4 research outputs found

    Pelatihan Pliometrik Jump to Box Lebih Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Dari Pada Pelatihan Pliometrik Barrier Hops Pada Permainan Bola Basket

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan  pelatihan  jump to box dan barrier hops terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Penelitian ini dilakukan terhadap 32 orang siswa SMK Negeri 1 Kuta Selatan yang dipilih secara acak sederhana yang telah memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi. Sampel dibagi menjadi dua kelompok sehingga masing-masing kelempok berjumlah 16 orang dan diberikan perlakuan yang berbeda selama enam minggu. Kelompok satu  diberikan pelatihan jump to box dan kelompok dua diberikan pelatihan barrier hops. Data yang didapat dianalisis dengan uji t paired untuk mengethui perbedaan antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok dan uji t-independent untuk menguji perbedaan daya ledak otot tungkai antar kelompok baik sebelum maupun sesudah pelatihan. Batas kemaknaan di pakai 0,05. Hasil penelitian menunjukan rerata daya ledak otot tungkai antar kelompok sesudah pelatihan sebesar 58,00±10,33 cm pada kelompok jump to box dan pada kelompok barrier hops sebesar 50,49±10,19 cm. Rerata daya ledak otot tungkai pelatihan jump to box lebih tinggi dibandingkan dengan pelatihan barrier hops yang secara statistik berbeda bermakna dengan nilai p=0,036 (p<0,05). Dengan demikian, pelatihan jump to box dan pelatihan barrier hops dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai, di mana pelatihan jump to box lebih meningkatkan daripada pelatihan barrier hops

    Tomato ( Lycopersicum Commune ) juice and physical exercise increase number of neurons and ERβ expression in post-ovariectomy rats brain

    Get PDF
    Background: Estrogen deficiency condition can degrade the quality of life, decline in cognitive function will be more severe trough age. Phytoestrogen compounds can be found in pegaga leaf extract, tomatoes, and papaya is an easy and inexpensive way to increase estrogen levels in post menopause women through extra gonadal estrogen induction. Therefore, the aims of this study were to examine the effect of tomato juice, physical exercise, and combination of these treatments on promoting neurons and ERβ expression in somatosensory cortex that contribute to cognitive function of post-ovariectomy rats. Method: Twenty-eight female healthy Wistar rats (Rattus novergicus), 8-10 weeks old, from Laboratory of Biochemistry, Faculty of Medicine Airlangga University include in this experiment. The animals were housed in the animal-care facility with ad libitum food and water. The temperatur was maintained at 18°C-24°C. The treatments were done 2 weeks after ovariectomy. Tomato were made in Laboratory of Pharmacognocy and Phytochemistry, Faculty of Pharmacy, Airlangga University, from inner part of the tomato fruits (mucous like substance) with freeze dry method (-40°C). Results: The weight of white rat Rattus norvegicus post ovariectomy in this study was between 133-170 gram with a mean weight 154.32 ± 9.72 gram. Hematoxylin/eosin staining showed neuronal deficit in the control rats brain. In figure 1 , the tomato group showed the largest of neurons number (145.43 ± 17.728), followed the combination group (140.57 ± 22.449), the exercise group (136.86 ± 23.104) and the smallest number in the control group (96.43± 28.965). Four weeks after treatments the number of neurons increased significant in the tomato group (p=0.001), exercise group (p=0.004) and combination group (p=0.002) from the control group. This study showed no significant different between tomato and exercise group (p=0.500), tomato and combination group (p=0.701) and between exercise and combination group (p=0.769). Conclusions: In conclusion, our data demonstrated that post ovariectomy rats showed deficit numbers of neurons and decreased ERβ in the somatosensory cortex. Treatment with physical exercise, tomato juice, and combination of these treatments increased the number of neurons and ERβ expression in the somatosensory cortex

    Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang terhadap Jumlah Reseptor Insulin di Jaringan Lemak Tikus Jantan Obesitas

    Full text link
    Obesitas adalah kondisi abnormal yaitu akumulasi lemak berlebih yang mengakibatkan inflamasi kronikdan menyebabkan resistensi insulin. Latihan fisik dapat memperbaiki resistensi insulin. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui peningkatan jumlah reseptor insulin dengan latihan fisik intensitas sedang.Penelitian menggunakan desain eksperimental murni dengan rancangan post-test only control group design.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biomedik Terpadu, Fakultas Kedokteran Univesitas Udayanapada periode bulan Januari – Juni 2018. Subjek penelitian adalah 36 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)jantan, sehat, umur 4-5 bulan, obesitas (IMT >0,68) yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 18ekor tikus, yaitu kelompok kontrol tikus jantan obesitas tanpa perlakuan (P0) dan kelompok perlakuan tikusjantan obesitas yang diberi latihan fisik intensitas sedang dengan metode renang selama 20 menit/hari, 5 hari/minggu selama 2 minggu (P1). Pemeriksaan jumlah reseptor insulin alfa menggunakan pewarnaan immunehistokimia(IHC) terhadap antibody poliklonal. Metode interpretasi jumlah reseptor insulin alfa yang tepat padahasil pewarnaan IHC menggunakan program “region of interest” pada software NIS Image Viewer versi 3.1®.Hasil penelitian menunjukkan rerata jumlah reseptor insulin sesudah 2 minggu pada kelompok P0 adalah12,28±4,89% dan pada kelompok P1 adalah 17,51±7,57% (p<0,05). Disimpulkan latihan fisik intensitassedang dapat meningkatkan jumlah reseptor insulin pada jaringan lemak tikus jantan dengan obesitas
    corecore