346 research outputs found

    PENGENDALIAN PROSES PENGERASAN BAJA DENGAN METODA QUENCHING

    Get PDF
    Salah satu upaya untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan aus dan kekuatan baja dapat dilakukan dengan proses pengerasan termal, pada proses ini baja mengalami beberapa tahap proses yaitu: pemanasan awal, pemanasan lanjut, penahanan waktu pada suhu stabil, dan pendinginan. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam logam baja dan unsur lainya dalam baja, temperatur pemanasan, holding time dan laju pendinginan yang dilakukan saat proses laku panas. Perlu dipahami pada proses pengerasan baja, bahan yang diproses rentan akan kejadian yang tidak kita inginkan, seperti distorsi , reatak ataupun tidak tercapainya kekerasan yang kita inginkan. Untuk menanggulangi hal ini perlu dilakukan perencanaan dan pengendalian yang benar, baik dari segi teoritis maupun pelaksanaan praktek dalam proses pengerasan

    ANALISIS PENGARUH VARIASI SUDUT POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN AKHIR MATERIAL BAJA

    Get PDF
    Pembubutan adalah salah satu proses permesinan yang digunakan untuk membentuk produk dengan mebuang bagian yang tidak diperlukan dengan cara menyayat dengan pahat yang runcing/tajam. Didalam kegiatan manufaktur proses pembubutan, terkadang dibutuhkan kriteria tertentu yang menyangkut kwalitas permukaan/kekasarn permukaan. Untuk memperoleh kekasaran tertentu dapat dilakukan dengan cara merubah posisi pahat melalui eretan atas pada mesin bubut atau mengubah geometri pahat bubut. Bila melakukan perubahan posisi pahat pada eretan atas tentu ini akan menyita waktu untuk menyeting posisi yang tepat sehingga akan mengurangi efektifitas kerja. Dengan menyiapkan geometri/ sudut potong pahat bubut yang tepat operator mesin bubut tidak perlu lagi mengatur posisi pahat bubut melaui eretan atas sehingga operator dapat menggunakan waktu yang efektif untuk bekerja. Material yang dapat dibubut sangat bervariasi jenisnya, demikian pula jenis material pahat  bubut mempunyai banyak pilihan yang disediakan dipasaran. Pada penelitian ini material yang dijadikan objek penelitian ini adalah baja (St-37, St-42 dan St-60) dibubut menggunakan  jenis pahat HSS. Sesuai dengan hasil pengujian kekasaran terhadap hasil pembubutan dengan variasi sudut potong pada pahat diperoleh hasil yang paling baik adalah : untuk material St-37 dengan sudut potong samping 10o, sudut potong akhir 12o (1,55 µm), untuk material St-42 dengan sudut potong samping 10o, sudut potong akhir 14o (1,48 µm)   dan material St-60 dengan sudut potong samping 10o, sudut potong akhir 12o  (1,59 µm

    ANALISIS PENINGKATAN KEKERASAN BAJA AMUTIT MENGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DROMUS

    Get PDF
    Baja amutit adalah salah satu jenis baja yang identik dengan AISI O1, mempunyai kekerasannya 18,7 HRc dan kekuatan tarik 677 N/mm2. Baja ini dapat ditingkatkan kekerasannya melalui proses quenching dengan oli sehingga memungkinkan digunakan untuk keperluan industri sebagai baja perkakas pengerjaan dingin seperti dies, punch,serta keperluan lain. Hardening dan tempering adalah salah suatu proses yang digunakan untuk mengubah sifat mekanik baja. Pada penelitian ini proses hardening, baja dipanaskan hingga temperatur 800oC kemudian didinginkan cepat menggunakan media pendingin emulsi (dromus oil dengan air) sebagai pengganti oli, proses ini menghasilkan baja yang sangat keras dan getas. Baja kemudian dipanaskan kembali pada temperatur 200o C dan ditahan selama satu jam dan didinginkan perlahan-lahan dalam dapur, proses ini dinamakan tempering. Dengan memanaskan kembali baja maka akan didapatkan baja yang kekerasan dan kekuatan tariknya sedikit lebih rendah tetapi keuletannya lebih baik. Hasil penelitian pengerasan baja amutit menggunakan media pendingin dengan variasi rasio campuran dromus oil dengan air, setelah ditempering pengingkatan kekerasan tertinggi adalah 63,08 HRc, diperoleh dengan menggunakan emulsi dromus oil dengan air rasio 1:30 sedangkan menggunakan oli sebagai media quenching dihasilkan kekerasan 58 HRc

    The Quality Of Finishes On Plantation Grown Timber Species

    Get PDF
    Tests to determine the quality of finish of nitrocellulose and acid catalysed lacquer with and without sanding between coatings were conducted on four fast growing species , namely : batai , yamane , acacia , and rubberwood. The quality of finishes was evaluated in terms of machining ability , surface performace , surface gloss , adhesion ability , hardness , and flexibility of wood finish . The testing methods were based on The British Standard No . 3962 part 6 , 1980 and Draft of Malaysian Standard part 1 ,1987 . The results indicated that on rubberwood , acacia, batai and yamane nitrocellulose lacquer had higher gloss and was more flexible than acid catalysed lacquer with and without sanding in between coatings.On the other hand , acid catalysed lacquer had greater hardness and higher adhesion ability than nitrocellulose lacquer with and without sanding in between coatings for all species. In general the quality of nitrocellulose lacquer and acid catalysed lacquer on rubberwood was the highest , followed by acacia, yamane , and batai . Moreover , these species have a good machining ability and have a good surface performance , and the results showed rubberwood , acacia and yamane to be suitable for furniture

    PENGARUH DRUMUS OIL SEBAGAI MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENINGKATAN KEKERASAN DAN TRANFORMASI FASA PADA PROSES PENGERASAN BAJA AMUTIT

    Get PDF
    Engineering process technology is basically an effort to optimize the use of natural resources effectively and efficiently in order to provide maximum benefit for the benefit of human life. Amutit steel is one of the low alloy steel which is identical to AISI O1 standard. This steel hardness can be increased through a heat treatment process that allows used for industrial purposes as cold work tool steels as well as other purposes. In this research the process of hardening, the steel is heated to a temperature of 8200 C and then cooled rapidly using a coolant emulsion (dromus oil with water). To reduce brittle properties and improve the ductility, the steel is then heated again at a temperature of 4000 C and held for one hour and cooled slowly in the furnace. The results amutit hardening of steel using a coolant with a mixture ratio variations dromus oil with water, after tempering highest hardness is 590 HV, obtained using dromus oil emulsion with water 1:30 ratio while using oil as quenching media produced 544 HV hardness

    APLIKASI UDARA BUANG AC UNTUK PENGERING PAKAIAN

    Get PDF
    Proses pengeringan pakaian merupakan kegiatan rutin di rumah tangga. Pengeringan pakaian di sinar matahari tergantung pada cuaca sedangkan pengeringan dengan mesin pengering yang sudah ada  memerlukan energi yang akan menambah biaya.  Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka dirancang alat pengering pakaian yang hemat energi. Alat pengering pakaian yang dibuat terdiri dari dua ruangan yaitu ruang pemanas dan ruang tempat pakaian basah. Sumber pemanas alat ini menggunakan udara panas dari buangan AC window 0,75 Hp. berkapasitas sekitar 5  kg pakaian basah. Proses pencucian pakaian secara manual kemudian diperas dan dikibaskan dan selanjutnya dikeringkan dalam alat ini. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :proses pengeringan 8 baju daster membutuhkan waktu 40 menit, 8 baju kaos membutuhkan waktu 45 menit dan 8 celana panjang butuh waktu 55 menit dan kebersihan pakaian terjamin karena udara panas tidak bersentuhan dengan pakaian

    PENGARUH CUTTER SPEED, FEED RATE DAN DEPT OF CUT PAD PROSES CNC MILLING TERHADAP NILAI KEKASARAN BAJA AISI 1045 BERBASIS REGRESI LINEAR

    Get PDF
    Penelitian  ini  dilakukan  untuk  menentukan  pengaruh  besaran  cutter speed, feed rate dan dept of cut pada proses CNC Frais/Milling terhadap nilai kekasaran baja AISI 1045. Proses frais yang dilakukan menggunakan pendingin dromus dengan variasi cutter speed antara 200 rpm s.d 350 rpm, variasi feed rate antara 14 mm/menit s.d 59,5 mm/menit dan variasi dept of cut 0,5 s.d 1,5 mm. Hasil dari proses frais untuk setelah dilakukan pengukuran kekasaran dan data nilai kekasaran tersebut diproses dengan menggunakan program SPSS 20 dihasilkan suatu bentuk formula regresi ganda Y = 6,473 + 0,004 X1 – 0,028 X2 – 0,422 X3, yang menyatakan bahwa 85,4% besarnya cutter speed, feed rate dandept of cut berpengaruh terhadap nilai kekasaran dan 14,6% nilai kekasaran dipengaruhi oleh gesekan chip terhadap benda kerja, kondisi pisau frais/cutter dan kesalahan teknis lainnya. Nilai keksaran yang paling kecil (permukaan yang halus) didapat pada cutter speed 250 rpm, feed rate 42,5 mm/menit dan dept of cut 1,5 mm

    APLIKASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENYESUAIAN SILABUS TERHADAP SKKNI GAMBAR TEKNIK

    Get PDF
    Mengutip Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP. 240/MEN/X/2004 pada poin pertama , Memutuskan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor  Logam dan Mesin yang didalamnya terdapat Drawing, Design and Drafting, poin kedua yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagaimana dimaksud dalam AMAR PERTAMA berlaku secara nasional dan menjadi acuan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi. Politeknik Negeri Sriwijaya Jurusan Teknik Mesin adalah penyelenggara pendidikan yang di dalam kurikulumnya terdapat sejumlah matakuliah antara lain adalah Gambar yang dibagi menjadi tiga yaitu: Gambar Teknik diberikan pada semester 1, Gambar Mesin 1 diberikan pada semester 2 dan Gambar Mesin 2 (Berbasis Komputer) diberikan pada semester3. Silabus dan materi berdasarkan Referensi Menggambar Mesin dengan Standar ISO dan refrensi lain yang terkait.Untuk mengetahui apakah topik atau silabus Mata Kuliah Gambar pada Jurusan Teknik Mesin telah mencakup materi yang dibutuhkan pada Standar Kompetensi Gambar pada SKKNI, maka dilakukan penelitian tentang tingkat hubungan antara materi silabus sebagai objek dan SKKNI Gambar sebagai patokan kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD)dan hasilnya ditampilkan dalam matrik House Of Quality (HOQ). Hasil analisa terhadap kesesuaian kompetensi silabus dengan SKKNI Gambar terdapat aspek kritis sebagai hasil penelitian yang perlu ditindak lanjuti antara lain adalah belum adamya kejelasan tentang bagaimana mengorganisasi pemilihan, penggunaan alat gambar, simbol, suaian dan toleransi maupun Gambar Detail dari komponen permesinan. Untuk penyempurnaan materin silabus maka disarankan adalah perlunya tambahan materi terkait dengan SOP proses penggambaran mulai awal sampai selesai lengkap dengan sistim filing, order maupun perubahannya, perlunya pengenalan dan penekanan penggunaan Alat Gambar manual maupun komputerisasi secara utuh, serta diperbanyak latihan gambar assembling yang berkaitan dengan fungsi komponen dan proses pengerjaan permesinan.

    ANALISA KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PROSES PENGAMPELASAN TERHADAP LOGAM DENGAN PERBEDAAN KEKERASAN

    Get PDF
    Proses  pengerjaan  dengan  mesin  yang  mempunyai  kemampuan  yang  sama untuk mencapai kekasaran/ kwalitas permukaan benda kerja, tetapi didalam kenyataan terkadang sulit dilakukan terhadap bentuk benda tertentu sehinga diperlukan harus memilih alternatip lain. Ampelas adalah salah satu perkakas yang  unik  yang  sampai  sekarang ini masih diproduksi dan dipasarkan yang artinya perkakas ini masih dipertahankan keberadaannya untuk kepentingan sebagai alat pemeroses material terutama yang sulit dikerjakan dengan mesin ataupun yang tidak mampu proses lain untuk mencapai kreteria kekasaran yang dibutuhkan. Secara teoritis kekasaran yang dihasilkan dengan penegerjaaan mesin atau alat, tidak saja tergantung dengan alat semata tetapi materialpun dapat mempengaruhi hal ini. Perkakas ini mempunyai banyak pilihan grit butiran abrasive yang disediakan yang tentunya akan menghasilkan keksaran yang berbeda. Pada penerapan grit ampelas yang sama terhadap bahan yang mempuyai kekerasan yang berbeda juga akan menghasilkan kekasaran permukaan yang berbeda pula. Sesuai dengan hasil pengujian dengan grit ampelas (60-1200) kekasaran yang mampu dicapai untuk pemerosesan material baja karbon adalah; (0,04-099 μm), kuningan (0,05-1,54 μm),Tembaga (0,08-1,69 μm), aluminium (0,14-1,93 μm

    This is For the Thunder

    Get PDF
    corecore