14 research outputs found

    Zona Wisata Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

    Full text link
    Kabupaten Probolinggo memiliki keindahan wisata alam salah satunya berupa wisata air terjun. Wisata Alam Air Terjun Madakaripura termasuk dalam kawasan hutan lindung dan rawan bencana longsor sehingga pengembangannya membutuhkan pembagian zona wisata yang sesuai dengan karakteristik fisik kawasan wisata alam. Penelitian ini bertujuan menentukan zona wisata kawasan wisata alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo. Metode analisa yang digunakan dalam tahapannya adalah analisa Theoritical Deskriptif Kualitatif, teknik analisa Delphi dan analisa teknik Overlay. Hasil penelitian ini berupa zona wisata pada kawasan wisata alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo dengan melihat pada kondisi eksisting serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kawasan wisata

    Kriteria Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Kawasan Cagar Budaya (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Peneleh, Surabaya)

    Full text link
    Perkembangan suatu kota yang berdampak pada Perubahan fisik kawasan bersejarah menyebabkan dibutuhkannya suatu upaya pelestarian kawasan cagar budaya dengan partisipasi masyarakat di dalamnya. Sehingga dapat terwujud suatu konsep pelestarian cagar budaya yang berkelanjutan. Dalam mencapai tujuan penelitian, dilakukan empat tahapan analisa, yaitu identifikasi Perubahan fisik dan lingkungan kawasan cagar budaya, identifikasi karakteristik partisipasi masyarakat sesuai dengan tingkat Perubahan, penentuan bentuk pelestarian kawasan cagar budaya sesuai dengan tingakt Perubahan dan partisipasi masyarakat, dan penentuan kriteria partisipasi masyarakat dalam pelestarian kawasan cagar budaya di Peneleh. Dengan demikian diperoleh hasil penelitian berupa tiga tipologi Perubahan fisik dan lingkungan, yaitu Tipologi Perubahan Sedang pada Embong Purnomo dan Undaan Kulon, Tipologi Perubahan Kecil pada Kampung Plampitan, dan Tipologi Tidak Ada Perubahan pada Kampung Pandean. Karakteristik partisipasi masyarakat pada tiap tipologi ini berbeda-beda. Bentuk pelestarian yang diarahkan pada tiap tipologi disesuaikan dengan karakteristik partisipasi masyarakat yang dimiliki. Kriteria partisipasi masyarakat dalam pelestarian kawasan cagar budaya adalah adanya pengurus harian cagar budaya, adanya peningkatan pemahaman mengenai perawatan cagar budaya dan jaring asrpirasi secara rutin oleh pemerintah dengan didampingi komunitas peduli cagar budaya pada masyaraka

    Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

    Get PDF
    Partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian warisan budaya merupakan salah satu prioritas yang harus tercapai dalam setiap kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya yang berwawasan pelestarian. Upaya pelestarian yang dilakukan haruslah berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan bangunan-benda cagar budaya sehingga masyarakatlah nanti yang akan lebih berperan serta, pemerintah hanya mengayomi dan mengawasi sehingga tidak keluar dari koridor hukum yang berlaku tentang pelestarian. Dalam penelitian ini digunakan berbagai tinjauan teori yang berkaitan dengan kriteria kawasan cagar budaya, pelestarian kawasan cagar budaya, dan tingkat partisipasi masyarakat. Sedangkan untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan empat tahapan analisa yaitu penentuan cluster kawasan cagar budaya di Bubutan, identifikasi kondisi tingkat partisipasi masyarakat di Bubutan, penentuan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, dan Perumusan bentuk partisipasi masyarakat yang berkelanjutan untuk kawasan cagar budaya di Bubutan. Berdasarkan hasil penelitian, cluster kawasan cagar budaya di Bubutan ada tujuh kawasan yaitu Kampung Praban, Kampung Temanggungan, Kampung Alun-Alun Contong, Kampung Kawatan, Kampung Maspatih, Kampung Tambak Bayan dan Kepatihan, dan Kampung Kraton. Adapaun bentuk partisipasi yang diarahkan untuk ketujuh kampung tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi eksisiting yang ada. Bentuk partisipasi masyarakat yang ada perlu dibentuk jaringan dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat dapat dimulai dari RT / RW setempat, tokoh masyarakat, ataupun bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki interest dalam bidang cagar budaya

    Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek

    Full text link
    Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi wisata bahari yang cukup besar, akan tetapi keberadaan daya tarik tersebut belum terkelola dengan baik. Permasalahan yang ada adalah potensi-potensi yang terdapat di Kecamatan Watulimo belum terintegrasi dan tereksplorasi, sehingga dibutuhkan suatu arahan pengembangan kawasan. Sebelum menentukan arahan pengembangan dilakukan analisis karakteristik objek daya tarik wisata (ODTW) bahari terlebih dahulu menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Tahap selanjutnya yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kawasan wisata menggunakan analisis deksriptif dan analisis Delphi. Analisis Delphi ini untuk mendapatkan konsensus dari para responden yang berpengaruh terhadap faktor yang terbentuk. Maka tahap terakhir yang dilakukan adalah analisis Perumusan arahan pengembangan kawasan menggunakan analisis triangulasi. Sehingga hasil yang didapatkan yaitu terbentuklah arahan pengembangan kawasan wisata bahari Kecamatan Watulimo yang terdiri dari 4 ODTW. Hasil akhir penelitian ini menghasilkan 10 arahan pengembangan kawasan wisata bahari Kecamatan Watulimo yang kemudian arahan tersebut diharapkan dapat mengembangkan potensi wisata bahari Watulimo

    Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

    Full text link
    Kawasan Desa Bandungan adalah salah satu potensi desa wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Pamekasan yang terletak di Kecamatan Pakong, Desa Bandungan ini memiliki bentangan lahan perhatian yang luas yang bisa di manfaatkan sebagai objek wisata alam dan berbagi komoditi hasil tani. Selain itu, Desa Bandungan juga memiliki keaslian, keunikan, sifat khas dari segi bangunan, sosial dan budaya. Potensi ini masih belum di manfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat sampai saat ini. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan faktor-faktor yang dapat mendukung pengembangan kawasan desa wisata dan Perumusan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Desa Bandungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsep pengembangan kawasan desa wisata di Desa Bandungan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik. Teknik analisa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran antara lain pada sasaran pertama dengan menggunakan statistik deskriptif. Pada sasaran kedua menggunakan analisa skoring, dilanjutkan analisa delphi bertujuan untuk menentukan konsensus grup untuk faktor pendukung, pada sasaran keempat menggunakan analisis triangulasi untuk merumuskan konsep pengembangan. Penelitian ini menghasilkan konsep pengembangan secara spasial dan non spasial. Adapun konsep spasialnya dengan menyediakan rute perjalanan wisata, menyediakan sarana transportasi khusus menuju kawasan desa wisata dan menyediakan fasilitasw pendukung kegiatan wisata. Sedangkan konsep non spasialnya dengan menjadikan adat istiadat sebagai peraturan kegiatan wisata, mengembangkan kawasan desa wisata berbasis agrowisata, menyediakan fasilitas penginapan berkonsep tanean lanjheng, menyediakan toko souvenir, menyediakan fasilitas rumah makan, memberikan pelatihan kepada masyarakat, menyediakan tempat rekreasi, membuat web tentang kawasan desa wisata, melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dan menerapkan peraturan zonasi

    Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota YOGYAKARTA

    Full text link
    Kota Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan di Pulau Jawa memiliki potensi unsur tradisional, baik budaya maupun keramahtamahan masyarakat lokal. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penarik wisatawan terutama wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Kota Yogyakarta. Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan devisa Kota Yogyakarta. Di sisi lain, meskipun telah dilakukan upaya pengembangan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, masih terdapat permasalahan berupa kurang meratanya distribusi wisatawan mancanegara antar ODTW di pusat dan pinggir kota, sehingga dibutuhkan integrasi ODTW sebagai bentuk pemerataan kunjungan. Artikel ini merupakan bagian dari penelitian terkait pengembangan integrasi ODTW Kota Yogyakarta, dimana artikel ini memuat proses pembentukan cluster sebagai salah satu langkah dalam meningkatkan integrasi ODTW. Tahapan yang dilakukan antara lain menentukan tingkat kepentingan komponen cluster dengan theoritical descriptive analysis, kemudian menyusun kriteria pembentukan cluster dan membentuk cluster ODTW dengan mengelaborasi hasil theoritical descriptive analysis dan karakteristik eksisting ODTW Kota Yogyakarta yang didapatkan dari empirical descriptive analysis. Berdasarkan hasil analisis, dari 21 ODTW Kota Yogyakarta, terbentuk 5 cluster ODTW di Kota Yogyakarta yang selanjutnya akan menjadi input dalam peningkatan integrasi antar ODTW Kota Yogyakarta

    Konsep Optimalisasi Distribusi Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Ngawi

    Get PDF
    Permasalahan mendasar fasilitas pendidikan di Kabupaten Ngawi khususnya sekolah tingkat dasar (SD/MI) terletak pada penyediaan dan distribusi yang belum merata antar wilayah serta belum sesuai dengan kebutuhan karakteristik permukimannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengotimalkan distribusi sekolah tingkat dasar (SD/MI) dalam rumusan konsep optimalisasi yang didasarkan pada karakteristik pola persebaran permukiman. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tetangga terdekat untuk mengetahui karakteristik pola persebaran permukiman, analisis regresi linier berganda untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap distribusi sekolah, analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan sekolah dasar, serta analisis deskriptif kualitatif dengan teknik triangulasi untuk merumuskan konsep optimalisasi distribusi SD/MI. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 2 pola persebaran permukiman di Kabupaten Ngawi, beberapa wilayah mengalami kondisi berlebih fasilitas pendidikan SD/MI, faktor yang berpengaruh dalam distribusi adalah panjang jalan kawasan permukiman (tingkat aksesibilitas) dan kepadatan penduduk (demografi) permukiman, sedangkan dirumuskan 2 konsep secara umam dan khusus untuk optimalisasi distribusi sekolah tingkat dasar (SD/MI) di Kabupaten Ngawi yang didasarkan pada pola persebaran permukiman

    Kriteria Pengembangan Desa Slopeng Sebagai Desa Wisata Di Kabupaten Sumenep

    Full text link
    Kawasan Pantai Slopeng adalah daerah tujuan wisata yang berprospek cerah. Akan tetapi hingga saat ini potensi wisata ini masih belum optimal pemanfaatannya. pengembangan kawasan ini sebagai kawasan pariwisata terkendala kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang kurang bisa menerima kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan atau tata cara kehidupan masyarakat setempat. Sejak tahun 2011 Desa Slopeng mulai dilirik untuk dikembangkan menjadi kawasan desa wisata. Pada penelitian ini dihasilkan kriteria pengembangan Desa Slopeng sebagai desa wisata berdasarkan karakteristik dan faktor pengembangannya. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik analisisnya yaitu analisa deskriptif untuk menghasilkan karakteristik Desa Slopeng sebagai desa wisata kemudian analisa Delphi untuk menentukan faktor pengembangan serta analisa deskriptif untuk menghasilkan kriteria pengembangan Desa Slopeng sebagai desa wisata. Hasil akhir penelitian berupa kriteria prioritas yang berupa kriteria mengenai atraksi, akomodasi dan proses integrasi pengembangan desa wisata dengan masyarakat setempat serta kriteria pendukung pengembangan Desa Slopeng sebagai desa wisata berupa kriteria mengenai sarana dan prasarana dasar, fasilitas pendukung desa wisata, pengelola desa wisata dan hubungan Desa Slopeng sebagai desa wisata pengembangan pariwisata lain di Kabupaten Sumene

    Identifikasi Sub Sektor Unggulan Kecamatan Di Kabupaten Lombok Tengah

    Full text link
    Dalam proses pengembangan kawasan strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi mempunyai tahap dan langkah tertentu untuk mencapai tujuan. Salah satu tahapan untuk mengembangkan kawasan strategis tersebut ialah dengan mengidentifikasi sub sektor unggulan yang dimiliki. sektor pertanian menjadi potensi yang dominan di Kab. Lombok Tengah. Untuk mengidentifikasi sub sektor unggulan dari sektor pertanian tersebut dilakukan analisa berupa analisa LQ dan DLQ. analisa identifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui fokusan sasaran potensi sektor unggulan untuk dikembangkan. adapun data yang digunakan dalam proses analisa tersebut ialah nilai produksi dari masing-masing sub sektor dari sektor pertanian. Sub sektor unggulan dipilih berdasarkan hasil perhitungan LQ dan DLQ dengan nilai > 1, menjadi sub sektor unggulan dengan pertumbuhan besar dan mempunyai potensi untuk berkembang lebih cepat. berdasarkan hasil analisa penelitian, didapatkan hasil sub sektor unggulan kawasan strategis pertumbuh ekonomi Kab. Lombok Tengah ialah pada sub sektor tanaman panga

    Pengembangan Kawasan Wisata Pesisir Talang Siring Di Kabupaten Pamekasan

    Get PDF
    Kawasan wisata pesisir Talang Siring adalah salah satu potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Pamekasan yang terletak di Kecamatan Larangan. Berdasarkan. Potensi ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal dan masih belum memiliki keterkaitan antar potensi wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi wisata tersebut. Tahapan pada penelitian ini, yaitu mengidentifikasi potensi wisata, menganalisa keterkaitan antar potensi, faktor pendukung pengembangan wisata, kriteria pengembangan wisata dan konsep pengembangan wisata. Pada Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalistik. Teknik analisa yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran antara lain sasaran pertama dengan menggunakan metode analisa deskriptif theoretical dan Analisa Scoring (Pembobotan dengan skala likert), sasaran kedua menggunakan analisis empirical analytic serta dilanjutkan analisa delphi bertujuan untuk menentukan konsensus group untuk faktor pendukung, pada sasaran keempat menggunakan analisis deskriptif theoritical dan sasaran kelima menggunakan analisis triangulasi untuk merumuskan konsep pengembangan. Penelitian ini menghasilkan tiga zona pengembangan, yaitu zona inti, pendukung dan konservasi. Dengan penanganan konsep pariwsata Bahari yang harus dilakukan antara lain meningkatkan daya tarik utama dengan penambahan jenis sajian atraksi wisata khususnya di zona inti wisata, mempertahankan kelestarian lingkungan dengan rehabilitasi kerusakan lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung dan penunjang khususnya di zona pendukung wisata serta menjalin linkage kawasan dengan obyek wisata lain yang dilakukan kerja sama antara masyarakat dengan wisatawan agar obyek wisata yang belum berkembang mendapatkan dampak dari wisata utamanya
    corecore