7 research outputs found

    STUDI PEMBERIAN EKSTRAK RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum prismaticum) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID DAN GAMBARAN HISTOLOGI JARINGAN GINJAL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS TIPE 1

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) terhadap kadar malondialdehid dan gambaran histologi jaringan ginjal tikus diabetes hasil induksi multiple low dose-streptozotocin (MLD-STZ) dengan dosis 20 mg/kgBB. Pada penelitian ini tikus putih dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol tanpa terpapar MLD-STZ, kelompok diabetes melitus yang dipapar MLD-STZ, kelompok diabetes melitus yang dipapar MLD-STZ yang mendapat terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum perismaticum) yang diberikan secara oral dengan variasi  hari pemberian  yaitu satu, tiga, lima dan tujuh hari. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar malondialdehid dengan menggunakan metode TBA (Thiobarbituric Acid) dengan pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 530 nm, dan gambaran histologi menggunakan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hasil penelitian ini didapatkan  kadar Malondialdehid berturut-turut berdasarkan pengelompokan perlakuan adalah 0,527; 0,93; 0,893; 0,803; 0,77 dan 0,676 µg/ml. Pemberian ekstrak rumput laut coklat dapat menurunkan profil malondialdehid pada ginjal tikus terapi dengan variasi hari 1, 3, 5 dan 7 berturut-turut adalah 3,98; 13,65; 17,2 dan 27,31%. Serta dapat memperbaiki histologi jaringan ginjal tikus diabetes melitus yang telah yang dipapar MLD-STZ yang mendapat terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) . Kata Kunci: diabetes melitus, ginjal, histologi, malondialdehi

    Studi Pemberian Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum Prismaticum) Terhadap Kadar Malondialdehid Dan Gambaran Histologi Jaringan Ginjal Pada Tikus (Rattus Norvegicus) Diabetes Melitus Tipe 1

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) terhadap kadar malondialdehid dan gambaran histologi jaringan ginjal tikus diabetes hasil induksi multiple low dose-streptozotocin (MLD-STZ) dengan dosis 20 mg/kgBB. Pada penelitian ini tikus putih dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol tanpa terpapar MLD-STZ, kelompok diabetes melitus yang dipapar MLD-STZ, kelompok diabetes melitus yang dipapar MLD-STZ yang mendapat terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum perismaticum) yang diberikan secara oral dengan variasi hari pemberian yaitu satu, tiga, lima dan tujuh hari. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar malondialdehid dengan menggunakan metode TBA (Thiobarbituric Acid) dengan pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 530 nm, dan gambaran histologi menggunakan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hasil penelitian ini didapatkan kadar Malondialdehid berturut-turut berdasarkan pengelompokan perlakuan adalah 0,527; 0,93; 0,893; 0,803; 0,77 dan 0,676 µg/ml. Pemberian ekstrak rumput laut coklat dapat menurunkan profil malondialdehid pada ginjal tikus terapi dengan variasi hari 1, 3, 5 dan 7 berturut-turut adalah 3,98; 13,65; 17,2 dan 27,31%. Serta dapat memperbaiki histologi jaringan ginjal tikus diabetes melitus yang telah yang dipapar MLD-STZ yang mendapat terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum)

    Aktivitas Fraksi Nonpolar dari Ekstrak Etanol Akar Dadangkak (Hydrolea spinosa L.) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan yang Diinduksi Aloksan

    Get PDF
    The roots of Dadangkak (Hydrolea spinosa L.) empirically have been used by Kalimantan people to cure diabetes. The purpose of this research is to examine the effect of fractions ratio from ethanol extract. The research started from extraction of the roots of Dadangkak (250 grams) by materation using ethanol. From that extraction yielded 16.62 grams of ethanol extract. Ethanol extract had been fractionated with n-hexane and petroleum ether. The antidiabetic assay using 20 Wistar mice that had been divided into 4 groups : Aquadest 2 ml/200 grams of weight is given to the first group, Glibencalmide 0.45 mg/kg BW is given to the second group, n-hexane fraction 100 mg/kg BW is given to the third group and petroleum eter 100 mg/kg BW is given to the forth group. Before all of groups had been given treatments, the mice had been induced by Aloxan 150 mg/kg BW intraperitoneally. The forth day after being induced, mice also given control and fractions treatments for 7 days perorally. The measurement of blood glucose level had been done at the first, forth, and twelfth day after being induced using Gluco-DR. The blood glucose level had been tested by SPSS with 95% confidence level. The result of this research showed the average of blood glucose level by the n-hexane fraction is 189,8 ± 13,59 mg/dL and petroleum ether is  437,6 ± 8,98 mg/dL. n-hexane fraction could decrease the blood glucose level of mice significantly (sig<0.05) compared to the control group. On the other side, the giving of petroleum ether fraction is not showing the decrease of blood glucose level significantly (sig>0.05).Akar Dadangkak (Hydrolea spinosa L) secara empiris digunakan oleh masyarakat Kalimantan Selatan sebagai obat antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antidiabetes fraksi nonpolar dari ekstrak etanol akar dadangkak.             Penelitian dimulai dengan ekstraksi akar dadangkak (250 gram) secara maserasi dengan etanol, diperoleh ekstrak  etanol (16,62 g). Ekstrak etanol difraksinasi dengan n-Heksan dan Petroleum  Eter. Uji antidiabetes menggunakan tikus wistar jantan 20 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok Perlakuan. Kelompok I diberi akuades 2 mL/200 g BB ; kelompok II diberi Glibenklamid 0,45 mg/kgBB ; Kelompok III diberi fraksi n-heksan 100 mg/kg BB dan kelompok  IV diberi fraksi Petroleum eter 100 mg/kg BB.  Sebelum diberi perlakuan, tikus diinduksi Aloksan dengan dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal. Hari ke-4 setelah induksi, tikus diberi perlakuan kontrol dan fraksi-fraksi selama 7 hari secara peroral. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-1, 4 dan 12 menggunakan Gluco-DR.  Kadar glukosa darah diuji dengan SPSS taraf kepercayaan 95 %.                           Hasil Penelitian menunjukkan rata-rata penurunan glukosa darah oleh fraksi n-heksan adalah 189,8 ± 13,59 mg/dL dan fraksi petroleum eter adalah 437,6 ± 8,98 mg/dL. Fraksi n-heksan mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus secara signifikan (sig<0.05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol. Sedangkan pemberian fraksi Petroleum  eter  tidak menujukkan penurunan glukosa darah yang signifikan (sig>0.05)

    Studi Pemberian Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum prismaticum) Terhadap Profil MDA, Ekspresi iNOS dan Gambaran Histologi Ginjal Pada Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes Mellitus Tipe 1

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) terhadap kadar malondialdehid dan gambaran histologi jaringan ginjal tikus diabetes hasil induksi multiple low dose-streptozotocin (MLD-STZ) dengan dosis 20 mg/kgBB. Pada penelitian ini tikus putih dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu kelompok 1 yaitu kontrol tanpa terpapar MLD-STZ, kelompok 2 yaitu diabetes melitus yang dipapar MLD-STZ, kelompok 3, 4, 5, 6 yaitu kelompok diabetes melitus yang dipapar MLD-STZ yang mendapat terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum perismaticum) dengan perbedaan waktu pemberian yaitu 1, 3, 5, 7 hari yang diberikan secara oral dengan variasi hari pemberian yaitu satu hari, tiga hari, lima hari dan tujuh hari. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar malondialdehid dengan menggunakan metode TBA (Thiobarbituric Acid) dengan pengukuran menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 530 nm, ekspresi iNOS dan gambaran histologi menggunakan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hasil penelitian ini didapatkan kadar Malondialdehid berturut-turut berdasarkan pengelompokan perlakuan adalah 0,527 μg/ml, 0,93 μg/ml, 0,893 μg/ml, 0,803 μg/ml, 0,77 μg/ml dan 0,676 μg/ml. Pemberian ekstrak rumput laut coklat dapat menurunkan profil malondialdehid pada ginjal tikus terapi dengan variasi hari 1,3,5 dan 7 berturut-turut adalah 3,98 %, 13,65%, 17,2%, and 27,31 %. Serta dapat memperbaiki ekspresi iNOS, histologi jaringan ginjal tikus diabetes melitus yang telah yang dipapar MLD-STZ yang mendapat terapi ekstrak rumput laut coklat (Sargassum prismaticum) . Hasil statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata antar tikus kontrol, DM dan tikus DM yang diinduksi MLD-STZ yang diterapi ekstrak rumput laut coklat (P<0,01)

    Karakter Morfologi Dan Pertumbuhan Subspecies Kayu Merah (Pterocarpus Indicus Willd.) Asal Pulau Seram, Maluku Dan Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur Di Persemaian

    Full text link
    Kayu merah (Pterocarpus indicus Willd), a high quality and multiple purpose tree, has been categorized as endangered species. Only a few know that kayu merah has two subspecies (forma) that are differentiated based on the surface structure of the central seed case. This study aims to know the differences on morphological and growth characters of two populations/subspecies kayu merah i.e. Pulau Seram, Mollucas (smooth pods, forma indicus) and Pulau Flores, East Nusa Tenggara (prickly pods, forma echinatus). The genetic relationship ofthese two populations/subspecies was analyzed using PBSTAT program, while their growth parameter analyzed using SAS program. The study found differences on morphological and growth characters of kayu merah from Pulau Seram and Pulau Flores. Kayu merah from Pulau Seram has many smooth spots and little grooves on the surface of its stem and has tapered leaf tip shape, while kayu merah from Pulau Flores has many grooves and little smooth spots, and has splitting leaf tip form. The two populations/subspecies were clearly clustered into their own group. Kayu merah from Pulau Seram has better growth than that of Pulau Flores. The result of this research has expected can support conservation and further utilization of the species in Indonesia by providing information on preliminary identification of the origin of kayu merah i.e. Pulau Seram and Pulau Flores as well as early indication of indicus and echinatus subspecies differences in the nursery
    corecore