandungan silikon dan unsur yang lain merupakan  upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan keuletan selain meningkatkan laju pendinginan agar ukuran butir struktur mikro menjadi lebih halus. Memodifikasi proses perlakuan panas dapat juga di lakukan untuk mendapatkan struktur  mikro dan sifat mekanik yang diinginkan

    BLADE WEED DESIGN USING ANSYS WORKBENCH AND FINITE ELEMENT ANALYSIS (FEA)

    No full text
    Manual, semi-conventional, and conventional weed eradication are the three forms of weed eradication utilized. Farmers benefit greatly from the usage of weeding equipment in combating pests in the fields. The blade you use determines how successful you are at weeding. As a result, it is required to examine the weeding weeds blade. With a tetrahedral mesh, simulation utilizing the finite element analysis method is a way for optimizing the design, calculation, and being able to forecast the material's strength. The goal of this research was to figure out how much von Mises stress, deformation, and safety factor were worth. ANSYS Workbench software was used to simulate various loadings of 10N, 25N, and 50N. The highest von Mises stress generated by weeding blade modelling simulations for 10N, 25N, and 50N loads are approximately 2.95x10-2 Mpa, 7.38x10-2 Mpa, and 0.14755 MPa, respectively. Each of the safety factors is 15, and the maximum deformation value is 4.26x10-7mm; 1.06x10-6mm; 2.13x10-6mm. At a specific load, modelling weed weeding blades are safe to us
    corecore